공유

Bab 2

작가: Vannisa
"Gino!" seru seorang pria tua beruban yang duduk di tengah sofa. Tongkatnya dipukulkan dengan keras ke lantai. Dengan tubuh yang gemetar, pria itu berdiri dan memandang Gino dengan ekspresi serius. Dia melanjutkan, "Situasinya sudah seperti ini. Apa kamu nggak seharusnya kasih aku penjelasan?"

Pria tua itu menambahkan, "Aku nggak mau campur tangan dalam urusan pribadi anak muda, tapi masalah ini nggak bisa dibiarkan begitu saja. Keluarga Alvaro sudah banyak membantumu. Tanpa dukungan dana dari Bank Alvaro, mungkin kamu sudah bangkrut sejak lama."

Lantaran titik lemah bisnisnya disebut-sebut, wajah Gino berubah menjadi sangat pucat. Hanya saja, dia terpaksa berujar sambil menunduk, "Kami nggak akan pernah melupakan kebaikan Keluarga Alvaro, tapi ...."

Gino menatap Maggie dengan penuh kebencian, seolah-olah ingin memotong tubuh wanita itu menjadi ribuan bagian. Dia bisa-bisanya telah menghalangi jalannya untuk mendapatkan uang. Berhubung masalahnya sudah seperti ini, tidak ada pilihan selain membatalkan perjanjian pernikahan ini.

Victor Alvaro tampaknya bisa membaca apa yang ada dalam pikiran Gino. Dia pun berbicara dengan suara tegas, "Perjanjian pernikahan ini nggak boleh dibatalkan."

Shawn kehilangan kesabaran dan takut bahwa kakeknya akan memaksanya demi kepentingan keluarga. Dia berbicara, "Kakek, aku nggak mau menikahi wanita hina seperti itu. Selain bisu, dia juga sudah tidur sama pria lain. Memangnya Kakek mau lihat cucumu ditertawakan orang-orang karena diselingkuhi?"

Awalnya, Shawn masih cukup bersedia menikahi Maggie. Bagaimanapun, wanita itu punya tubuh yang bagus dan penampilan yang cantik, bahkan tidak ada yang bisa menandingi kecantikannya di seluruh kota.

Hanya saja, tidak disangka wanita ini bisu. Setiap kali teringat hal tersebut, Shawn merasa sangat malu. Nantinya ketika mereka bermesraan, Maggie bahkan tidak bisa mengeluarkan suara di ranjang.

Apalagi sejak awal, Shawn memang lebih tertarik pada calon adik iparnya, Aurel, yang sifatnya lebih terbuka. Mereka memang sudah lama saling kenal. Setelah semalam yang penuh gairah, dia dan Aurel pun tidur bersama.

Setelah kejadian itu, Aurel menangis dan meminta status yang jelas darinya. Shawn awalnya kebingungan, lalu dia pun memutuskan untuk menerima saja. Bagaimanapun, dia hanya perlu menikahi seorang wanita yang cantik. Meski Aurel tidak terlalu cantik, dia merasa itu tidak masalah.

Setidaknya, Aurel lebih baik daripada Maggie yang sensitif dan mudah marah. Semalam, itu semua adalah rencana Shawn. Dia sengaja menciptakan situasi agar Keluarga Leandra bisa mencari alasan untuk membatalkan perjanjian pernikahan.

Kalau bukan karena Aurel terlalu ketat dalam mengawasinya, Shawn tidak perlu repot-repot mencari pria lain untuk tidur dengan Maggie. Kesempatan menikmati wanita cantik secara gratis sama sekali tidak ingin dilewatkan olehnya. Sayangnya, entah pria liar mana yang begitu beruntung bisa tidur dengan Maggie semalam.

Saat ini, Shawn melihat kulit putih Maggie yang terpampang dengan tatapan mesum. Pikirannya melayang kembali pada adegan semalam.

Raut wajah Aurel yang bisa menebak pikiran Shawn pun makin muram. Kebencian dalam hatinya menjadi kian mendalam. Dia bertekad untuk menghancurkan Maggie dan membuatnya tidak pernah bisa bangkit lagi.

