Istri Tuan Muda yang Tak Sempurna

Istri Tuan Muda yang Tak Sempurna

last updateLast Updated : 2024-04-22
By:  AphroditeOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
48Chapters
938views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Synopsis

Ketika seorang gadis penderita disleksia dijodohkan dengan seorang pria tampan kaya raya. Itu kesialan atau keberuntungan? Bagaimanapun pernikahan tanpa cinta sejatinya tidak pernah menjadi impian Cahaya. Lalu, apa mungkin cinta bisa tumbuh di antara konflik keluarga dan mantan kekasih yang terus mengusik?

View More

Chapter 1

BAB 1

"Idiot."

Cahaya mengira kalau ia terbiasa mendengarnya rasa sakitnya akan semakin berkurang. Sejak kecil julukan 'bodoh, idiot, tolol' sudah menjadi makanan sehari-harinya. Kekurangannya menjadi bahan ejekan menyenangkan buat orang lain, tapi ternyata ia tetap merasakan tusukan kecil di sudut jantungnya.

"Jangan menyebutku, Idiot, Merlin, aku bukan idiot." Cahaya mulai membersihkan meja dan mengangkut gelas-gelas kotor. Jam kerjanya sebentar lagi habis, itu berarti ia bisa pulang secepatnya.

Dan menjauh dari manager kafe bermulut pedas ini.

Perempuan berambut sebahu dengan mata sebesar kelereng itu tersenyum mengejek. "Kalau bukan idiot kau mau disebut apa? bodoh? atau mungkin si Cacat?"

Cahaya memejamkan mata, berusaha menekan amarah yang tiba-tiba menguasainya. Ia harus bisa bertahan, tidak banyak kafe yang mau mempekerjakan seseorang seperti dirinya. Cahaya mengangkut gelas dan membawanya ke belakang, memutuskan untuk mengabaikan Merlin, tapi ternyata wanita itu belum selesai dengan Cahaya.

"Kenapa seseorang sepertimu bisa bekerja di sini? Kau bahkan tidak bisa membaca petunjuk dengan benar. Kau tahu yang mana lorong sebelah kiri, Cahaya?" ejek Merlin sembari bersedekap dengan sikap menantang.

Cahaya meletakkan gelas yang ia bawa, menatap Merlin dengan tatapan lelahnya. Sekejap, pandangannya menatap telapak tangannya di mana sebuah tato dengan ukuran sangat kecil terlukis di sana.

"Apa sebenarnya masalahmu? Apa aku melakukan kesalahan yang membuatmu seharusnya layak menghinaku?"

Mereka mulai menjadi tontonan beberapa karyawan. Cahaya sudah terbiasa menghadapi orang-orang yang kesulitan menerima kekurangannya. Ia bisa menerimanya, tapi ia tidak pernah bisa mengerti kenapa kekurangannya selalu dijadikan alasan untuk membuatnya terlihat tidak kompeten?

Demi Tuhan! Ia bekerja keras di sini.

"Sebaiknya kau pergi. Hari ini banyak pengunjung kecuali kau mau menggantikanku di sini?"

Merlin melotot. "Kau tahu apa yang paling membuatku jengkel?" bibir tipisnya memutir membentuk cibiran. "Selain fakta bahwa kau sering membuat masalah, kau menggunakan wajahmu untuk membuat orang-orang mengasihanimu."

"Aku tidak melakukan apa pun yang membuatku layak mendapat belas kasihan siapapun! Itu masalahmu bukan masalahku."

Telunjuk Merlin terangkat dan berhenti tepat di depan wajah Cahaya.

"Jangan harap lain kali kau lolos. Sekali lagi ada keluhan mengenai dirimu, aku akan memastikan kau dipecat! Tidak peduli jika pemilik kafe ini tergila-gila padamu."

Merlin melangkah keluar, meninggalkan Cahaya dengan desahan panjangnya. Matanya mengabur, tapi Cahaya dengan cepat menepisnya. Tidak boleh ada air mata, sudah terlalu banyak air mata yang keluar akhir-akhir ini.

"Pesanan nomor 17!" barista yang sedang sibuk menyiapkan minuman berseru dan Cahaya menyambar kesempatan itu untuk menjauh dari Merlin. Ia meraih dan membawanya dengan cepat. Namun, baru beberapa langkah Cahaya tersandung, mengakibatkan ia terjatuh dan berakhir mencium lantai yang keras yang sekarang berwarna hitam pekat.

