Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 27: Hadiah yang Tak Terduga

Share

Bab 27: Hadiah yang Tak Terduga

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-02-05 23:44:00

Nathaniel duduk di kantornya, menatap layar komputer dengan pikiran yang melayang. Insiden dengan Vanessa masih berputar dalam benaknya, tetapi satu hal yang paling membekas bukanlah pengkhianatan itu—melainkan bagaimana Arissa berhasil menghadapinya dengan kepala tegak. Wanita itu, yang selama ini ia anggap lembut dan penuh perhatian, ternyata memiliki keberanian dan keteguhan hati yang luar biasa.

Dalam beberapa hari terakhir, Nathaniel melihat bagaimana Arissa tetap bekerja dengan profesional, tanpa terpengaruh oleh tuduhan yang sempat diarahkan kepadanya. Dia tidak mengeluh, tidak merasa perlu membela diri berlebihan, tetapi membiarkan kebenaran berbicara. Sifat itu, menurut Nathaniel, jauh lebih berharga daripada sekadar keahlian bisnis.

Merasa perlu menunjukkan rasa terima kasihnya, Nathaniel mengambil keputusan untuk memberikan sesuatu yang istimewa kepada Arissa. Namun, bukan hadiah mewah seperti perhiasan atau mobil yang sering diberikan orang-orang kaya kepada bawahannya—ia
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 28: Bayang-Bayang Masa Lalu

    Sore itu, matahari yang meredup memberikan nuansa hangat pada taman yang sepi. Nathaniel duduk di bangku kayu dekat kolam, matanya tertuju pada riak-riak kecil yang bergulung di permukaan air. Arissa, yang duduk di sampingnya, diam-diam mengamati ekspresi wajahnya yang tak biasa—terlihat jauh lebih lembut, meskipun masih dipenuhi misteri yang dalam.Awalnya, mereka hanya duduk dalam keheningan. Hanya suara burung yang sesekali terdengar di kejauhan, bersama dengan angin lembut yang menyapu dedaunan. Namun, entah mengapa, suasana yang tenang itu membuat Nathaniel merasa seolah-olah waktunya bisa dihentikan—sebuah momen langka di antara kehidupannya yang penuh tekanan."Saya...," Nathaniel memulai kalimatnya dengan suara yang hampir terdengar ragu. "Dulu, ayah saya selalu menuntut kesempurnaan. Tidak ada yang bisa cukup baik. Tidak ada yang cukup sempurna."Arissa menoleh, sedikit terkejut dengan pembicaraan yang tiba-tiba mengarah ke keluarga Nathaniel. Biasanya, pria ini sangat tertut

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 29: Batas yang Tak Terlihat

    Hari itu terasa seperti hari yang berbeda, penuh ketegangan yang menggantung di udara. Vanessa, yang selama ini menjaga jarak namun tak pernah bisa mengabaikan perasaan yang tumbuh dalam hatinya, memutuskan untuk menghadapi Nathaniel. Keputusan itu datang setelah berhari-hari bergulat dengan dirinya sendiri, berusaha meyakinkan dirinya bahwa inilah waktu yang tepat untuk menyampaikan apa yang selama ini terpendam.Di ruang kantor yang terang, Vanessa menghampiri Nathaniel yang sedang sibuk memeriksa laporan, matanya terfokus pada dokumen yang ada di meja. Suasana di sekitar mereka terasa tenang, namun bagi Vanessa, detak jantungnya begitu keras, seolah seluruh dunia hanya berputar di antara langkah kakinya menuju Nathaniel."Ada yang bisa saya bantu, Vanessa?" Nathaniel bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari dokumen di tangannya, suara datar yang biasa ia gunakan saat bekerja. Meskipun tampaknya ia tidak menyadari ketegangan yang muncul di antara mereka, Vanessa bisa merasakan j

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 30: Perasaan yang Tak Terucapkan

