Pesona Bos Galak

Pesona Bos Galak

Oleh:  Yuli F. Riyadi  Baru saja diperbarui
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
13 Peringkat
61Bab
3.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Akibat mulutnya yang kadang membawa musibah, Resta Damara terpaksa pindah ke divisi keuangan atas perintah Gyan Elvaro Jagland, direktur keuangan dingin dan galak yang disegani para karyawan Blue Jagland. Dan juga demi untuk terbebas dari tuntutan pria itu karena mulutnya sudah membuat Gyan tersinggung. Dirinya yang tidak tahu seluk beluk keuangan itu habis kena omel karena terus melakukan kesalahan. Belum lagi dia harus sering lembur lantaran pekerjaannya tidak pernah beres tepat waktu. Hidupnya makin berantakan sejak bertemu Gyan. Pria menyebalkan itu benar-benar tidak punya peri kemanusiaan. Namun, siapa sangka di tengah kerja kerasnya itu dia malah makin terjerumus masuk ke dalam kehidupan Gyan. Dan entah bagaimana dia kian terbelit ke dalam masalah pria itu. ______ Ini adalah rangkain Pesona Series. Seri Pertama dengan judul Pesona Teman Papa bisa dibaca marathon sampe tamat di Goodnovel ya, Gaes.

Lihat lebih banyak
Pesona Bos Galak Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
260413
penasaran sama konfliknya, kayanya akan lbh seru dr daniel delotta, smg aja babnya lbh panjang dr daniel delotta thor...
2024-04-15 19:42:07
3
user avatar
260413
seru banget kaak, smg bs up 2 bab sehari......
2024-04-03 07:42:32
1
user avatar
Nilam
suka ceritanya .........
2024-04-02 14:32:41
1
user avatar
Bintang Senja
bagus ini ceritanya,kapan update lagi nih
2024-04-01 20:21:25
1
user avatar
aryu key
ceritanya bagus kak
2024-03-28 14:06:47
1
user avatar
Mariyam Ade
cerita. nya bagus
2024-03-28 08:32:56
1
user avatar
Michellyn Ling
aku jd senyum2 sendiri baca cerita ini. bagus utk hilangkan stress...
2024-03-26 18:33:28
1
user avatar
Cinta Carissa J Marbun
updatenya jangan pelit² dong thor, minimal kaya minum obat 3x sehari ...
2024-03-26 15:24:55
1
user avatar
Oppo A712018
cerita yg sukses bikin penasaran endingnya kaya apa,seruuuu
2024-03-24 16:04:30
1
user avatar
aryu key
bagusssssss
2024-03-19 23:13:17
1
user avatar
Mariyam Ade
bagus tapi jangan banyak konflik ya kakak
2024-03-14 05:20:28
1
user avatar
Yuli Maulana
suka cerita nya masih ada p daniel nya
2024-03-11 09:11:16
1
user avatar
Yuli F. Riyadi
Halo, selamat datang di PESONA Series. Kali ini aku bawain cerita tentang Gyan Jagland anak dari Daniel Jagland. Selamat membaca dan jangan lupa tinggalkan ulasan teman-teman.
2024-03-07 14:58:52
1
61 Bab
1. Mulut Besar
Gyan melirik tajam saat seseorang dengan kencang mengempaskan diri tepat di belakang kursinya. Matanya menyipit ketika kemudian sebuah suara dengan nada kesal terdengar. "Sumpah ya, gue udah mikirin ide setengah mampus buat promosi malah proposal ditolak mentah-mentah. Nggak dilirik sama sekali lagi." Itu suara wanita yang barusan duduk tepat di belakang meja Gyan. Gyan tidak bisa melihatnya secara langsung karena posisinya memunggungi si pemilik suara. "Proposalnya kurang menarik?" tanya wanita lain, lawan bicara wanita tukang ngomel tadi. "Kalau nggak menarik ngapain diajuin. Ini sudah terhitung dua kali proposal gue kena tolak. Direktur Keuangan baru kita beneran medit. Dulu kayaknya Pak Bambang nggak gini deh." Telinga Gyan langsung tegak. Dia bergerak sedikit, memperbaiki posisi duduk. Pembahasan dua wanita itu terdengar menarik. Bukan bermaksud menguping, tapi obrolan mereka terdengar jelas dari posisinya duduk. "Mungkin bagi dia ide lo nggak berpotensi menarik konsumen."