Terdengar suara tawa dan Cahaya mendongak.

"Upss, kau baik-baik saja?"

Merlin yang berdiri menjulang di depan Cahaya tersenyum mengejek.

"Lihat akibat perbuatanmu! Kau membuat pelanggan marah, Cahaya."

Cahaya mengabaikannya. Ia justru berdiri dan cepat-cepat membungkuk pada pengunjung yang pakaiannya sekarang bernoda karena ketumpahan minuman yang dibawanya.

"Maafkan saya, Mbak, saya akan mengganti minuman Anda.." Suaranya bergetar karena emosi yang mengancam meruntuhkan pertahanannya. Beberapa pengunjung menatap Cahaya dengan sorot mata kasihan.

"Dan sekarang lihat itu? ouh, maaf, kau tidak bisa membaca, kasihan sekali. Mau kubacakan apa yang tertulis di sana?"

Kedua tangan Cahaya terkepal erat di sisinya. Ia bukannya tidak bisa membaca, ia kesulitan membaca. Kenapa orang-orang kesulitan memahami perbedaan itu? Cahaya memang pusing dan selalu mual membaca huruf-huruf yang berbaris panjang berjejer memenuhi halaman kertas, tapi bukan berarti ia tidak bisa membaca. Jika ia benar-benar berusaha amat sangat keras Cahaya bisa membaca apa pun.

"Kenyamanan pengunjung adalah misi kami, membuat mereka nyaman adalah dedikasi kami," Merlin mulai membaca kata-kata yang tertulis di dinding kafe yang selalu dibacakan sebelum kafe dibuka. Cahaya sudah menghapalnya karena selalu mendengar kalimat itu kapanpun ia mendapat giliran pagi.

"Mau kulanjutkan untukmu?" Merlin sepertinya belum puas menyudutkan Cahaya yang sudah pucat pasi.

Cahaya mengabaikan Merlin, sebagai gantinya ia kembali memandang pengunjung yang ketumpahan minuman yang dibawanya. Cahaya membungkuk 90 derajat untuk menunjukkan penyesalannya. Air matanya nyaris tumpah, tapi Cahaya berusaha menekannya sekuat tenaga. Rasanya melelahkan selalu ditatap dengan pandangan kasihan dari orang-orang.

Seolah ia tidak normal.

Seorang ia makhluk asing.

Cahaya berlari ke belakang sebelum pertahanannya runtuh dan ia menangis. Sayangnya begitu ia sendirian air matanya menganak sungai mengaburkan pandangan.

"Merlin membuat ulah lagi?"

Cahaya buru-buru menghapus air matanya. Ia menarik-narik otot wajahnya yang kaku dan memasang senyumnya.

"Hai Flo, tidak, Merlin tidak melakukan yang lebih parah hari ini jadi mestinya semua baik-baik saja," ucapnya menenangkan.

"Dia keterlaluan, kenapa kau tidak mengadukannya saja? Atasan kita pasti tertarik mendengarnya."

Cahaya menggeleng. Ia pernah melakukannya dan justru berakhir buruk. Kali ini ia akan menghadapinya. Siapa yang tahu Merlin akhirnya lelah sendiri dan menyerah mengusiknya?

"Aku baik-baik saja. Kurasa sebaiknya aku pulang karena kau sudah datang."

Flo mengangguk. "Ini."

Cahaya menerima kunci rumah yang diulurkan Flo. Mereka memang tinggal satu rumah dan Flo juga yang mengenalkannya pada pekerjaan ini, membantunya pulih dari duka yang masih menyelimutinya.

"Aku pergi dulu." Cahaya melambaikan tangan setelah mengganti seragamnya dengan pakaian sehari-harinya.

Udara sore membelai wajah Cahaya begitu kakinya menginjak tanah. Senyumnya mengembang saat melihat sinar matahari masih membumbung di langit yang berwarna kemerahan.

Sejenak Cahaya memejamkan matanya.

Tanpa Cahaya sadari seseorang tengah mengamati gerak-geriknya dari dalam mobil hitam tidak jauh dari bar tempatnya bekerja.

"Itu orangnya?" si pria yang duduk di kursi belakang bertanya pada pria yang duduk di kursi kemudi.

"Ya, Tuan."

"Sial! Dia masih sangat muda! Apa yang dipikirkan Kakek tua itu sebenarnya?"