"Kak, cepat minta maaf sama Kak Shawn." Suara Aurel yang manja membuyarkan perhatian orang-orang di ruangan itu.

Ekspresi Victor terlihat sangat muram. Setelah berpikir sejenak, dia berkata dengan nada yang tidak jelas, "Perjanjian pernikahan ini nggak boleh dibatalkan. Lagian, Keluarga Leandra juga bukan cuma punya satu anak perempuan."

Setelah kata-kata itu dilontarkan, semua orang serentak menatap ke arah kakak beradik yang berdiri berdampingan di ruang tamu.

Shawn yang sebelumnya ribut tentang pembatalan perjanjian pernikahan juga mendadak terdiam, seperti anak rewel yang akhirnya berhasil ditenangkan dengan permen.

Di wajah Aurel, muncul rona merah muda yang mencurigakan. Dia dengan malu-malu bersembunyi di belakang Nancy. Jika dibandingkan, dia justru terlihat makin polos, seolah-olah tidak mengerti apa-apa tentang dunia ini.

Maggie terdiam di tempat dengan wajah sangat pucat. Melihat bagaimana tunangan dan adik angkatnya saling melirik dan bertukar pandangan, dia seolah-olah mulai memahami apa yang sedang terjadi.

Sementara itu, seluruh tamu di ruangan itu mulai berbisik. Bagaimanapun, masalah Keluarga Leandra bukanlah rahasia.

Keluarga Leandra pernah kehilangan seorang anak beberapa tahun yang lalu. Keadaan mental Nancy pun makin menurun. Untuk mengembalikan keadaan keluarga, mereka mengadopsi seorang gadis dari panti asuhan yang sebaya dengan Maggie. Keluarga Leandra sangat menyayangi gadis itu dan memberinya nama Aurel.

Puluhan tahun kemudian, polisi tiba-tiba datang dan mengatakan bahwa mereka telah menemukan gadis yang cocok dengan DNA anak hilang mereka di basis data DNA.

Seketika, ada banyak sekali perbincangan di kota. Demi menjaga reputasi keluarga, Keluarga Leandra memutuskan untuk membawa pulang anak kandung mereka yang telah lama hilang dan menderita di luar.

Hanya saja, mereka mengumumkan kepada publik bahwa mereka memiliki dua anak perempuan. Mereka tidak mengusir anak angkat mereka meskipun telah menemukan anak kandungnya. Awalnya, kejadian ini seharusnya berakhir bahagia. Namun sayangnya, anak kandung Keluarga Leandra, Maggie, telah mengalami terlalu banyak penderitaan selama bertahun-tahun.

Pada usia 17 tahun, setelah ibu angkat Maggie meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil, dia sangat tertekan dan akhirnya menderita gangguan stres pascatrauma yang membuatnya kehilangan kemampuan untuk berbicara.

Ketika Maggie dan Aurel disandingkan, dalam hal penampilan, sikap, cara membawa diri, bahkan bentuk tubuh, Maggie jauh lebih unggul daripada adik angkatnya, Aurel. Namun, ada satu hal yang menjadi kekurangannya, yaitu dia bisu.

Perjanjian pernikahan antara Keluarga Leandra dan Keluarga Alvaro juga sudah menjadi rahasia umum. Beberapa tahun yang lalu, Keluarga Leandra mengalami masalah keuangan. Berkat bantuan besar dari bank Keluarga Alvaro, mereka pun selamat dari kebangkrutan.

Kehidupan bisnis Keluarga Leandra kembali pulih berkat bantuan Keluarga Alvaro. Kedua keluarga ini memiliki hubungan bisnis yang erat. Demi kepentingan jangka panjang, para orang tua sepakat untuk beraliansi melalui pernikahan anak-anak mereka.

Awalnya, Shawn hendak dijodohkan dengan Aurel yang dibesarkan di Keluarga Leandra, mengingat mereka tumbuh besar bersama dan memiliki dasar hubungan yang baik. Namun, Keluarga Alvaro lebih mengutamakan kestabilan hubungan bisnis sehingga memilih Maggie sebagai calon menantu.