    Hari-hari setelah percakapan antara Nathaniel dan Vanessa berjalan dengan cepat, namun ada sesuatu yang mengganjal di hati Nathaniel. Meski ia berusaha kembali fokus pada pekerjaannya, rasa lega yang ia rasakan setelah mengungkapkan batasannya kepada Vanessa tak mampu menghilangkan keraguan yang mulai muncul dalam dirinya. Nathaniel menyadari bahwa ada seseorang yang kini membuatnya merasa berbeda, seseorang yang berhasil menembus dinding es yang selama ini ia bangun begitu rapat.Arissa.Meskipun mereka hanya berbicara sesekali, setiap percakapan dengan Arissa terasa lebih mudah, lebih nyaman. Seiring berjalannya waktu, Nathaniel merasa ada kedekatan yang semakin tumbuh di antara mereka. Perasaan itu bukanlah sesuatu yang bisa ia jelaskan dengan kata-kata, tetapi itu lebih seperti sebuah ketenangan yang mengalir ketika mereka berada bersama. Sesuatu yang jarang ia rasakan dalam hidupnya yang penuh dengan tuntutan dan tekanan.Pada suatu sore yang cerah, setelah seharian bekerja keras

    Last Updated : 2025-02-06
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 31: Kedekatan yang Terlarang

    Hari demi hari berlalu dengan cepat, dan kedekatan yang semakin berkembang antara Arissa dan Nathaniel mulai terasa tak terhindarkan. Walaupun keduanya masih menjalankan hubungan mereka dengan profesionalitas tinggi, ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan lagi. Keterbukaan Nathaniel, yang mulai berbagi lebih banyak tentang pikirannya dan kekhawatirannya, membuat Arissa merasa semakin terikat. Bahkan meski ia berusaha menjaga jarak, hatinya mulai terbuka tanpa bisa dihentikan.Pada suatu sore yang cerah, setelah rapat penting yang menguras energi, Nathaniel terlihat lebih lelah dari biasanya. Ia duduk di mejanya, menyandarkan tubuhnya, dan menatap layar komputer dengan pandangan kosong. Arissa yang kebetulan lewat melihat ke arahnya, merasa ada sesuatu yang berbeda. Tanpa berpikir panjang, ia mendekat."Semua baik-baik saja, Nathaniel?" tanya Arissa dengan suara lembut, meskipun ia tahu ini bisa dianggap terlalu pribadi untuk diungkapkan di kantor. Namun, ia tak bisa m

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 32: Gala Amal yang Mengubah Segalanya

    Sebelum acara gala amal itu, Arissa tidak pernah benar-benar merasakan kegelisahan seperti ini. Ketika Nathaniel mengajaknya untuk mendampinginya dalam acara yang sangat bergengsi tersebut, Arissa awalnya merasa cemas. Gala amal yang akan diadakan di sebuah hotel mewah itu adalah acara yang dihadiri oleh banyak orang penting, dari kalangan pebisnis hingga tokoh-tokoh ternama lainnya. Selain itu, Nathaniel mengundangnya untuk mendampinginya sebagai terapis pribadinya, yang artinya ia harus berada di sisi Nathaniel sepanjang acara untuk memberikan dukungan dan memastikan keadaan fisiknya tetap terjaga."Saya tidak tahu apakah saya bisa," kata Arissa ragu. "Acara ini terlalu besar, terlalu ramai. Saya... Saya tidak nyaman menjadi pusat perhatian, Nathaniel."Nathaniel yang sedang duduk di ruang kerjanya menatap Arissa dengan tatapan lembut, seolah-olah ia memahami ketakutannya. Ia sudah tahu bahwa Arissa lebih suka berada di balik layar, jauh dari sorotan, dan itu adalah

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 33: Intrik di Balik Kilau Gala

    Acara gala amal yang berlangsung malam itu dipenuhi oleh para tokoh penting, bisnisman terkemuka, serta selebritas yang saling berbaur di bawah cahaya lampu kristal. Di tengah keramaian dan gemerlapnya dunia elit, perhatian beberapa tamu tertuju pada satu pasangan yang tak bisa diabaikan: Nathaniel dan Arissa. Dengan penampilan mereka yang memukau, keduanya menonjol di tengah kerumunan, namun perhatian tersebut tidak hanya datang dari orang-orang yang mengagumi kecantikan dan profesionalisme Arissa.Markus Reinhardt, seorang pengusaha besar dan pesaing lama Nathaniel dalam dunia bisnis, berdiri di sudut ruangan sambil memegang gelas anggur. Wajahnya yang tajam dan matanya yang penuh perhitungan tidak melepaskan pandangannya dari Nathaniel dan Arissa, yang terlihat semakin akrab sepanjang malam. Meskipun Markus berusaha menunjukkan sikap santai, pikirannya sedang sibuk bekerja, menganalisis setiap gerak-gerik pasangan itu dengan teliti. Sejak beberapa waktu terakhir, ia merasa

