Setelah Aku Pergi

Setelah Aku Pergi

last updateLast Updated : 2025-06-23
By:  Aqila.bfUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Not enough ratings
6Chapters
17views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Apa arti pernikahan jika tak lagi ada cinta? Apa gunanya bertahan jika kesetiaan hanya menjadi beban di satu sisi? Aileen Carter, seorang penulis berusia 32 tahun, harus menghadapi kenyataan pahit—suaminya berselingkuh, dan pernikahan enam tahun mereka berakhir hanya dengan selembar surat perceraian. Di tengah gemerlap Singapura yang dulu menjadi saksi kehidupannya yang mewah, ia kini berdiri sendiri, memandang dunia yang terus berjalan tanpa dirinya. Dengan hati yang remuk, Aileen memutuskan untuk meninggalkan semuanya dan kembali ke Kanada, ke rumah mendiang neneknya yang telah lama kosong. Sebuah tempat yang dulu penuh kenangan hangat, kini menjadi awal dari perjalanan baru yang penuh kesunyian. Di sana, ia berusaha menata ulang hidupnya—memperbaiki rumah tua, merawat taman yang terbengkalai, dan yang terpenting, menyembuhkan luka yang masih menganga. Namun, di antara dinginnya musim dingin dan sepinya malam-malam panjang, Aileen menemukan sesuatu yang tak pernah ia duga. Apakah pergi benar-benar berarti kehilangan? Ataukah di balik kepergiannya, ada takdir lain yang menunggu untuk ditemukan? "Setelah Aku Pergi" adalah kisah tentang kehilangan, harapan, dan keberanian untuk memulai kembali, bahkan ketika hati masih dihantui oleh masa lalu.

View More

Chapter 1

Bab 1 : Akhir Dari Sebuah Kisah

Cinta bukan hanya tentang bertahan, tetapi juga tentang tahu kapan harus melepaskan, meskipun itu menyakitkan.

---

Hidup selalu punya cara sendiri untuk mengajarkan arti kehilangan. Kadang, kita dipaksa melepaskan sesuatu yang pernah kita yakini akan bertahan selamanya. Tapi mungkin, kehilangan bukan akhir dari segalanya, melainkan awal dari perjalanan baru di mana kita menemukan diri kita yang sebenarnya.

Apa arti pernikahan jika tidak ada cinta di dalamnya?

Apa pernikahan seperti itu masih layak dipertahankan?

Mendapatkan hati seseorang yang kita cintai adalah kebahagiaan. Namun, kehilangan orang yang kita percaya sebagai pasangan seumur hidup adalah luka yang sulit diukur dengan kata-kata.

Aileen Carter, seorang wanita berusia 32 tahun, telah merasakannya. Setelah enam tahun menikah, ia harus menghadapi kenyataan pahit kalau suaminya mencintai wanita lain. Bukan hanya mencintai, tetapi juga memilih wanita itu di atas pernikahan mereka.

Malam di Singapura selalu gemerlap. Lampu-lampu kota bersinar terang, menghiasi gedung-gedung pencakar langit yang menjulang tinggi. Dari balkon sebuah apartemen mewah di pusat kota, Aileen menatap hiruk-pikuk jalanan di bawahnya.

Orang-orang masih berlalu lalang. Mobil-mobil melaju di jalan raya, lampu merah dan hijau bergantian menyala, mengatur ritme kehidupan kota yang tak pernah benar-benar tidur. Namun, bagi Aileen, semua itu hanya seperti bayangan buram. Ia berdiri diam, membiarkan angin malam menyapu wajahnya, tetapi tidak merasakan apa pun.

Di belakangnya, koper besar sudah terisi penuh. Hanya beberapa barang yang ia bawa dan itu cukup untuk memulai hidup nya kembali.

Besok, ia akan meninggalkan kota ini.

Besok, ia akan meninggalkan kehidupan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun, dan menutup lembaran yang pernah ia pikir akan bertahan selamanya.

Karena bagi Aileen, Singapura kini hanyalah kenangan. Kenangan pahit yang harus ia tinggalkan.

Malam ini, ia termenung di balkon sebuah apartemen mewah di pusat kota Singapura. Apartemen itu milik Nathan, sahabat dari abangnya, yang dengan tangan terbuka menerimanya setelah ia memutuskan meninggalkan rumah yang selama ini ia tempati bersama Samuel.

