Tiga pendekar itu segara bangkit dari duduknya. Mata mereka tak lepas dari menatap Ki Sapta yang masih terlihat murka.
"Pendekar, siapa kau sebenarnya? Ajian Jari Langit ini milik perguruan Sigaluh. Apakah kau salah satu murid Resi Sumbing?" tanya Ki Maranggi dengan senyum kecil di bibirnya. Dia sedikit senang bisa bertemu lawan hebat. Sama halnya dengan Setan Golok Abang dan Si Topeng Mas.Tanpa menjawab pertanyaan orang, Ki Sapta menaruh uang di atas meja dan berjalan keluar di ikuti muridnya, Kusuma.Merasa tak dihiraukan membuat wajah Ki Maranggi terlihat merah padam menahan amarah."Setan demit! Beraninya kau acuh tak acuh kepada orang tua! Akan ku ajari kau sopan santun!" hardik Ki Maranggi lalu melesat ke arah Ki Sapta.Mendapat serangan dari belakang, Ki Sapta segera berlari keluar kedai lalu melesat ke udara dan jungkir balik di atas hingga akhirnya mendarat di tanah yang sedikit lapang.Ki Maranggi dengan cepat melepasJaka membuka matanya perlahan. Tubuhnya terasa kaku dan dadanya terasa sangat sesak. Dia mengalihkan pandangannya ke tubuhnya. Dilihatnya Maharani tengah tidur sambil memeluk lengan kanannya. Lalu dilihatnya pula Ratu Ambarwati yang juga tengah tertidur di sebelah kiri sambil memeluk perutnya. Senyum Jaka mengembang melihat tangan kanan Maharani dan tangan kiri Ratu saling berpegangan. Jaka tak begitu ingat apa yang terjadi. Yang dia ingat hanyalah saat tubuhnya dihantam lutut sang Ratu dengan keras hingga dia terpental dan pingsan. Jaka tidak tahu apa yang terjadi setelah dirinya pingsan. Melihat Ratu yang berlari ke arah Jaka,membuat Maharani berang. Dia merasa Ratu telah kesurupan demit jahat. Dengan kekuatan penuh Maharani menyerang menggunakan ajian Mentari Pagi Tahap Sembilan! Ratu Ambarwati terkejut melihat gadis dihadapannya telah membuka serangan ganas. Tak tinggal diam Ratu pun kerahkan tenaga dalam dan gunakan jurus sakti miliknya, jurus Karang Me
Cahaya kilat itu menyambar tubuh Jaka dengan keras hingga kembali Jaka Geni terpental beberapa tombak ke belakang. Meski Jubah Kencono Geni melindungi dirinya dari serangan petir, itu tak membuat Jaka bisa menahan sakit di sekujur tubuhnya. Terdengar erangan keras dari pemuda itu. Dua gadis cantik dengan panik kembali menolong Jaka yang tergeletak sambil mengerang kesakitan. "Bagaimana bisa seorang Pendekar Tangan Gledek sepertimu kalah dengan petir itu..." ucap Ratu sambil menekan titik urat di bagian punggung Jaka. Aliran tenaga dalam itu membuat Jaka sedikit merasa nyaman. "Saat ini kekuatanku tengah hilang, kalau saja dalam kondisi sehat, petir kecil seperti itu bukan apa-apa." kata Jaka dengan wajah mengernyit menahan sakit di dada nya. Saat dia menekan dadanya yang terasa sesak, Jaka merasakan ada aliran hangat keluar dari jari-jari tangannya mengalir ke dada nya dan membuat tubuhnya yang sakit seketika sembuh. Bahkan dia merasakan satu tenaga yan
