Share

Terlambat

"Masalah apa?"

"Itu bos ada tamu datang ke kantor kita, dia ingin mendiskusikan kerja sama"

"Tapi saya sedang sibuk saya tidak mau di ganggu"

"Bos ini sangat penting, karena menyangkut keuntungan kita"

"Saya Katakan saya sibuk kamu paham?"

"Tapi bos ini..."

Diana mendengar perdebatan Rama dengan Rian dia merasa seperti dia menganggu Rama dia tidak mau membuat masalah lagi untuk Rama karena sudah 2 kali Rama susah karena dia

Jadi Diana berkata dengan Lembut kepada Rama memotong kata-kata Rian

"Rama lebih baik kamu ke kantor saja, tapi apa luka kamu sudah baik-baik saja? Atau masih sakit?"

Mendengar nada lembut Diana Rama melihat ke arah Diana yang tampak khawatir, Rama menjawab dengan lembut tersenyum, sambil menutup telponnya, tidak peduli dengan kata-kata Rian

"Lukannya sudah tidak sakit lagi, tapi Diana bagaimana kamu jika aku tinggal?"

"Aku tidak apa, aku juga masih ada urusan, lebih baik kamu ke kantor saja"

"Apa kita besok bisa bertemu lagi?"

"Iya jika aku ada waktu besok, kita bisa bertemu lagi"

"Iya, yasudah aku pergi dulu"

Rama menatap Diana lama setelah itu dia berjalan pergi memasuki mobilnya, Diana mengikutinya mengetuk kaca mobilnya

Memberikan kotak P3k yang dia pakai tadi

"Rama ini punya kamu, untung aku ingat mengembalikannya"

"Iya Dah... Diana sampai bertemu lagi"

Rama mengambil kotak p3k dari tangan Diana

"Iya"

Diana tersenyum, Rama kembali menutup pintu mobilnya, melaju kencang menuju kantornya, meninggalkan Diana yang masih berdiri disana menatap belakang mobil Rama yang berjalan menjauh, Diana mengambilnya ponselnya melihat jam lagi menunjukan jam 13:30

Dia terlambat 30 menit Diana melembarkan matanya terkejut, langsung berlari ke taksi yang masih menunggunya tadi

"Pak ke kafe white cat tadi ya"

"Baik Mba"

Taksi melanju dengan kecepatan cukup cepat, Diana takut calon suaminya akan marah karena dia terlambat tidak tepat waktu dia takut akan terjadi masalah dengan perjodohan mereka

Ponsel Diana berdering, Diana membuka layar ponselnya 

Melihat pesan chat dari ayahnya

Ayah: Nak kamu sudah sampai? Bagaimana dia? Apa kamu suka?

Diana: Belum ayah, terjadi sesuatu tadi di jalan aku belum bertemu dengannya

Ayah: sepertinya kamu akan terlambat

Diana: iya ayah 30 menit, bagaimana ayah Aku takut

Ayah: Tidak apa, coba kamu bertemu dengannya saja dan minta maaf

Diana: iya ayah

Diana keluar dari layar chat, menyimpan ponselnya dengan rasa khawatir dia hatinya 

Tidak terasa Diana sudah sampai di cafe white cat

Dia melihat mobil yang seperti di kenalnya di parkir di depan cafe mobil berwarna hitam mewah

Mobil ini sepertinya aku pernah melihatnya seperti mobil dia

Tapi mungkin mobil seperti ini banyak yang punya

Diana memikirkannya sambil berjalan masuk ke kafe

Seorang pelayan laki-laki menyambutnya di depan 

"Nyonya apakah anda nyonya Diana, yang akan bertemu jam 13:00 yang sudah memesan meja"

"Iya..."

"Oke meja anda ada di belakang dekat pot bunga itu"

"Baik, terima kasih"

Diana tersenyum kepada pelayan itu, dia melihat meja yang di katakan pelayan tadi, tapi dia melihat seorang laki-laki menggunakan setelan jas, rambut hitam pendek berwajah dingin sedang duduk di sana seperti menunggu seseorang wajahnya hanya setengahnya saya kelihatan karena dia sibuk menunduk memainkan ponselnya Diana melihatnya dari depan, meja yang lakk-laki itu  duduki menghadap ke kanan, Diana ingin mendatangi pelayan tadi tapi, dia ragu ragu jadi dia hanya berjalan ke arah meja yang di tunjukan tadi

Dia menyapa sambil tersenyum

"Hai..."