    Last Updated : 2025-02-07
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 34: Gosip yang Menghancurkan

    Pagi hari setelah gala amal yang megah, suasana di kantor Nathaniel berubah drastis. Meskipun acara tersebut berlangsung dengan anggun dan penuh prestise, hal-hal yang tidak terduga mulai muncul ke permukaan. Foto-foto yang diambil dari malam itu, yang memperlihatkan kedekatan antara Nathaniel dan Arissa, mulai beredar di kalangan karyawan perusahaan. Bahkan, beberapa foto mereka berdua tersenyum bersama di antara tamu-tamu undangan, berinteraksi dengan cara yang lebih intim dari biasanya, dengan cepat menjadi bahan pembicaraan di ruang kantor.Pada awalnya, Arissa tidak terlalu menganggapnya serius. Ia merasa yakin bahwa berita ini tidak akan sampai mengganggu kehidupannya yang lebih fokus pada pekerjaannya. Namun, semakin lama, ia mulai merasakan atmosfer di kantor yang semakin tidak nyaman. Ketika ia melangkah masuk ke ruangannya, beberapa karyawan yang biasa menyapanya dengan ramah kini hanya saling menatap dengan bisikan yang tidak bisa ia dengar sepenuhnya. Ada ketegangan yang m

    Last Updated : 2025-02-08
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 35: Menjaga Keteguhan

    Sejak gosip mengenai hubungan antara Nathaniel dan Arissa mulai menyebar, suasana di kantor semakin tidak menyenangkan. Meskipun Nathaniel berusaha untuk tetap tenang dan menunjukkan sikap profesional, Arissa merasakan dampak yang lebih besar dari yang ia perkirakan. Sementara Nathaniel memilih untuk mengabaikan gosip tersebut, Arissa merasa semakin tertekan oleh sikap beberapa karyawan yang mulai terang-terangan merendahkannya.Arissa selalu dikenal sebagai sosok yang pendiam dan fokus pada pekerjaannya. Sebagai terapis pribadi Nathaniel, ia sudah terbiasa bekerja di balik layar, memberikan dukungan kepada atasannya tanpa mengharapkan perhatian. Namun, kini, dengan segala gosip yang tersebar dan pandangan sinis yang ia terima dari beberapa orang di kantor, ia merasa tidak dihargai, bahkan dipandang rendah.Salah satu kejadian yang membuatnya semakin merasa terpojok adalah saat ia berada di ruang makan siang kantor. Beberapa rekan kerja sedang berkumpul di meja dekatnya, berbicara den

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 252

    "Sangat sulit," Bima mengakui dengan jujur. "Terutama saat kamu benar-benar marah atau terluka. Tapi itu sepadan. Karena di akhir percakapan itu, kami biasanya menemukan pemahaman baru dan hubungan kami menjadi lebih kuat."Arjuna mengangguk, tampak memikirkan kata-kata ayahnya dengan serius. "Kurasa itulah sebabnya kalian masih sangat mencintai satu sama lain setelah bertahun-tahun."Bima tersenyum, terharu oleh observasi putranya. "Ya, kurasa begitu. Cinta bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja; itu adalah pilihan yang kami buat setiap hari—untuk tetap bersama, untuk menyelesaikan masalah, untuk mendukung satu sama lain."Di usianya yang ke-15, Bima dan Kirana menghadapi tantangan baru dalam pernikahan mereka. Kirana ditawari posisi penting di perusahaan internasional—sebuah kesempatan yang telah lama ia impikan. Namun, posisi itu mengharuskannya untuk pindah ke kota lain."Aku tidak tahu harus bagaimana," kata Kirana, setel

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 251

    Bima menatap istrinya dengan tatapan penuh kasih. "Maksudmu?""Maksudku, dulu aku mencintaimu karena kamu tampan, pintar, dan selalu membuatku tertawa. Sekarang, aku mencintaimu karena semua itu, ditambah dengan bagaimana kamu sebagai suami, sebagai ayah, dan sebagai mitra hidupku. Aku mencintaimu karena semua yang telah kita lalui bersama, semua kenangan yang kita buat, dan semua impian yang masih kita kejar."Bima tersentuh oleh kata-kata istrinya. "Aku juga merasakan hal yang sama. Cinta kita telah bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dalam dan berarti.""Dan itu yang membuatnya istimewa," lanjut Kirana. "Bahwa cinta kita bukan sekadar perasaan sesaat, tetapi komitmen yang terus dipupuk setiap hari."Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, mendengarkan deburan ombak dan menikmati kebersamaan mereka. Bima meBima menggenggam tangan Kirana, merasakan tekstur lembut kulitnya yang sudah sangat familiar. "Kamu tahu, ada sesuatu yang ingin ku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 250