Si pria yang duduk di kursi kemudi diam karena sebenarnya dia juga tidak diharapkan untuk memberikan tanggapan. Ucapan itu hanya bentuk kekesalan.

"Kita kembali sekarang. Aku harus membuat perhitungan dengan kakek tua itu atau aku terpaksa membuat gadis itu menderita."

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
48 Chapters
BAB 1
"Idiot."Cahaya mengira kalau ia terbiasa mendengarnya rasa sakitnya akan semakin berkurang. Sejak kecil julukan 'bodoh, idiot, tolol' sudah menjadi makanan sehari-harinya. Kekurangannya menjadi bahan ejekan menyenangkan buat orang lain, tapi ternyata ia tetap merasakan tusukan kecil di sudut jantungnya."Jangan menyebutku, Idiot, Merlin, aku bukan idiot." Cahaya mulai membersihkan meja dan mengangkut gelas-gelas kotor. Jam kerjanya sebentar lagi habis, itu berarti ia bisa pulang secepatnya.Dan menjauh dari manager kafe bermulut pedas ini.Perempuan berambut sebahu dengan mata sebesar kelereng itu tersenyum mengejek. "Kalau bukan idiot kau mau disebut apa? bodoh? atau mungkin si Cacat?"Cahaya memejamkan mata, berusaha menekan amarah yang tiba-tiba menguasainya. Ia harus bisa bertahan, tidak banyak kafe yang mau mempekerjakan seseorang seperti dirinya. Cahaya mengangkut gelas dan membawanya ke belakang, memutuskan untuk mengabaikan Merlin, tapi ternyata wanita itu belum selesai denga
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more
BAB 2
Jonathan Alexander Hardin, cucu kedua dari keluarga Hardin kini sedang berjalan melintasi ruang tamu keluarga dengan wajah sekeras batu dan kemarahan seperti granit. Langkahnya yang lebar membuat beberapa pelayan yang kebetulan berpapasan dengannya otomatis mundur dan memilih menjauh.Tidak ada yang ingin berhadapan dengan Jonathan yang marah.“Di mana Granpa?” suaranya yang dingin dan terdengar kaku membuat pelayan yang ditanya menunduk takut-takut.“Beliau ada di ruang baca, Tuan.”Jonathan mengeluarkan sejumlah kata makian. Ia benci rumah ini, tapi sekarang ini ia tidak punya pilihan lain. Kakinya yang panjang berjalan menaiki 2 anak tangga sekaligus. Ia berbelok melewati lorong yang dindingnya dihiasi lukisan-lukisan mahal abad ke-16 dan langsung berhenti begitu melihat pintu ruangan yang Jonathan tuju.Dia menarik napas panjang dan dalam sebelum akhirnya menarik pintu terbuka.“Grandpa.”Suaranya berhasil menarik perhatian seorang pria tua yang tengah sibuk memandangi rak-rak buk
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more
BAB 3
Terdengar suara ribut-ribut dan pekikan histeris saat Cahaya masuk kafe lewat pintu belakang. Para pelayan tampak sibuk berbisik satu sama lain. Wajah mereka terlihat sumringah dan juga penuh semangat. Jadi setidaknya bukan hal buruk yang sedang terjadi, pikirnya.Cahaya memandang Flo, teman sekamarnya yang hari ini satu sift dengannya.“Apa kita melewatkan sesuatu hari ini?”Flo mengangkat bahu. “Selama kita tidak terlibat dalam masalah, apa pun yang kita lewatkan bukan hal penting.”Cahaya tersenyum lebar. “Kau benar.”Mereka masuk ke ruang ganti dan mengganti pakaian dengan seragam kafe. Teriakan-teriakan yang mengikuti mereka mulai terdengar samar. Saat Cahaya bergerak ke depan untuk mengumpulkan gelas dan juga piring yang kotor, Merlin mencekal tangannya.“Dia lebih penting sejuta kali daripada dirimu. Jangan membuat kesalahan atau kau benar-benar akan dipecat kali ini.”Cahaya mengernyit tidak paham. “Apa maksudmu?”Merlin menunjuk gelas yang ada di meja konter.“Antarkan minuma
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more
BAB 4