Sebenarnya, semua orang tahu bahwa Keluarga Alvaro hanya khawatir jika suatu saat Keluarga Leandra berubah pikiran dan tidak mengakui Aurel lagi. Itu sebabnya, memilih Maggie jauh lebih aman. Setidaknya, dia masih anak kandung dari Keluarga Leandra.

Sekarang, skandal tentang Maggie sudah diketahui publik. Dia tidak bisa lagi menjadi menantu Keluarga Alvaro. Namun demi menjaga kepentingan keluarga, Victor memutuskan untuk mengalah dan membiarkan Aurel yang merupakan anak angkat menikah dengan Shawn.

Tiba-tiba Nancy yang sebelumnya diam, berdiri dan mencoba melindungi anak angkat tersayangnya. Dia menolak, "Aurel masih muda. Aku mau dia menemaniku beberapa tahun lagi."

Maggie menatap ibu kandungnya dengan tatapan dingin. Ketika perjanjian pernikahan antara Keluarga Leandra dan Keluarga Alvaro pertama kali disepakati, tidak ada seorang pun yang menanyakan pendapatnya tentang hal itu.

Perjanjian pernikahan ini sejak awal dipaksakan untuk menjaga kepentingan kedua keluarga. Maggie boleh dipaksa menikah, lalu kenapa tidak dengan Aurel?

Memikirkan hal itu, Maggie pun tersenyum sinis. Dia melihat sekeliling ruangan yang penuh dengan orang-orang. Tidak ada satu pun dari mereka yang berada di pihaknya. Bahkan, orang tua kandungnya sendiri terlihat jijik padanya. Mereka secara tak sadar lebih menyayangi anak angkat mereka, Aurel. Lantas, siapa sebenarnya anak kandung Keluarga Leandra?

Maggie memandang adik angkatnya dengan dingin. Dia mengenang kembali momen saat pertama kali dia dibawa pulang. Orang tuanya begitu takut Aurel merasa tersakiti sehingga mencurahkan semua perhatian mereka untuk gadis itu.

Sebenarnya, tanggal lahir Maggie hanya terpaut dua hari lebih lambat dari Aurel. Namun, memangnya kenapa? Dia tidak secerdas Aurel dalam menyenangkan hati orang tua. Bahkan, dia tidak bisa berbicara sama sekali. Pada usia 17 tahun, dia baru dibawa pulang ke rumah ini. Mana mungkin mereka masih memiliki rasa sayang padanya?

Di rumah Keluarga Leandra, kamar Maggie sangat kecil dan terletak di samping kamar pembantu, sementara Aurel tinggal di kamar yang luas dan indah seperti kamar seorang tuan putri.

Uang jajan Maggie hanya satu juta per bulan dan dia bahkan harus naik bus untuk bersekolah. Sementara itu, Nancy sangat khawatir dengan keselamatan Aurel sehingga menyewa sopir pribadi untuk mengantar jemputnya ke sekolah.

Setiap hari, pembantu di rumah juga menyiapkan berbagai macam makanan untuk Aurel. Kalau merasa bosan, dia akan pergi ke restoran bintang lima. Dia bahkan memiliki kartu kredit tanpa batas untuk berbelanja.

Maggie dipaksa untuk masuk ke sekolah asrama negeri, sementara Aurel bersekolah di sekolah elite di Kota Jostam. Lemari pakaian Maggie hanya berisi beberapa baju usang yang dibawanya dari rumah orang tua angkatnya, sementara Aurel memiliki banyak sekali pakaian indah dan tas bermerek.

Hadiah dewasa Aurel adalah sebuah mobil sport merah, sementara tidak ada yang mengingat hari ulang tahun Maggie yang ke-18.

Kedua orang ini hanya berbeda dua hari dalam tanggal lahir, tetapi setiap tahun Maggie melihat orang tuanya merayakan ulang tahun Aurel dengan pesta mewah, sementara dia sendiri bahkan tidak mendapatkan sebuah kue ulang tahun sederhana. Tidak ada yang pernah mengingatnya ataupun merayakan hari ulang tahunnya.