Baca selengkapnya
2. Game Over
"Tiga tahun saya berkecimpung di marketing belum ada ide sepayah yang ini."Telunjuk Gyan terarah ke proposal di atas meja. Hanya membaca satu halaman saja dia bisa tahu ide macam apa yang wanita dengan kepercayaan diri tinggi itu buat. Resta melebarkan mata mendengar ucapan meremehkan yang Gyan lontarkan. "Fresh katamu?" Sudut bibir Gyan terangkat. Seringai iblisnya muncul. "Ide seperti itu tidak terpakai di Blue Jagland Kanada. Ide sampah yang sangat ketinggalan jaman." Sontak Resta ternganga. Menatap proposalnya yang Gyan campakkan begitu saja. Dua tangan di sisi tubuhnya refleks mengepal. Hidung runcingnya kembang-kempis menahan geram. Mati-matian dia menahan untuk tidak menerjang pria pongah itu. Seumur-umur tidak ada yang pernah meremehkan ide-idenya. Seandainya bukan atasan sekaligus anak presdir, mungkin Resta sudah mencekik leher pria tampan itu saat ini juga. Sial! Tampan, tapi tak punya adab. "Kalau memang Bapak tidak menyetujui ide ini, kenapa Bapak meminta saya data
Baca selengkapnya
3. Pindah Divisi
Dengan wajah tertekuk Resta berjalan seraya memeluk boks berisi perlengkapan kerjanya. Hari ini dia resmi menjadi salah satu staf divisi finansial di bawah kepemimpinan Gyan Jagland yang naudzubillah nyebelin itu. Sampai di titik ini Resta sudah berusaha agar dirinya tidak dipindahkan. Mulai dari membujuk Sella, sektretaris Gyan agar mau membantunya bicara ke atasan sampai dia rela menungguin Gyan muncul di lobi. Namun, hasilnya nihil. "Sampai bertemu besok di divisi finansial." Itu ucapan Gyan sebelum Resta mengungkapkan keberatannya untuk ke sekian kali. Lalu pria itu bergegas pergi, tanpa menghiraukan Resta yang pasang muka memelas. Dan pagi ini dengan sangat terpaksa heels lima senti yang dia kenakan mengetuk lantai 12 di mana sarang singa itu berada. Salah seorang staf administrasi menunjukkan kubikel baru untuk Resta dengan wajah riang. Seolah memberi ucapan selamat datang di neraka kepada Resta. "Selamat bergabung. Untuk pekerjaan biasanya akan kamu terima by email," ucap
Baca selengkapnya
4. Lembur
Kejadian makan siang di gerobak soto ayam membuat Resta berada di ruangan Gyan dengan kepala menunduk. Matanya menatap ujung sepatunya yang sejajar seolah saling menguatkan. Bulir-bulir keringat dingin mulai membanjiri kening Resta. Air conditioner di ruangan ini seperti tidak berfungsi dengan baik. Hawa di sini begitu mencekam. Resta menelan ludah melihat Gyan menatapnya lurus tanpa suara. Mata biru itu menghujamnya begitu dalam. Andai mata itu bisa mengeluarkan tembakan, pasti pelurunya sudah menembus kepala Resta. "Apa kejadian kemarin nggak bisa jadi pelajaran buat kamu, Resta?" tanya Gyan dengan suara dalam dan tegas. "Kalian tidak ada kerjaan lain selain ngomongin atasan yang mungkin saja bisa memecat kalian kapan saja?" "Maaf, Pak. Saya tidak bermaksud bicara nggak sopan sama Bapak. Itu ucapan refleks, Pak," sahut Resta seraya mencoba mengangkat kepala, tapi hanya bertahan sebentar lalu menunduk lagi. Gyan menyandarkan punggung ke kursi sembari menggelengkan kepala. Kalau s
Baca selengkapnya