“Siapa kau, apa yang kau inginkan?” pria itu tersenyum sinis. “Bukankah seharusnya kita sudah melewatkan pertanyaan basa-basi itu?”“Ouh, Mister maksudku Tuan, aku tidak tahu tentang apa ini semua, tapi saat ini aku tidak tertarik mendengar basa-basi aku hanya ingin tahu apa maksudmu menjebakku di sini.”“Kau tidak tertarik?” Pria dengan setelan jas mewah buatan tangan itu kini menatap Cahaya seperti sebuah barang antik.“Tentu saja aku tidak tertarik. Aku tidak punya bakat menjadi aktris,” tukasnya jengkel.“Aktris?” Sekarang pria itu yang kelihatan bingung.“Ya, itu tujuan Anda da—““Alex, sudah kukatakan kau bisa memanggilku Alex.”Cahaya memindai Alex dengan tatapan penuh minat yang tidak disembunyikan. Pria itu jangkung, tingginya mungkin lebih dari 180cm, dan dari aksen dna juga garis wajahnya pria ini jelas tidak berasal dari negara yang sama dengannya atau mungkin blasteran?“Sudah?” Alex menyilangkan kedua lengannya. “Sekarang katakan apa kau punya minat untuk menikah?”Selam
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more
BAB 5
Jonathan bersumpah kalau yang ia temui barusan adalah bocah yang menghibur hari-harinya yang menyedihkan dengan membaca novel-novel roman dan film romantis yang memberikan akhir bahagia penuh cinta dan juga kasih sayang. Sayang sekali, kedua hal itu jauh dari kehidupan Jonathan. Cinta dan kasih sayang mengabur dari dalam hidupnya seiring dengan pengkhianatan yang ia terima dan lihat.“Bagiamana? Sudah bertemu dengannya?”Jonathan menatap kakeknya lekat. Di antara semua orang di keluarga mereka kakeknya adalah satu-satunya orang yang ia hormati. Kakeknya banyak mengajarinya hal-hal yang membuatnya mampu bertahan di antara konflik keluarga yang terasa mencekik.“Dia benar-benar masih lugu. Ini tidak benar, Grandpa.”Alfred duduk di singgasananya. Mereka berada di ruang kerja Alfred sementara di lantai bawah ada keluarga yang sedang menunggu mereka. Semua keluarga malam ini berkumpul untuk mengumumkan pernikahan Jonathan dan ia tidak akan membiarkan keraguan atau ketidakyakinan tergambar
last updateLast Updated : 2023-09-11
Read more
BAB 6
Cahaya menarik napas panjang, mengeluarkannya secara perlahan. Ia melakukannya dua kali sebelum akhirnya membuka pintu, mengabaikan tatapan penuh peringatan yang dilemparkan Flo padanya.“Ada yang bisa dibantu?” tanya Cahaya saat berhadapan dengan seorang pria bersetelan hitam tanpa ekspresi di hadapannya.Enam orang, batin Cahaya saat menghitung jumlah orang yang datang memenuhi halaman rumah mereka.“Kami datang untuk menjemput Anda, Nona. Malam ini dan seterusnya Anda akan tinggal di rumah keluarga Hardin.”Satu alis Cahaya terangkat. Di sampingnya, Flo yang sudah pulih dari kekagetannya kini memandang Cahaya dengan mata membelalak.“Apa maksudnya itu, Aya?” bisik Flo terkejut.Cahaya mengabaikannya, ia menatap pria bertubuh besar tersebut dengan jengkel.“Maaf, tapi ini rumahku dan aku akan tinggal di sini.”Pria itu mengeluarkan ponsel kemudian melakukan panggilan. Cahaya menunggu saat melihat pria itu bercakap-cakap melalui telepon dengan seseorang yang Cahaya perkirakan sebagai
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
BAB 7
Cahaya mendesah penuh kelegaan begitu tarikan di rambutnya lepas. Ia meringis sesaat, kemudian membuka mata—dan membeku.Alex!Pria itu sama sekali tidak menatapnya dan Cahaya merasa bersyukur karenanya karena sosok Alex yang sekarang begitu berbeda dengan pria yang menjemputnya kemarin. Alex sedang memancarkan kemarahan termonuklirnya. Matanya yang membakar dan wajahnya yang kaku bisa membuat nyali siapapun menciut. Cahaya menoleh pada Merlin yang sekarang terlihat pucat pasi.“Ng..Alex, ap-apa yang kau lakukan di sini?” saat gugup kata-kata yang keluar dari mulut Cahaya biasanya seperti peluru yang dilepaskan. Tidak terkontrol.Alex mengabaikan Cahaya dan sekarang Cahaya punya firasat kalau pria itu juga marah padanya.“Kurasa harus ada balasan untuk tindakan ‘baik seperti itu bukan?”Cahaya bingung, tapi Alex lagi-lagi mengabaikannya. Pria itu justru menarik ponsel dari saku celananya untuk melakukan panggilan.“Albert, ini aku. Ya, kurasa kau membutuhkan evalusi terkait manager ka