    "Kamu tahu apa yang paling kusukai dari hubungan kita?" tanya Bima."Apa?""Kita tidak hanya bertahan, tapi kita berkembang. Kita tidak hanya sekadar pasangan yang tinggal bersama, tapi kita benar-benar hidup bersama—berbagi mimpi, ketakutan, harapan, dan kebahagiaan."Kirana mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Dan itulah yang membuatnya istimewa, bukan? Bahwa di tengah dunia yang semakin individualistis, kita masih menemukan cara untuk benar-benar terhubung dan hadir satu sama lain.""Tepat sekali," Bima setuju. "Dan aku berjanji akan selalu menjaga hubungan ini, apapun yang terjadi."Mereka duduk di sana hingga larut malam, berbincang tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak ada pembicaraan tentang pekerjaan, deadline, atau masalah sehari-hari. Hanya ada mereka berdua, dan cinta yang terus tumbuh di antara mereka.Waktu berlalu dengan cepat. Arjuna kini berusia lima tahun, dan Bima serta Kirana dikaruniai anak

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 249

    "Kamu tahu," kata Bima tiba-tiba, "ada satu hal lagi yang membuat kita bertahan: kita tidak pernah berhenti tumbuh bersama."Kirana menatapnya penasaran. "Maksudmu?""Maksudku, kita tidak hanya mendukung pertumbuhan satu sama lain, tetapi kita juga tumbuh sebagai pasangan. Kita belajar dari kesalahan, beradaptasi dengan perubahan, dan selalu mencari cara untuk menjadi versi terbaik dari diri kita—baik sebagai individu maupun sebagai pasangan."Kirana tersenyum, menyadari kebenaran dalam kata-kata suaminya. Mereka memang telah melalui banyak perubahan dan tantangan, tetapi alih-alih membiarkan hal-hal tersebut memisahkan mereka, mereka menjadikannya sebagai kesempatan untuk tumbuh bersama."Aku mencintaimu," bisik Kirana, mengulangi kata-kata yang telah mereka ucapkan ribuan kali namun tidak pernah kehilangan maknanya."Aku lebih mencintaimu," balas Bima, sebelum keduanya terlelap dalam pelukan hangat, di samping buah hati mereka yang tertidur

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 248

    "Kamu tahu," kata Bima suatu malam saat mereka berbaring bersama di tempat tidur, "aku mulai menyadari bahwa tidak semua 'pekerjaan penting' itu benar-benar penting."Kirana menoleh, tertarik. "Maksudmu?""Selama ini aku selalu berpikir bahwa setiap email harus dijawab segera, setiap masalah harus diselesaikan hari itu juga. Tapi ternyata tidak. Beberapa hal memang mendesak, tapi sebagian besar bisa menunggu.""Dan dunia tidak runtuh karenanya," tambah Kirana dengan senyum."Tepat sekali. Justru sebaliknya, aku merasa lebih produktif di kantor karena aku tahu waktuku terbatas. Aku harus menyelesaikan semua pekerjaan penting sebelum pulang, karena di rumah adalah waktuku bersamamu."Kirana mengangguk setuju. Ia juga mulai menerapkan hal serupa di tempat kerjanya. Alih-alih lembur hingga larut malam, ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya dalam jam kerja normal. Tentu saja ada pengecualian untuk proyek-proyek penting, tetapi ia tidak lagi membiarkan pekerjaan mengambil alih seluruh hidu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 247: Keseimbangan Dalam Cinta