Dari lantai tiga puluh, Aileen menatap hiruk-pikuk jalanan di bawah. Lampu-lampu kota masih bersinar terang meski waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari. Biasanya, ia menikmati pemandangan ini sambil menyeruput teh melati favoritnya, menikmati ketenangan yang datang setelah hari yang panjang. Tetapi malam ini berbeda.

Malam ini adalah malam terakhirnya di Singapura.

— — —

* Flashback On *

Pernikahan seharusnya menjadi tempat seseorang merasa aman dan dicintai. Tapi apa jadinya jika pernikahan itu justru menjadi sumber luka?

Pernikahan tanpa cinta hanyalah ikatan kosong.

Dan pernikahan yang dikhianati adalah neraka yang nyata.

Aileen telah hidup dalam neraka itu selama beberapa bulan terakhir, berpura-pura tidak melihat tanda-tanda perselingkuhan Samuel, suaminya. Namun, kebohongan tidak bisa selamanya disembunyikan.

Malam itu, pintu kamar terbuka, lalu tertutup lagi dengan pelan. Samuel baru pulang. Jam di ponsel Aileen menunjukkan pukul 02:45 dini hari. Dulu Samuel pulang kerja tidak lebih di atas jam sebelas malam. Tapi setahun terakhir ini, dia selalu telat.

Aileen tahu.

Samuel pulang telat bukan karena pekerjaan. Bukan karena lembur di kantor ataupun bukan karena urusan bisnis yang menumpuk. Ia pulang telat karena sesuatu yang lain, sesuatu yang... lebih menyakitkan.

"Kamu dari mana?" suara Aileen terdengar tenang, tetapi ada ketegasan di dalamnya.

Samuel, yang sedang melepas dasinya dengan kasar, melirik sekilas. "Baru pulang kerja," jawabnya singkat, nada suaranya penuh sarkasme.

Aileen tidak segera menanggapi. Ia hanya berjalan mendekat, mengangkat ponselnya, dan menunjukkan layar yang menampilkan angka 02:45. "Pulang kerja? Jam segini?"

Samuel mendengus, melempar jasnya ke kasur. "Aku capek! Bukannya buatin minum atau siapin sesuatu yang berguna, malah nanya-nanya nggak jelas!"

Aileen tetap diam. Ia berbalik, membuka laci meja di belakangnya, lalu mengambil beberapa lembar foto yang telah ia siapkan sejak tadi sore. Tanpa ragu, ia melemparkannya ke wajah Samuel.

Samuel mengerutkan kening, mengambil salah satu foto yang jatuh di lantai. Matanya membelalak.

Di dalam foto itu, ia terlihat duduk berdua di sebuah restoran mewah bersama seorang wanita. Ada foto lain yang menunjukkan mereka masuk ke sebuah hotel, dan satu lagi memperlihatkan mereka berdua bermesraan di kantor Samuel.

Aileen melipat tangan di dadanya, menatapnya tanpa ekspresi. "Siapa wanita itu?" tanyanya dingin.

Samuel terdiam beberapa detik. Lalu, alih-alih panik atau meminta maaf, ia malah tertawa kecil, seperti seseorang yang baru saja tertangkap basah tetapi tidak merasa bersalah sedikit pun.

"Bagus kalau kamu sudah tahu," katanya santai. "Aku memang mau kasih tahu kamu soal ini. Tapi ternyata kamu tahu lebih cepat. Ya sudah, aku nggak perlu repot-repot lagi."

Aileen menatapnya. Bukan dengan marah, bukan juga dengan sedih, tetapi dengan kehampaan yang dalam.

"Kamu bahkan nggak merasa bersalah?" suaranya pelan, hampir berbisik.

"Bersalah?" Samuel terkekeh, lalu mengangkat bahu seolah tidak peduli. "Dengar, Aileen. Aku butuh istri yang bisa mendukungku. Bukan seseorang yang cuma duduk di rumah dan jadi penulis. Aku butuh wanita yang lebih dari itu."

Aileen mengatupkan bibirnya. Sudah cukup. Ia tidak perlu mendengar lebih banyak lagi.

"Kalau begitu, kita cerai," katanya, mantap.

