“Kamu brengsek! Aku membencimu seumur hidupku, kamu keterlaluan!” Calantha terkejut ketika mendapati dirinya terbangun tanpa sehelai benang di samping seorang pria yang tak lain adalah calon iparnya, Alessandro Javier alias Al. Sial, tragedi itu membuat perjodohan antara Al dan saudari kembarnya batal. Bahkan, bukannya membantu menjelaskan kesalahpahaman, Al menambah masalah semakin pelik. Hingga Calantha dan Al terikat pernikahan paksa. Calantha pikir, nasib buruk usai, ternyata dugaannya salah, masalah datang silih berganti. Selain itu ditemukan fakta-fakta baru, termasuk rahasia besar yang selama ini tersembunyi rapi.
view more‘Ketiga kalinya … dia menghancurkanku,’ batin Cal.Pukul empat pagi wanita itu terbangun, samar-samar melihat asap tipis di balkon. Cal tahu Al tidak tidur semalaman, buktinya sisi kosong di atas tempat tidur tetap rapi dan dingin.“Pembohong!” gumam Cal.Ia ingin bangun dan melarikan diri tetapi tubuhnya benar-benar lemas. Entah obat apa yang disuntikan Al semalam karena … menyakitikan. Cal hanya bisa memandang nanar pintu balkon yang terbuka lebar.“Mereka bilang efeknya akan hilang satu sampai dua jam setelah kamu bangun.” Suara Al terdengar parau. Ia berjalan memasuki kamar.Pria itu meletakkan botol anggur serta kotak rokok di atas meja kecil. Al menghampiri ranjang dan berdiri di samping. Iris biru safirnya menatap lurus-lurus punggung Cal.“Schatzi … aku—““Aku ingin bercerai!” tegas Cal. Bibir wanita itu bergetar, ia hampir menangis tetapi berhasil menguasainya. Ia kembali berkata dengan tenang, “Mari kita akhiri ini.”“Tidak!” Al naik ke atas tempat tidur. Ia memeluk Cal dari
Al sedang menghubungi Xavi di dalam bilik toilet. “Di mana kamu simpan kalungnya?! Jangan membuatku malu di depan istriku!” sentak Al memaki ponsel.[Maaf Tuan, saya lupa memberitahu. Kalung untuk Nyonya ada di dashboard.]Setelah mendapat informasi itu, Al bergegas mengambil hadiah untuk Cal. Ia tersenyum lebar ketika berhasil menemukannya dan berlari menemui Cal di dalam restoran.Beberapa menit sebelumnya, Cal ragu-ragu menerima panggilan suara dari kakak kembar. Entah mengapa tangan serta otak Cal tidak sejalan. Ia diam beberapa detik hingga telepon terputus, kemudian satu pesan masuk.[Terima Cal! Ini penting, tentang suamimu!]Cal membaca pop up pesan. Tidak lama kemudian, kakak kembar menghubungi lagi.“Halo Clair ada apa?” [Sepertinya sampai sekarang kamu masih menikmati peran sebagai Nyonya Torres.]Cal mendengar intonasi sinis dari balik telepon. Ia menelan ludah, dan mengembuskan napas karena kata-kata Clair menyinggungnya.“Bukankah pernah ku bilang, kalau kamu ingin aku
“Bisa minta tolong? Badanku lengket, mau mandi,” pinta Cal. “Ternyata pikiran kita sama.” Ekspresi Al berubah ceria. “Dengan senang hati Nyonya.” Pria itu memangku wanitanya ke kamar mandi, dan menyiapkan air hangat. Al berharap perhatian ini dapat meluluhkan hati Cal. “Kenapa bajunya dibuka sendiri?” Al menoleh dan jakunnya sedikit bergerak. “Tanganku sudah sembuh, jadi melepas pakaian pekerjaan yang mudah.” Cal mengangkat bahu. Melalui cara pandang sepasang iris biru safir, Cal tahu suaminya kecewa. Akan tetapi ia tidak akan membiarkan dirinya bergantung sepenuhnya pada Al. Kedua tangan Al sangat hati-hati menyabuni tubuh Cal dan membasuhnya dengan air hangat. Setelah selesai, ia tetap membantu wanitanya mengenakan pakaian, serta mengeringkan rambut di depan meja rias. “Hari ini kamu bolos kerja lagi,” gumam Cal. Ia menatap Al melalui cermin. “Umm … semoga dewan direksi tidak memecatku,” sahut Al dengan santai. “Kondisiku jauh lebih baik Al. Sebaiknya mulai besok kamu k