    Suara dentingan sendok beradu dengan cangkir kopi memecah keheningan pagi itu. Bima menatap keluar jendela, mengamati titik-titik embun yang masih menggantung di dedaunan. Di hadapannya, Kirana sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, sesekali mengernyitkan dahi. Meskipun berada di ruangan yang sama, mereka seolah berada di dunia yang berbeda—masing-masing tenggelam dalam urusan pekerjaannya."Deadline-nya besok," gumam Kirana, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Proposal ini harus selesai malam ini."Bima hanya mengangguk pelan. Ia sendiri memiliki tumpukan dokumen yang menunggu untuk ditinjau. Sejak mendapat promosi sebagai kepala divisi, waktu luangnya semakin terkikis. Begitu pula dengan Kirana yang kini menjabat sebagai manajer proyek di perusahaan konsultan ternama.Keduanya telah menikah selama lima tahun, dan tiga tahun terakhir telah menjadi periode paling sibuk dalam kehidupan mereka. Karier mereka menanjak, tanggung jawab bertambah, dan waktu bersama semakin berkurang. Nam

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 246: Kita tidak mengorbankan

    "Mau minum kopi?" tanyanya. "Ada kafe kecil di seberang jalan. Kita bisa... bicara. Sudah lama sejak terakhir kali kita benar-benar bicara."Arissa ragu sejenak. Bagian rasional dari dirinya tahu bahwa ini mungkin bukan ide yang baik, bahwa membuka kembali luka lama hanya akan membuat penyembuhan semakin sulit. Tapi ada bagian lain yang tidak bisa ia sangkal—bagian yang selalu merindukan percakapan panjang mereka, tawa mereka, dan pengertian diam mereka."Baiklah," jawabnya akhirnya. "Satu kopi."Di kafe kecil yang nyaman itu, dengan secangkir kopi panas di antara mereka, dinding yang mereka bangun selama bertahun-tahun perlahan mulai runtuh. Mereka berbicara tentang impian mereka yang telah terwujud, tentang perjuangan mereka, tentang kesendirian yang kadang-kadang menghinggapi di tengah kesuksesan."Kau tahu," kata Reyhan setelah jeda panjang, "aku sering bertanya-tanya bagaimana jadinya jika aku tidak pergi waktu itu. Jika aku memilih untuk tingg

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 245: Mereka luar biasa, bukan?

    "Bagus sekali. Kita bisa mendiskusikannya di rapat tim minggu depan. Aku selalu menginginkan Sentuhan Hati untuk berkembang menjadi pusat kesehatan holistik yang lengkap, bukan hanya klinik pijat."Setelah berpisah dengan Rini, Arissa melanjutkan perjalanan ke kantornya dengan langkah ringan. Inisiatif timnya adalah bukti bahwa ia telah berhasil membangun budaya kerja yang mendorong pertumbuhan dan inovasi. Para terapisnya tidak hanya menjalankan tugasnya, tetapi mereka juga memiliki rasa kepemilikan terhadap kesuksesan klinik.Di kantornya, Arissa mulai mengerjakan draft artikel untuk jurnal terapi. Ia memutuskan untuk menulis tentang pendekatan kolaboratif antara terapi pijat dan pengobatan konvensional, menggunakan kasus Pak Hendra (dengan persetujuannya, tentu saja) sebagai contoh.Sementara jari-jarinya menari di atas keyboard, pikirannya kembali melayang ke undangan Reyhan. Pameran itu akan diadakan minggu depan, bertepatan dengan kunjungan Pak Dharma untu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 244: ide yang sangat menarik.

    "Ah, Bu Arissa," suara Pak Hendra terdengar lebih cerah dari yang ia duga. "Saya baru saja akan menelepon Ibu. Saya sudah bertemu Dr. Santoso pagi ini.""Oh, bagus sekali! Bagaimana hasilnya, Pak?""Dokter mengatakan Ibu benar untuk merujuk saya. Ada masalah kecil dengan diskus di tulang belakang saya. Tidak serius, tapi perlu penanganan. Beliau merekomendasikan kombinasi terapi fisik dan pijat khusus. Dan beliau sangat menghargai kemampuan observasi terapis Ibu."Arissa tersenyum lega. "Saya senang mendengarnya, Pak. Terapi fisik sangat bagus untuk kondisi Bapak. Dan tentu saja, kami bisa menyesuaikan terapi pijat untuk mendukung pemulihan Bapak.""Ya, Dr. Santoso bahkan menyarankan terapi pijat di klinik Ibu sebagai bagian dari program pemulihannya. Katanya Sentuhan Hati memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan dokter."Ini adalah berita yang menggembirakan bagi Arissa. Kolaborasi dengan dokter-dokter terkemuka seperti Dr. Santoso adalah sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status