Mereka tidak rela membiarkan Aurel menjadi korban pernikahan bisnis, tetapi tidak ada yang pernah peduli dengan perasaan Maggie ketika dipaksa menikah dengan seorang pria asing. Siapa sebenarnya anak kandung dari Keluarga Leandra?

Siapa pun yang melihatnya pasti akan berpikir bahwa Aurel adalah yang paling dicintai dan disayangi. Orang tua Maggie tidak peduli kepadanya, tunangannya berselingkuh dengan adik angkatnya sendiri, dan dia hanya bisa menjadi bahan gunjingan orang. Keberadaannya di sini seakan-akan adalah sebuah lelucon.
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 108

    Owen sengaja mengarahkan balik sindirannya pada pria yang tadi mencoba memecah belah. "Aku bahkan hampir lupa memberi selamat pada Pak Ollie barusan."Kalau pria itu berani menyahut, bukankah sama saja dengan mengakui di depan umum bahwa promosi yang dia dapat adalah hasil "merebut"?Di dalam lift banyak karyawan dari berbagai departemen, tetapi semua memilih bungkam. Mereka hanya saling melempar kode lewat tatapan mata. Pria itu akhirnya tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia hanya nyengir dengan canggung sebelum kembali terdiam.Maggie baru sadar, pria itu ternyata adalah Ollie, Manager Departemen Pemasaran. Secara teori, memang pesaing langsungnya dalam promosi.Lift turun ke lantai bawah tanah. Mayoritas karyawan sudah keluar di lantai dasar, tersisa hanya beberapa orang saja.Maggie berjalan langsung ke tempat parkirnya dan menekan tombol unlock. Namun, Ollie tiba-tiba mengadang di depan mobilnya dan berkata dengan sinis, "Wah, mobilnya bagus juga ya. Lihat dari fiturnya ini pasti k

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 107

    Keduanya menunggu di depan lift. Di samping mereka ada beberapa rekan kerja dari departemen lain. Setelah saling menyapa singkat, suasana kembali canggung.Ding ....Lift turun ke lantai 15.Jam pulang kantor, lift penuh sesak oleh pegawai bank berseragam. Meski dari departemen berbeda, semua saling menyapa dengan akrab. Maggie menganggukkan kepala satu per satu dengan ramah, hingga akhirnya pandangannya jatuh pada seorang pria yang sedang menatapnya.Karyawan di kantor pusat bank mencapai seribu orang. Maggie jarang sekali ikut kegiatan gathering atau makan malam departemen. Lima tahun ini, dia selalu pintar menghindari berbagai acara sosial.Ada untung ruginya. Untungnya, dia tidak perlu berpura-pura ramah dan tidak perlu menguras energi untuk menjaga hubungan yang tak penting. Dia memiliki banyak ruang pribadi, bisa memakai waktunya untuk mengembangkan diri, bersantai, atau sekadar hiburan.Namun sisi buruknya juga fatal. Masuk tahun kelima bekerja, dia nyaris tidak mengenal siapa p

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 106

    Easton terluka parah, kemungkinan besar acara itu akan ditunda atau bahkan dibatalkan. Bagaimanapun, pesta akhir tahun perusahaan hanyalah acara internal. Yang paling dipedulikan karyawan hanyalah bonus dan tunjangan, ada atau tidaknya seremoni tampaknya tidak sepenting itu.Ternyata Maggie berpikir terlalu jauh. Kamis sore, tepat sebelum jam pulang, Owen tiba-tiba mendorong pintu kantornya. "Kamu nggak lupa, 'kan?"Maggie menoleh padanya dengan wajah penuh tanda tanya. Dia membuka kedua telapak tangan, lalu membaliknya.[ Apa? ]"Gala tahunan Grup Devantara. Aku tahu kamu lagi sibuk menyiapkan sidang promosi, jadi sengaja mengingatkan. Besok pagi kamu nggak perlu ke kantor. Sorenya aku jemput kamu," ujar Owen dengan ramah.Ekspresi Maggie langsung berubah dan buru-buru menggeleng keras.[ Aku sudah pindah rumah, nggak usah repot. Lagi pula aku baru beli mobil kecil buat keperluan sehari-hari, aku bisa datang sendiri. ]Gerakan tangannya cepat. Ekspresinya agak gugup dan bahkan menolak