5. Gosip Pagi
Gyan menghela napas panjang saat lagi-lagi harus ke kelab untuk menjemput orang mabuk. Orang dari kelab menelepon mengatakan May tengah mabuk parah. Sebenarnya Gyan sudah tidak mau direpotkan dengan urusan May lagi. Namun, demi hati nurani dan untuk menghargai waktu dua tahun yang pernah mereka lewati bersama, Gyan menyambangi kelab sialan itu lagi. May tidak sendiri ketika Gyan sampai. Seorang pria tengah menemani minum. Pria yang sama dengan waktu itu. Namun begitu melihat kemunculan Gyan, pria itu langsung pergi setelah sebelumnya mencium samar pelipis May. "Hai, Pacar," sapa May tersenyum. "Mau minum bareng? Udah lama kan kita nggak minum bareng. Pacarku kan direktur Blue Jagland yang sibuknya ngalahin presiden. Hei, Braco! Kamu tau Blue Jagland nggak?" tanya May pada bartender yang sibuk membuat pesanan. Bartender itu hanya tersenyum dan mengabaikan May yang kembali menuang minuman ke gelas. "Gy, sini dong. Kenapa cuma berdiri? Ayo, minum sama aku." May berusaha turun dari st
Baca selengkapnya
6. Tugas Dadakan
Hampir saja Resta muntah mendengar ucapan penuh percaya diri bosnya. Naksir pria itu bilang? Perlu pertapa tahunan buat naksir sama pria seperti Gyan. Wanita di dunia ini bakal terkecoh dengan paras malaikat dan mata birunya, tapi kalau sudah tahu aslinya Resta yakin seratus persen siapa pun ogah berdekatan dengan anak presdir itu. Resta berani taruhan. Menanggapi ucapan asal Gyan, Resta memilih memalingkan muka ke layar komputer lagi. Memutuskan tidak ingin berurusan dengan pria itu. Apalagi sekarang masih pagi. Tidak baik untuk kesehatan mental. Tapi... "Ikut ke ruangan saya," ucap Gyan yang sontak membuat Resta mendongak. "Saya, Pak?" "Ya iya. Memang siapa lagi?" delik Gyan dengan mata yang hampir keluar dari rongganya. Bibir Resta manyun seketika. Pagi indah yang dia harapkan buyar. Ini pasti gara-gara gosip pagi yang Joana sebar. Dengan gerakan ogah-ogahan Resta keluar dari rongga antara meja dan kursi. Mengikuti langkah Gyan yang sudah lebih dulu berjalan menuju ruangannya.
Baca selengkapnya
7. Workshit
"Nggak bisa gue." "Lah napa?" "Kayaknya ini hari tersinting gue deh, Jo. Lo sih pagi-pagi pake bawa gosip soal si bos. Gue jadi kayak kena tulah sial." Resta berani taruhan Joana di ujung telepon sana pasti sedang mengernyitkan dahi. "Apa hubungannya, Botol Kecap?" pertanyaan ajaib Joana keluar. Dari sini Resta menghela napas panjang. Jam masih menunjukkan pukul sepuluh pagi, tapi banyak pekerjaan yang Gyan limpahkan padanya. Mood pria arogan itu sepertinya sedang kacau gara-gara Pak Jamet yang ternyata ketahuan menyelundupkan dana perusahaan. Resta tidak habis pikir. Sebenarnya Gyan itu detektif atau pimpinan sih? Baru juga dua hari Resta bergabung di divisi ini dia sudah melihat tiga orang kena tumbal makian Gyan. "Gue lagi disandera si bos," sahut Resta asal, sambil membuka sebuah file di layar komputer. "Maksud lo?" "Gue lagi gantiin Sella. Tuh cewek lagi dirawat di RS, keracunan makanan. Dan sekarang gue yang jadi tumbal buat gantiin kerjaan dia. Astaga, kerjaannya seabr
Baca selengkapnya
8. Makan Siang