“Wanita impian?” Dahi Al kelihatan berkerut. Al hendak maju mendekati Lionel. Ia sudah mengepalkan tangan bersiap memukul mantan kekasih istrinya. Akan tetapi, ia masih menahan sebab tidak mau merusak citranya di depan Cal.“Ya benar, bukankah seorang pria diharuskan berjuang?” sahut Lionel. Pria itu tersenyum mengejek.Dari atas ranjang pasien, Cal mengamati gerak-gerik dua pria dewasa itu. Ia berpikir keras supaya keduanya tidak membuat kerusuhan di rumah sakit.“Aku setuju,” tegas Al. Kini, ia berdiri tepat di depan Cal, sengaja menghalangi jarak pandang Lionel. Ia berujar dengan intonasi dingin, “Tapi seorang pria terhormat tidak merebut milik pria lain.”Bersamaan dengan Lionel membuka mulut, dengan cepat Cal memanggil nama suaminya.“Al? A-aku … kepalaku sakit.” Cal menelan ludah karena memubual. Setelah Al mendekat, wanita itu menyandarkan kepala pada dada bidang. “Seharusnya aku istirahat.”Meskipun enggan berdekatan dengan Al, paling tidak untuk saat ini Cal masih istri sah
“Argh!” pekik Al merasakan sakit pada bagian dada.Akibat terkejut, Cal mencubit keras puncak dada Al sehingga pria itu terguling tergesa berdiri. Cal melebarkan kedua kelopak mata karena kedatangan dua orang yang kini berjalan memasuki ruangan. Ia sama sekali tidak memedulikan ringisan Al.“Pa-man?” gumam Cal.Sekarang kulit pipi Cal benar-benar merah. Ia merutuk tindakan Al sehingga terciduk karena perbuatan mesum.“Kalau kalian mau melakukannya sebaiknya pulang! Bukan di rumah sakit!” gerutu pria paruh baya itu.Buru-buru Al duduk di tepi ranjang sambil merangkul bahu Cal. Wajah Al tampak biasa saja berbeda dengan Cal yang menahan malu sekaligus sebal.“Bagaimana mau memiliki cucu kalau Daddy selalu mengganggu?” Ekor mata Al melirik Cal. Mendadak, pria itu mengernyit lalu berujar, “Kamu terjatuh dari tangga, bagaimana perutmu? Apa baik-baik saja?”Sebelum Cal memberi jawaban, ayah mertua membuka suara. “Cal tidak hamil. Kepala, lengan dan kakinya saja yang cedera.” Ucapan itu dian
“Jangan-jangan ... pria kurang ajar itu ….” Cal menjeda ucapannya sambil menatap lekat-lekat wajah tampan Al. “Kamu menuduhku?” Al membalas tatapan tajam sang istri. Sebenarnya pria itu gelisah tetapi pandai menutupi keadaan. Cal menggeleng, dan berujar, “Tidak! Aku merasa hidupku dipermainkan oleh banyak orang dan salah satunya adalah kamu!” Mata Al memelotot mendengar ucapan itu. Ia tidak suka dituduh oleh istrinya. Padahal saat ini ia sedang mencari tahu siapa sumber masalah di balik semuanya. “Tidak perlu memelototiku seperti itu Al!” Cal menghela napas sambil mengangkat bahu. Wanita itu tersenyum kecil kemudian berkata dengan lembut, “Sekarang, tidak ada satu orang pun yang bisa dipercaya, termasuk kamu, suamiku.” Murka, darah Al seketika mendidih karena ucapan Cal sudah keterlaluan. Ia mendekat dan mencengkeram rahang kecil wanita itu. Sorot mata biru safir menusuk tajam pada sepasang manik abu-abu. “Kamu seperti ini karena cemburu! Sekarang lupakan itu dan fokus pada kes