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
BAB 8
Alex tidak mungkin ingin menciumnya kan? Cahaya menelan ludah susah payah. Kedekatan mereka melumpuhkan kinerja otaknya. Aroma cendana yang menguar dari tubuh Alex membuat pikiran Cahaya lumpuh.Alex menunduk hingga bibir mereka hanya sejauh helaan napas, tapi kemudian pria itu menjauh dengan seringai lebar di wajahnya yang tampan.Apa-apaan!“Kau—aauchh,” gumam Cahaya mengaduh, menyentuh keningnya yang baru saja mendapat jentikan maut dari tangan Alex.“Jangan memancingku, Aya. Ayo kita pergi dari sini.” Kali ini Alex bahkan tidak menunggu Cahaya. Pria itu berjalan melewati pintu tanpa menoleh ke belakang.Cahaya menggerutu sembari mengusap keningnya yang malang. Percuma melarikan diri, dewi batinnya menegur dengan mata melebar jengkel.Kubilang juga apa!“Sebenarnya kita mau ke mana?” tanya Cahaya begitu masuk dan duduk nyaman di dalam mobil.Alex mengangkat satu tangannya, membungkam Cahaya saat pria itu menarik ponsel dari saku celananya.“Tidak, aku tidak ingin ini menjadi konsum
last updateLast Updated : 2023-10-04
Read more
BAB 9
Cahaya terlalu sibuk dengan dunianya sendiri sampai tidak sadar kalau mereka sudah sampai. Begitu dia keluar dan mengangkat kepala, Cahaya disuguhi pemandangan berupa rumah besar indah yang dikelilingi pepohonana hijau rimbun yang membuat udara disekitarnya terasa dingin dan sejuk.Cahaya memeluk dirinya sendiri.“Dingin?”Cahaya menggeleng. “Hanya menikmati pemandangan.”Rumah ini memiliki halaman luas yang bisa dugunakan sebagai kandang kuda, pikir Cahaya.“Kau tinggal di sini?” Kekaguman mewarnai suaranya saat melihat bangunan bertIngkat sewarna gading dengan konsep resort yang berdiri tinggi menjulang seperti pertunjukkan kekayaan.“Ayo.”Cahaya mengerutkan kening. Apa Alex sengaja mengabaikan pertanyaannya? Cahaya mengedikkan bahunya. Bukan urusannya di mana pria itu tinggal.“Waw, kolam renang?” Cahaya memekik seperti anak kecil saat melihat kolam renang kebiruan tampak berkilauan seperti mutiara.Kolam renang di dalam ruangan? Well, pemilik rumah ini sepertinya memiliki ide sen
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more
BAB 10
Ini pasar daging. Oh Tuhan. Apa yang ia lakukan di sini saat semua pandangan menatapnya dengan tatapan tidak suka. Suasana begitu mencekam hingga Cahaya takut dia terkena serangan jantung. Satu-satunya penghiburan yang membuatnya sedikit lebih tenang adalah kehadiran Alex di sampingnya.Cahaya ingin menggenggam tangan Alex hanya untuk meyakinkan dirinya kalau pria itu tidak akan meninggalkannya di sini sendirian, tapi Cahaya berusaha menahan keinginannya. Di bawah pandangan semua orang rasanya hal itu tidak pantas dilakukan.“Kurasa hal pertama yang harus dilakukan adalah mengenalkan semua orang.”Pria tua berwajah ramah yang menyambutnya pertama kali membuka suara. Cahaya asumsikan mungkin itulah Kakek Alex yang disebutkan pria itu sebelumnya.“Cahaya, ini David dan Grace, orang tua Jonathan.”Jonathan?Cahaya melirik Alex dengan tatapan penuh tanya.“Namaku Jonathan Alexander,” gumam Alex, menjawab pertanyaan tak terucap Cahaya.“Lalu kenapa kau menyebut namamu Alex padaku?” bisik C
last updateLast Updated : 2023-10-05
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status