Samuel tidak terkejut. Sebaliknya, ia malah berjalan ke lemari, mengambil sebuah amplop berwarna krem, lalu melemparkannya ke meja.

"Aku sudah menyiapkan ini sejak lama," katanya datar. "Tandatangan saja. Urusan kita selesai."

Aileen menatap amplop itu selama beberapa detik. Tidak ada air mata. Tidak ada emosi yang meledak. Yang tersisa hanyalah rasa lelah yang begitu dalam.

Ia mengambil pena dan menandatanganinya tanpa ragu.

Samuel tersenyum miring. "Bagus. Sekarang kamu bisa angkat kaki dari rumah ini."

Aileen tidak berkata apa-apa lagi. Ia hanya mengambil koper kecil yang sudah ia siapkan sebelumnya, lalu berjalan keluar tanpa menoleh.

Malam itu, ia memutuskan pergi ke apartemen seseorang.

Flashback Off

— — —

Aileen kembali dari lamunannya, menatap Singapura untuk terakhir kalinya dari balkon apartemen milik sahabat dari abangnya.

Di belakangnya, sebuah koper besar sudah terisi penuh. Hanya beberapa barang yang ia bawa—cukup untuk memulai hidup baru di Kanada.

Pandangannya beralih ke meja makan, tempat amplop berwarna krem itu tergeletak. Surat perceraian. Halaman-halaman dokumen itu terasa berat, bukan karena kertasnya, tetapi karena makna di baliknya. Pernikahannya selama enam tahun kini hanya tersisa tanda tangan dan cap resmi.

"Aileen."

Suara itu membuatnya menoleh. Nathan berdiri di ambang pintu, menatapnya dengan ekspresi yang sulit diartikan.

"Yakin mau pergi?" tanyanya pelan.

Aileen mengangguk. "Aku sudah menyiapkan semuanya. Aku akan berangkat besok pagi."

Nathan tidak menjawab. Ia hanya menatapnya beberapa saat sebelum mengalihkan pandangan ke jendela. "Jadi... kamu benar-benar mau balik ke Kanada?"

"Aku tidak punya tempat lain untuk pergi," jawab Aileen. "Rumah nenekku ada di sana. Aku bisa mulai dari awal."

Keheningan menyelimuti mereka.

Nathan menghela napas panjang. "Aku cuma berharap yang terbaik buatmu, Aileen."

Aileen tersenyum kecil. "Aku juga."

Nathan mengusap wajahnya, lalu menatapnya sekali lagi. "Udah, kamu tidur dulu. Besok harus berangkat pagi."

Aileen mengangguk, lalu masuk ke kamar. Ia berbaring di tempat tidur, menatap langit-langit, membiarkan pikirannya tenggelam dalam kelelahan.

— — —

Malam semakin larut. Keheningan di apartemen Nathan terasa lebih mencekam dibandingkan kebisingan kota di luar sana.

Aileen menatap langit-langit, pikirannya melayang jauh.

Besok, ia akan meninggalkan semuanya. Samuel, pernikahan yang gagal, luka yang mendalam, semuanya akan ia tinggalkan di kota ini. Tapi meskipun fisiknya akan pergi, ia tahu bahwa hatinya tidak akan sembuh dalam semalam.

Ada ketakutan yang mengendap di sudut hatinya.

Bagaimana jika ia tidak bisa melupakan semua ini?

Bagaimana jika bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya?

Namun, satu hal yang pasti. Ia harus melangkah maju. Sebab, tidak ada lagi tempat untuk menoleh ke belakang.

Hampir jam empat pagi, Aileen akhirnya memejamkan mata.

Besok adalah awal yang baru. Dan ia hanya bisa berharap, awal yang lebih baik.

Melepaskan bukan berarti menyerah, tetapi memberi ruang bagi diri sendiri untuk menemukan kembali makna kebahagiaan. Luka akan sembuh, kenangan akan pudar, dan suatu hari nanti, langkah yang terasa berat hari ini akan menjadi bagian dari cerita tentang betapa kuatnya seseorang yang pernah memilih untuk pergi demi dirinya sendiri.

— — —

Kadang, kita harus berjalan jauh untuk menemukan siapa kita sebenarnya, meskipun jalan itu penuh dengan rasa sakit dan kehilangan. Karena hanya dengan melepaskan yang lama, kita bisa memberi ruang untuk yang baru.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
6 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status