Laki-laki itu mendongak, ekspresi dinginnya makin terlihat, tapi muncul senyum yang sangat tipis di bibirnya

Diana melihat laki-laki itu terkejut, bingung, tidak tau mau berkata apa dia hanya diam 

"Hai Diana kita bertemu lagi untuk yang keempat kalinya, oh iya saya lupa memberitahu nama saya, saya adalah Nathan Adrian"

"Kamu...kamu... Adalah"

"Yang di jodohkan denganmu iya aku kenapa?, sudah ku katakan kita akan bertemu lagi"

Suara Nathan masih acuh tak acuh

Diana hanya membalas dengan bodoh

"Tapi kenapa bisa kamu, atau ini hanya akal-akalan kamu untuk menganggu aku lagi?"

"Apa kamu tidak percaya?"

"Tidak sama sekali"

"Oh jika tidak percaya, coba kamu telpon ayah kamu, aku akan menjawabnya"

"Oke baik kita coba"

Diana langsung mengeluarkan ponselnya mencari kontak ayahnya langsung mengklik nomornya, 2 menit kemudian ayahnya langsung mengangkat panggilan Diana

"Ayah menjodohkanku dengan Nathan Adrian kan?"

"Iya kenapa kamu bertanya bukannya kamu tau"

"Apa ayah tau fotonya atau, suarannya?"

"Dua duanya ayah tau, kenapa apa kalian sudah bertemu?

"Sudah tapi sepertinya dia bukan orangnya dia hanya mengaku Nathan Adrian, atau ayah ingin mendengar suaranya"

"Hah? Apakah benar begitu?, Yasudah coba kamu berikan ponsel kamu ke dia"

Diana memberikan ponselnya ke Nathan, Nathan langsung mengambilnya berkata dengan santai

"Halo pak apakah anda kenal saya? Apakah saya bukan Nathan Adrian?"

"Ya anda adalah Nathan Adrian, bukannya kita pernah bertemu?"

"Iya tapi kenapa anak perempuan anda ini berkata saya bukan Nathan Adrian?"

"Mohon maaf, anak saya mungkin dia hanya tidak pernah tau anda seperti apa, apakah anda bisa memberikan ponselnya kembali ke anak saya?"

"Hm"

Nathan mengembalikan ponselnya ke Diana dengan malas

"Iya ayah apakah benar apa salah?'

"Benar itu dia, Diana kamu harus baik-baik padanya dan minta maaf atas kesalahan kamu tadi"

"Tapi ayah aku tidak mau"

"Coba saja dulu nak, yasudah ayah tutup telponny dulu ya ayah masih banyak kerjaan"

"Iya..."

Diana langsung menutup telponnya menatap Nathan yang duduk dengan santai memegang gelas kopi di tangannya, berkata dengan acuh tak acuh

"Bagaimana? Sudah percaya? Atau harus aku buktikan lagi?"

"Aku sudah percaya, maaf aku tadi menunduhmu"

Diana masih berdiri menundukkan kepalanya menggertakan giginya kesal

Kenapa harus dia?

Kenapa tidak orang lain saja?

Kenapa selalu dia yang membuatku tidak bisa berkata apa-apa, aku kesal dengannya tapi mau bagaimana lagi untuk menyelamatkan perusahaan ayah dan ibu aku harus, menikah dengannya

Nathan mendengar jawaban Diana, masih menunjukkan ekspresi dingin, berkata dengan membosankan

"Akan aku maafkan jika, kamu ingin aku hukum apa hukuman yang bagus untuk perempuan sepertimu? Yang sudah telat dan menuduh orang"

Diana hanya diam

Toh aku juga akan di hukum lebih baik aku diam saja, biarkan dia berpikir sendiri

Aku terlalu malas berdebat dengannya, dari awal sampai sekarang aku selalu kalah, perdebatan kami tidak pernah selesai

Nathan melihat Diana hanya diam dia berkata dengan dingin mengancam

"Katakan jika kamu tidak katakan aku akan membuat perusahaan orang tuamu bangkrut sekarang"

"Katakan apa? Aku tidak tau"

"Tidak tau?"

