Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam

Putriku Bukan Barang yang Bisa Dipinjam

last updateLast Updated : 2025-01-11
By:  ERIA YURIKAOngoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings. 2 reviews
54Chapters
3.7Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Dara tak percaya mendapati rumahnya kosong dan putrinya, Mita, dibawa tanpa izin. Saka, suaminya, mencoba menjelaskan, tetapi alasan bahwa ibunya membawa Mita sebagai "pancingan" untuk Mbak Eca, yang belum punya anak selama 15 tahun, membuat Dara marah. Ia merasa Saka dan keluarganya tidak menghargai perjuangannya saat melahirkan. Saka merasa bingung dan bersalah, sadar bahwa tindakan keluarganya telah membuat istrinya sangat menderita. Situasi semakin genting, dan Dara tak akan berhenti sampai Mita kembali ke pelukannya dan bahkan nekat menuntut keluarganya ke jalur hukum.

View More

Chapter 1

Bab 1

"Abang bilang abak kita dibawa ibu? Terus mana anak kita? Kenapa rumahnya kosong?"

“Sayang, Abang bisa jelasin! Ja-jadi Ibu bawa anak kita itu ada alasannya. Anak kita cuma jadi pancingan aja kok. Nanti dibalikkin."

"PANCINGAN APA? KENAPA GK IZIN AKU? ITU AMANYA MENCURI!"

"Sabar dulu, ibu bilang sementara."

"Aku gk bisa sabar, sekarang di bawa ke mana anakku?” tanya Dara dengan mata yang memerah.

“Sayang, kamu tahu ‘kan kalau Mbak Eca itu enggak punya anak udah 15 tahun.”

“Terus apa hubunganya sama Mita?”

“Ya, jadi Ibu bawa Mita ke sana.”

“Abang tahu enggak sih, aku hampir kehilangan nyawa waktu lahiran Mita. Kenapa Abang kasihkan begitu aja sama mereka?”

Saat aku tidak tahu harus berkata apa pada Dara wanita itu malah pergi keluar rumah dengan langkah yang tertatih-tatih. Maklum saja ia baru saja keluar dari rumah sakit setelah melahirkan beberapa hari yang lalu.

“Abang enggak tahu juga kalau anaknya bakal diambil begitu aja. Apa lagi sampai dibawa ke rumah Mbak Eca.”

“Bohong kalau Abang enggak tahu. Ini semua rencana kalian bukan? Abang yang udah ngerencanain semuanya? Ayah macam apa kamu yang ngasihin anaknya ke orang lain.”

“Bukan orang lain, Sayang. Itu ‘kan masih keluarga kita.”

“Kamu ini punya pikiran enggak? Aku hampir meninggal kemarin demi anak kita, tapi kamu kasihin anaknya begitu saja? Hewan saja enggak ada yang sekejam kamu.”

Saat itu kebetulan banyak orang yang berhalu lalang di depan rumah kami, jadi jelas saja perkataan Dara sepertinya memancing rasa penasaran mereka. Terlihat beberapa dari mereka bahkan mendadak memelankan langkahnya. Sayangnya saat itu Dara yang menangis membuat keadaan jadi semakin kacau. Aku sudah berusaha menenangkannya, tetapi Dara justru menangis semakin keras.

Beberapa tetangga ibu akhirnya mulai menghampiri kami satu persatu, sekarang jelas saja kami jadi dikerumuni banyak orang.

“Dara yang sabar, ya! Kamu ini loh bagaimana sih Saka, anak sendiri kok dikasih orang lain. Kasihan istrimu ini nangis begini! Sabar ya Dara, tenang dulu!” ucap Bu Siwi.

Sayangnya, semakin ditenangkan Dara justru menangis semakin keras. Kini ia bahkan sampai meraung di pelukan Bu Siwi. Aku sudah berusaha untuk menenangkannya, tetapi jangankan dipeluk. Disentuh saja ia tidak mau.

“Mereka jahat banget sama aku, Bu. Aku salah apa sama mereka sampai anakku diambil.”

“Istigfar dulu, Nak. Ini itu ujian buat kamu, sabar pasti ada jalannya.”

“Ibu mana yang bisa sabar kalau anaknya dikasihin orang tanpa seizin aku. Ibunya saja enggak pernah merasakan gendong, kenapa sudah dikasihkan ke orang, hiks,” ucap Dara yang sambil terisak-isak.

Ya Tuhan aku harus bagaimana, aku sendiri tidak tahu kalau Ibu akan setega itu membawa anak kami sebelum ibunya melihat dulu.

“Kamu juga Saka, kenapa diam saja! Telepon ibumu! Suruh dia bawa anakmu balik, kamu ini bapak macam apa? Masa anak sendiri dikasih begitu saja. Kamu pikir melahirkan enak ya? Taruhannya nyawa tahu enggak?” pinta Bu Siwi dengan nada yang marah.

Aku bukannya tidak pernah menelepon, bahkan sepanjang jalan menuju ke sini aku sudah berusaha menghubungi nomor Ibu dan Mbak Eca, tetapi tidak ada jawaban. Setelah kuperhatikan lagi sepertinya mereka memblokir nomorku.

“Sudah Bu, tapi enggak pada aktif.”