"Setelah mendengar cerita tentang Dewi Durga ini, aku baru tahu yang namanya kehidupan para Dewa. Tapi kenapa di dunia manusia Dewa tidak begitu mencolok memperlihatkan diri mereka bahwa mereka ada?" tanya Jaka kembali. Ratu tersenyum mendengar pertanyaan itu. "Dewa itu makhluk gaib. Sama seperti penghuni dunia batas ini. Hanya saja di dunia para dewa, sedikit berbeda dengan dunia ini. Disana kehidupan lebih tertata rapi. Dan juga, disana berbanding terbalik dengan kehidupan manusia yang lebih suka berperang dan memperebutkan kekuasaan. Para Dewa itu lebih di sibukkan ke urusan yang mengatur roda kehidupan alam semesta. Aku tidak begitu paham dengan dunia dewa, tapi eyangmu sangat paham. Dia sering bercerita tentang para Dewa. Bahkan menceritakan kekacauan yang terjadi disana puluhan ribu tahun yang lalu..." kata Ratu membuat Jaka dan Maharani semakin penasaran. Namun sayangnya Ratu hanya bisa memberitahu sampai disitu. Jaka mengangguk-anggukan kepalanya. "Sebaik
Jaka bersama dengan dua gadis cantik yang setia mengawalnya kembali meneruskan perjalanan mereka ke goa dimana eyang Guntur Saketi berada. Meski beberapa kali berhenti karena Jaka terlihat lemas kelelahan. "Sebentar lagi sampai di goa, kita istirahat dulu." kata Ratu Ambarwati sambil mencari tempat duduk batu di bawah sebuah pohon. Jaka dan Maharani mengikutinya dari belakang. Mereka duduk bersama di bawah pohon yang cukup rindang. Udara sangat segar. Jaka mengingat-ingat sesuatu yang mengganjal pikirannya. "Aku penasaran pada satu hal Ratu," kata Jaka membuka pembicaraan. "Apa yang ingin kau katakan pendekar?" tanya Ratu Ambarwati dengan wajah sedikit berubah. Alis Jaka terangkat. Dipandanginya sesaat gadis yang dibilang gadis muda bukan karena umurnya sudah ribuan, tapi di bilang tua ternyata masih seperti gadis! "Tadi kamu bilang mau memanggilku kakang? Kenapa sekarang jadi berubah lagi?" tanya Jaka membua
Di sebuah bukit batu yang terjal, terlihat tiga sosok orang yang tengah berjalan mendaki bukit. Dua di antaranya adalah gadis dengan paras cantik jelita. Sedangkan satunya lagi adalah seorang pemuda gondrong dengan ikat kepala biru dan pakaian serba putih. Siapa lagi kalau bukan Jaka Geni si Pendekar Tangan Gledek. Dan dua gadis cantik itu tidak lain adalah Maharani dan Ratu Ambarwati. Ketiga orang ini berniat menyambangi goa dimana Guntur Saketi bertapa. Mereka berjalan sangat perlahan mendaki bukit batu. Bukan karena mereka kesulitan atau kelelahan, tapi karena sang pemuda yang berjalan terseok-seok dan keadaannya yang terlihat kelelahan. Nafasnya terdengar memburu. Jika kekuatan tenaga dalam Jaka tidak hilang, dia cukup dengan berlari beberapa detik saja untuk sampai di puncak bukit batu. Maharani dan Ratu Ambarwati menanti Jaka yang tertinggal di belakang. Maharani sempat menawarkan diri untuk menggendongnya namun Jaka menolak. Ratu sendiri tak bisa
Tangan kanan Ki Sapta menghantam terlebih dahulu. Saat itu juga, satu gelombang angin panas menderu ke arah Setan Golok Abang. Ajian Tapak Sumbing telah dilepaskan! Disusul tangan kirinya yang merapal ajian Kipas Neraka Hitam, satu sinar gelap melesat menyusul gelombang panas Tapak Sumbing! Dua ajian menderu dahsyat hingga rumput yang di lewatinya terbakar. Setan Golok Abang berteriak keras. Ajian Tapak Setan Geni dia lepaskan sekuat tenaga. Saat sinar merah melesat dari telapak tangan Setan Golok Abang, terdengar suara seperti raungan kesakitan manusia yang terdengar mengerikan. Ajian sakti Tapak Setan Geni ini pernah membuat gempar di tanah jawa. Dikarenakan satu kejadian besar yang menimpa seorang Prabu Kerajaan Telaga Mulya yang berkuasa di pesisir utara Jawa. Sang Prabu tewas dalam perampokan besar di kawasan hutan wilayah Raja Gunung Jati. Mereka di rampok saat pulang dari kunjungan pribadi ke kerajaan Gunung Jati. Saat penyelidikan kematian sang