Share

Nganterin Istri Ngedate

Emilio memindai tampilan Luisa, mata lelaki itu ke bawah, ke atas. Menatap penampilan Luisa dengan tatapan aneh.

“Gini mau keluar dengan pacar lo?”

“Iya, ada yang salah?”

Emilio mendecakkan lidahnya. “Lebih bagus daster ART di rumah mama gue, Sha,” komentarnya.

Luisa mendecakkan lidah. Tidak ada yang salah dengan tampilannya. Kemeja bermotif bunga besar-besar melekat ditubuhnya. Tidak norak sama sekali. Warna di motif juga kalem. Sengaja Luisa menggunakan belt di pinggang, dan celana warna putih. Hingga tidak tabrak lari fashionnya hari ini.

Tetap aja salah di mata Emilio.

“Ganti! Masa mau keluar kayak gini. Minimal pake dress, atau baju kemeja polos yang senada,” komentarnya.

Luisa memutar kedua bola matanya dengan sebal. “Ini aku yang mau ngadate atau kamu sih?”

“Lo. Tapi mata gue sakit ngelihatnya. Ganti! Ganti!”

Luisa merengus sebal. Entah sejak kapan lelaki ini jadi rempong seperti ini. Seakan-akan yang pergi ngedate itu mereka.

Luisa masuk ke dalam kamar. Melepas  kemeja bermotif itu, lalu mengambil baju kemeja berwarna putih. Celananya pun dia ganti dengan celana hitam.

Perempuan itu keluar dari kamar.

“Sha, mau ujian CPNS?”

“Hah?!”

Emilio tergelak. “Lo mau ujian? Hitam putih gitu. selera fashion lho jelek juga, ya.”

Luisa mendecakkan  lidahnya. “Il, Bokap dan Nyokap aku nggak ada di rumah. Stok baju yang aku bawa juga sedikit. Harap maklum!” dengus Luisa sebal. Baju yang dia cuci sih udah kering. Cuma, males banget mau nyerika. Lagian Mallory udah paham dan udah menerima kekuranga Luisa yang asal ngambil baju kalau lagi mode males.

“Oke. Kalau gitu lo ikut gue dulu sebelum pergi kencan,” ujar Emilio. Lelaki itu menyambar kunci mobil. Lalu menarik tangan Luisa meninggalkan apartemen.

Demi apa pun, ini benar-benar ribet dan Luisa sebal setengah mati.

Mereka tiba disebuah butik. Luisa hanya berdiri tegak. Sedangkan beberapa orang sedang mencoba mencarikan pakaian terbaiknya.

Luisa sudah malas sebenarnya. Beruntung nih satu jam lagi baru ketemu Mallory. Setidaknya dia masih bisa bersabar menghadapi kelakuan Emilio yang rada aneh menurutnya.

“Sha, cobain! Aku mau lihat,” ujar Emilio.

Luisa mengangguk malas. Perempuan  itu melangkah menuju bilik ganti, lalu mencoba satu persatua dress tersebut. Luisa keluar dari bilik ganti. Sedangkan Emilio duduk di sofa single sembari mengomentari dress itu. Kalau Luisa tidak salah hitung, sudah lima kali dress yang dia coba, tidak ada satu pun yang cocok menurut Emilio.

“Oke, ini dress terakhir. Kalau nggak cocok juga. Aku bakal batalin pertemuan dengan Mallory,” ujar Luisa pelan. hanya dirinya yang bisa mendengar kalimat barusan.

Luisa mengenakan dres dengan bagian atas yang terbuka. Namun, tetap anggun dan elengan. Warna cream engan perbaduan permata yang tidak lebai.

Dress itu tampak indah di tubuhnya. Namun, cukup berlebihan untuk suasana bertemu di taman.

Luisa keluar dari bilik ganti. Emilio terdiam sejenak. Lelaki itu mengagumi kecantikan Luisa.

“Oke, bungkus!” ujarnya.

Lusia menghela napas lelah.

Tidak berhenti di situ. Usai memilih dress. Emilio membawa Luisa ke salon, lalu mendadani Luisa secantik mungkin. Perempuan itu benar-benar disulap cantik.

Emilio sampai tidak berkedip. Seperti bidadari yang turun dari langit. Emilio kagum.

“MUA-nya keren,” puji Emilio. Aslinya sih muji Luisa. Hanya malu dan gengsi doang.

“Iya. Tapi, Il. Ini berlebihan. Aku cuma mau ketemu di taman,” ujar Luisa.

“What?!”

Lusia mencebikkan bibirnya. “Nggak nyambung kan?”

Emilio tergelak. Lelaki itu menggeleng. “Ya, udah deh, Sha. Sesekali lo kayak gini. Gue antar lo ke tamannya.”

“Beneran nggak ngerepotin?”

Emilio menggeleng. Aslinya Emilio penasaran dengan lelaki yang menjadi pacar Luisa. Sampai lelaki itu masuk ke dalam mimpi Luisa.

“Ayo! Entar telat lagi,” ujar Luisa.

Emilio mengangguk. Lelaki itu mengemudi dengan hati-hati. sesekali lelaki itu menoleh. Mencuri pandang pada istrinya. Bibir Emilio melengkung kecil. Secepat mungkin dia kembali memasang wajah datar.

Tiba di tempat yang Luisa maksud. Perempuan itu turun dari mobil. Lalu berlari ke arah kelaki yang sedang duduk di kursi taman. Luisa langsung berhamburan dalam pelukan Mallory. Sedangkan Emilio melihat kejadian itu dari dalam mobil

Tangan Lelaki itu memegang dadanya. Agak sesak. Tidak seharusnya Emilio marah, kan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status