"Aku bisa sendiri! Tidak perlu dipegangi Al!” Cal menepis sepasang tangan kekar yang berusaha memapahnya masuk ke dalam kamar mandi. “Tapi kakimu sedang sakit. Jangan keras kepala!” protes Al. Pria itu bersikukuh tidak mau mengalah. Al langsung menggendong wanitanya ke kamar mandi. Ia menjulurkan tangan hendak membantu Cal membuka celana. “Tidak perlu, sebaiknya kamu tunggu di luar!” usir wanita itu. “Bagaimana jika kamu jatuh di sini? Tidak perlu malu aku sudah hapal setiap lekuk tubuhmu, termasuk tanda lahir di punggungmu itu,” ucap Al sedikit melemah. Seketika pipi Cal merona, tetapi ini bukan waktu yang tepat. Sebab ia sakit hati karena suaminya masih menemui wanita lain. Cal yakin Al kontak fisik bersama Clair, terbukti dari aroma parfum terasa menusuk hidung. Cal segera menuntaskan ritual pribadinya. Ia terpaksa menerima bantuan Al membenarkan posisi celana serta menggendongnya kembali ke atas ranjang pasien. “Terima kasih,” kata Cal dengan datar serta tatapan tertuju ke a
“Mitha?!” pekik Cal setelah siuman. “Calantha tenanglah! Saudarimu sedang ditangani dokter,” ujar Livy. Ibu mertua itu bergegas ke rumah sakit selepas menerima kabar menatunya kecelakaan. Kini ruang rawat berukuran luas dihadiri beberapa orang anggota keluarga Torres kecuali Al. Namun, pikiran Cal tertuju hanya pada Mitha. Ia menyingkap selimut, tetapi tercengang melihat satu kakinya terbalut gips. Bahkan, bau amis darah samar-samar masih tercium olehnya. Ia menoleh pada ibu mertua dan menatap lurus wajah wanita paruh baya itu. “Bibi. A-apa Mitha terluka?”cicit Cal. Liy mengangguk kecil. “Tidak apa-apa sekarang kamu aman, Cal.” Lagi, sikap ibu mertua jauh lebih baik dibanding sebelumnya. Sekarang ayah mertua menjaga ketat keamanan di rumah sakit, serta menyelidiki pelaku penyerangan di rumah putra sulungnya. “Terima kasih Bibi. Tapi aku ingin melihat Mitha, bagaimanapun dia terluka karena a-ku,” lirih Cal. Ia membayangkan seberapa parah luka serta trauma yang dialami
“Sebenarnya ada apa Al? Apa adikku menghasutmu? Semudah itu kamu percaya padanya?!” teriak Clair, dengan air matanya bercucuran.“Ini bukan pertama kalinya kamu berakting Clair. Aku tidak bodoh!” bentak Al. Ia tidak memedulikan ketakutan mantan tunangannya itu. “Jawab dengan jujur atau ….” Satu tangan Al telah melayang.Wanita berkulit pucat itu terbelalak, sebab pria yang dikenal lembut serta penyayang mampu berbuat kasar. Clair meraih tangan Al, lalu memukuli diri sendiri dan jerit tangisnya memekakkan telinga.Namun Al membeku melihat sikap Clair.“Kenapa diam Al? Tampar saja kalau itu membuatmu puas!” Clair mengamuk dalam mobil. Wanita itu meracau, “Silakan percaya ucapan Cal, tapi aku tidak pernah melakukan kejahatan apa pun padanya!”Terpaksa Al mengalah. Pria itu menahan kedua tangan Clair supaya tidak menyakiti diri sendiri. Bahkan ia mendekap erat serta membelai rambut halus wanita itu.“Cukup Clair!” tegas Al.“Tapi kamu jahat Al! Tidak puaskah kamu menyakitiku? Kamu tidur d
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.