Resta melongo di tempat. Sejujurnya dia tidak ingin menjadi orang udik begini. Akan tetapi keadaan yang memaksa. Belum lagi sepanjang turun dari lantai paling atas gedung semua mata seolah tertuju padanya. Ya, itu memang cuma perasaannya saja. Aslinya yang menjadi pusat perhatian tentu saja orang nomor satu di Blue Jagland. Daniel Jagland dan putranya. Resta hanya kecipratan saja karena mengekori mereka."Ikut mobil papi?" tanya Daniel ketika dia dan rombongannya sampai di teras gedung. Mercedes-Benz series terbaru pria tua itu sudah berdiri anggun dengan supir di sampingnya."Aku sama Resta menyusul saja nanti," sahut Gyan kalem.Daniel tidak memaksa. "Kalau gitu hati-hati bawa mobilnya," pungkasnya sebelum bergerak masuk ke dalam mobil.Sampai sang papi pergi, Gyan masih berdiri di teras. Tepat ketika mobil itu tak terlihat lagi, dia baru beringsut menuju mobilnya yang berada di parkir khusus direksi.Gyan berbalik ketika Resta masih mematung. "Kenapa masih diam?"Wanita itu tersent
Baca selengkapnya
9. Hari Ketiga
Resta melotot ketika Gyan memberikan setumpuk berkas ke hadapannya. Seketika wajah cantiknya bersungut-sungut. Dengan pasrah dia menatap layar ponsel yang berisi pesan dari Reno-pacarnya. Entah sudah berapa kali dia menggagalkan rencana pertemuan mereka. Ini hari ketiga Resta menggantikan Sella dan berharap menjadi hari terakhir. Sumpah demi apa pun lebih nyaman jadi staf biasa daripada menjadi sekretaris bos yang gila kerja seperti Gyan. Dua hari ini dia pulang larut gara-gara mengikuti jam pulang Gyan yang tidak tahu waktu. Beruntung dua hari kemarin Joana juga lembur jadi pulangnya wanita itu bisa nebeng. 'Sekretaris baru boleh pulang kalau bosnya sudah pulang.' Itu yang Gyan ucapkan. Sialnya Gyan tidak pernah pulang kurang dari pukul sepuluh malam. Resta terpaksa menunggui pria itu. Seperti malam ini. Pekerjaannya sudah selesai sekitar tiga puluh menit lalu, tapi pintu ruang direktur keuangan masih tertutup rapat. Dia mencoba peruntungan menghubungi Gyan melalui interkom di me
Baca selengkapnya
10. Dendam Kesumat
Akhirnya Resta bisa bernapas lega ketika hari kelima Sella muncul. Sekretaris direktur keuangan itu terlihat segar bugar. Tidak seperti orang habis sakit. Bahkan sekarang rambutnya diombre cokelat terang di bagian ujungnya."Thanks ya, Res. Lo udah mau handle kerjaan gue," ujar Sella ketika Resta menanyakan keadaannya. "Gimana? Enak kan jadi sekretaris?"Resta tidak langsung menjawab. Ujung matanya malah melirik kanan kiri. Lalu ketika merasa aman dia bersuara sambil mencondongkan tubuh ke dekat Sella."Amit-amit. Kalau jadi sekretaris Pak Bambang mungkin iya enak. Atau jadi sekretaris Pak Daniel sekalian. Tapi kalau bos lo itu... cukup empat hari kemarin aja dan nggak mau-mau lagi."Sella cekikikan melihat muka ekspresif Resta yang totalitas banget unlike seorang Gyan Jagland. Sebenarnya yang Resta rasakan dia juga merasakan. Tapi karena sudah terbiasa sejak tujuh bulan terakhir, Sella fine-fine saja dan mulai bisa mengikuti ritme kerja anak presdir itu."Tapi nggak semua menyebalkan
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status