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 105

    Easton duduk di kursi roda dengan dahi berkerut. Dia menengadahkan kedua tangan dan berkata dengan penuh keluhan, "Apa ini nggak berlebihan? Aku cuma patah tangan, bukan nggak bisa jalan."Kaeso yang mendorong kursi roda itu pun berbisik, "Tadi Bu Intan malah sempat mau minta orang pakai tandu untuk bawa Bapak turun, untung Pak Julian mencegah."Easton menghela napas, "Itu memang gayanya Bu Intan." Dia menoleh ke sekitar untuk mencari sosok Maggie. Wanita itu berjalan sendirian di belakang rombongan. Melihat pemandangan ini membuat dadanya terasa sedikit sesak."Antarkan dia pulang," ucap Easton kemudian dengan nada tidak semangat.Kaeso mengangguk. Dalam hati, dia sangat paham bahwa di keluarga sebesar ini, Maggie tidak akan bisa hidup tenang jika tidak memiliki latar belakang yang sepadan.Sebuah mobil van putih sudah menunggu di depan gedung rawat inap. Easton bangkit dengan wajah menahan sakit. Maggie spontan melangkah maju untuk membantunya, tetapi Devina mengangkat tangan dan men

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 104

    Maggie mengetik di ponselnya.[ Beli makan dan beres-beres itu nggak berat. Sarapan harus dimakan selagi hangat. ]Maggie terlihat sangat terbiasa merawat orang sakit. Easton pun teringat, dia memang punya seorang ayah angkat yang sudah lama sakit. Dari hasil penyelidikan latar belakang, tercatat bahwa setelah umur 17 tahun, Maggie kembali ke orang tua kandungnya, lalu berganti nama menjadi Maggie seperti sekarang.Namun ... bagaimana dengan sebelum 17 tahun itu? Dengan orang tua angkatnya yang berjualan ikan di pasar, kehidupan macam apa yang mereka berikan padanya? Meski hidup penuh kekurangan, Maggie jelas tumbuh dalam kasih sayang.Easton terpaku dalam pikirannya. Sorot matanya saat memandang Maggie pun dipenuhi rasa iba. Tepat saat itu, Kaeso berlari masuk dengan terengah-engah."Gawat, Pak Easton! Berita kecelakaan Bapak nggak bisa ditutupi ... barusan saya lihat di lobi lantai satu ...." Sebelum Kaeso selesai bicara, Hana sudah bergegas masuk dengan bertumpu pada tongkatnya.Eas

  • Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir   Bab 103

    Sinar matahari yang menyilaukan menembus ke dalam kamar rawat. Easton refleks mengangkat lengan kiri untuk menutupi wajahnya agar tidak terlalu silau.Rasa nyeri dan pegal di bagian bawah tubuh memaksanya tersadar sepenuhnya. Dia menoleh ke samping, lalu mendapati bahwa ranjang pendamping itu terlihat kosong. Bahkan selimutnya pun sudah dilipat rapi.Dia mencoba bangun, tapi luka di perut membuatnya sama sekali tak bisa bergerak.Easton merasa tidak terima. Nama baiknya tidak boleh sampai tercoreng hanya gara-gara aib "mengompol di ranjang rumah sakit". Dengan tekad itu, dia menggertakkan gigi menahan sakit, lalu menggunakan lengan kirinya untuk menopang tubuh dan berusaha duduk perlahan-lahan.Rasa sakit yang hebat menyerangnya dan membuat keringat dingin bercucuran di dahinya. Urat-urat di lengannya menonjol dengan jelas, menandakan betapa berat perjuangannya.Tiba-tiba Maggie berlari masuk dengan panik. Bubur yang dibawanya tumpah berceceran, tetapi dia tidak sempat memedulikannya.

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status