"Apa kamu tidak mendengarkanku? daritadi?"

Diana melihat kegigihan Nathan dia mulai merasa takut, Diana berkata dengan lemah

"Hukuman kan? Untukku terserah kamu saja aku akan lakukan apapun yang kamu mau"

"Apapun yang aku mau? Apakah kamu bisa melakukannya sepertinya perempuan sepertimu tidak bisa"

"Aku bisa apapun itu"

Nathan melihat ke tubuh Diana, dia melihat Diana masih memakai jaket dan syal pemberian dia, Nathan berpikir dia bisa menghukum Diana sedikit kejam agar Diana jera 

"Aku memberikanmu hukuman tidak boleh bertemu dengan laki-laki yang kamu temui tadi siang, selama 1 bulan paham?"

Diana heran masih menundukkan kepalanya berpikir

Bagaimana dia bisa tau? 

Apa dia mata-mata?

Atau dia berada di sana tadi?

Tapi apa hubungannya aku bertemu dengan Rama sama hukuman aku terlambat dan menuduh dia?

Orang yang aneh

Diana terkubur dalam pertanyaan-pertanyaaan di benaknya

Nathan melihat Diana diam lagi dia tak tahan menarik tangan Diana duduk

Diana kembali ke kenyataan, melihat Nathan bingung, berkata dengan bodoh

"Apa hubungannya dia dengan, aku terlambat dan menuduhmu?"

"Terserah aku kamu tidak perlu tau, dan jika kamu melanggar kamu akan tau akibatnya Diana"

Diana tak menjawab hanya menundukkan kepalanya lagi

Nathan melihat Diana menunduk lagi dia tak tahan berkata dengan dingin

"Lebih baik kamu makan saja makanmu jangan banyak bertanya"

"Iya..."

Mereka berdua makan dengan diam, hanya suara orang lain yang terdengar di cafe tersebut sedang mengobrol.

Di meja Diana dan Nathan hanya ada suara sendok dan garpu saat mereka makan

30 menit mereka selesai makan, suasana mereka berdua masih sunyi tidak ada yang berbicara, Diana menjadi canggung dia hanya melepaskan jaket dan syal yang ada di tubuhnya dengan lembut melipatnya, dia ingin memberikan jaket dan syal ini kepada Nathan untuk mengembalikannya karena dia tidak mau terlalu banyak berhutang kepada Nathan karena mereka baru saja kenal

Nathan melihat Diana diam-diam masih mempertahankan ekspresi dingin acuh tak acuhnya

Diana tersenyum memberikan jaket dan syal yang sudah di lipatnya kepada Nathan

"Ini jaket dan syalmu terima kasih sudah meminjamkannya untukku"

Nathan hanya melirik jaket dan syal itu tidak mengambilnya, berkata dengan malas

"Itu bukan milikku lagi, aku tidak mau mengambilnya karena itu sudah di pakai oleh orang lain, aku tidak mau memakai barang bekas orang lain, jika kamu tak mau buang saja"

Diana kesal menghela napas dengan berat

Dia maunya apa sih?

Aku hanya ingin mengembalikan jaket dan syalnya dia bersikap seperti itu lagi

Dasar batu es terlalu lama di kulkas jadi terlalu beku 

Ahhhhh

Diana kesal, mengatai-ngatai Nathan di pikirannya, tapi yang keluar di mulutnya hanya kata-kata mengalah

"Yasudah aku simpan saja, jika tidak ada apa-apa lagi aku pergi dulu"

Diana memakai jaket dan syalnya lagi, berdiri ingin pergi, tapi Nathan langsung berdiri di depannya menghentikannya

"Tunggu sebentar"

Diana terdiam beberapa saat sebelum menjawab dengan terlalu malas

"Iya ada apa? Menahanku"

"Aku hanya ingin...."

Bersambung....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status