“Ya usaha, kamu samperin kek ke sana!” ucap Bu Siwi.

Entah kenapa dia malah memperkeruh keadaan. Sekarang lihat saja Dara yang tadinya menangis sekarang ikut memaksaku juga.

“Aku enggak mau tahu, ambil anak kita!”

“Iya Dek, Abang mau ambil kok ini, tapi mau bagaimana lagi ini ditelepon susah.”

“Jelas susah, mereka sudah pasti ngeblokir nomor kamu juga.”

Kenapa Dara malah berkata seperti itu? Apakah dia juga diblokir. Ya Tuhan, jangan-jangan ini memang sudah mereka rencanakan. Ibu ini memang enggak bisa dipercaya.

“Dara, Abang janji bakal bawa anak kita lagi, tapi Abang juga enggak mungkin bawa kamu. Rumah Mbak Eca ‘kan di Jakarta, perjalanan ke sana cukup jauh, kamu baru saja melahirkan. Pasti nanti kecapean di jalan.”

“Aku ikut!” ucap Dara.

“Kamu jalan saja masih sakit, istirahat di rumah saja.”

“Memang ada jaminan kalau aku istirahat di rumah Abang bisa bawa anak kita pulang. Enggak ‘kan? Aku tahu Abang enggak bisa tegas sama Ibu, anak sendiri saja tega dikasih-kasih ke orang.”

“Tapi, ‘kan Mbak Eca juga sudah 15 tahun enggak punya anak Dek. Sedangkan kita baru nikah saja alhamdulillah sudah dipercaya buat punya keturunan.”

“Terus apa hubungannya sama aku Bang, dia enggak bisa punya anak terus jadi bebas ambil anak orang begitu saja?”

“Enggak ambil Dek, Mbak Eca bilangnya cuma pinjam kok.”

“Anak kok dipinjamin, yang bener saja Bang!”

“Iya ini bagaimana sih kamu Saka, sudah biarin saja istrimu ikut! Orang kamu saja jadi suaminya enggak ada tegas-tegasnya sama sekali. Mana ada bapak yang ngasih anaknya begitu saja.”

Bu Siwi kembali ikut campur.

Sungguh keadaan jadi semakin kacau ketika orang lain ikut bicara. Dara jadi semakin emosional, terlihat bagaimana ia ingin segera pergi menuju rumah Mbak Eca. Sekarang mau tidak mau dengan segala risiko yang ada aku harus mengajak Dara menuju Jakarta. Benar saja baru beberapa menit perjalanan Eca sudah mulai meringis, tetapi setiap kali ditanya ia hanya menjawab sekadarnya.

“Kamu yakin baik-baik saja?”

“Udahlah, enggak usah mikirin aku!”

Di sisi lain aku tidak tega dengan keadaan Dara, tetapi mau bagaimana pun aku tidak bisa menahannya sendirian di rumah, sudah pasti ia akan sangat tertekan dan gelisah memikirkan putri kami yang dibawa kabur ibuku. Entah kenapa Ibu bisa senekat ini, padahal sebenarnya aku juga tidak keberatan kalau memang dia ingin menjadikan anakku sebagai pancingan untuk Mbak Eca. Namun, aku memintanya nanti setelah Dara pulang dari rumah sakit. Ibu sudah setuju untuk menunggu Dara, tetapi kenapa saat aku kembali ia malah memanfaatkan kesempatan itu untuk membawa putri kami?

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya kami sampai ke rumah Mbak Eca, rumah besar bercat putih yang arsitekturnya bergaya eropa itu tampak sepi. Entah kenapa perasaanku jadi tak enak. Jangan-jangan penghuni rumahnya sedang keluar. Terlihat di mana garasi rumah mereka juga kosong.

Benar saja sudah 10 menit kami berdiri di pintu rumahnya, tetapi tak ada tanda-tanda akan dibuka. Sampai kemudian seorang petugas keamanan menghampiri kami.

“Pak cari siapa?”

“Mbak Eca, Pak. Pada ke mana ya, kok dari tadi enggak ada yang bukain pintu?”

“Oh, Mbak Eca dari kemarin keluar. Apa mungkin belum kembali?”

“Keluar ke mana, Pak?”

“Saya kurang tahu Pak, tapi kebetulan saya yang jaga kemarin terus lihat mereka bawa bayi begitu keluar. Kayaknya sih mau pergi jauh. Soalnya barang bawaannya banyak banget.”

“Hah? Anak baru lahir diajak pergi jauh. Kriminal banget Mbak kamu Mas, bawa pergi anak orang. Itu bayi saya Pak, dia curi bayi saya!” ucap Dara dengan penuh emosi.

“Ya Allah Dek, kok ngomong begitu?” tanyaku.

“Kenapa? Cuma karena Mbak Eca kayak, terus bisa nyuri anak orang seenaknya. Jangan Abang pikir aku bakal diam saja, cuma karena aku anak orang enggak punya! POKOKNYA AKU AKAN MENCARI KEADILAN UNTUK BAYIKU YANG DIAMBIL KELUARGAMU!"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Santhy Charyani Putri
Selalu suka cerita tentang keluarga.
2025-03-04 17:13:31
0
user avatar
Queen Tere
bab 15 double ya
2024-12-25 10:39:28
0
54 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status