Laura meradang. Ia lalu menyuruh para warga mengarak Fauzan dan juga Anita ke balai desa. "Arak saja ke balai desa Pak RT! Biar mereka tau rasa!""Iya setuju! Arak saja mereka berdua ke balai desa ramai-ramai biar malu sekalian kedua orang itu."Para warga mengusulkan untuk mengarak Anita dan juga Fauzan agar semua warga tau kelakuan buruk mereka berdua. Dan kasus Fauzan juga Anita menjadi pelajaran untuk yang lain agar tidak melakukan perbuatan yang sama. Fauzan dan Anita pun mulai diarak warga ke balai desa. Anita menangis sesenggukan karena rasanya sangat malu sekali. Fauzan tidak dapat berkata apa-apa lagi. Dirinya pun pasrah, saat ia diarak tak sedikit pun Fauzan menenangkan istri siri nya itu. Fauzan teramat malu karena kini seluruh warga tau kalau Fauzan telah mempunyai istri. Padahal ia dan sang Ibu sudah mati-matian membuat image keluarga harmonis dan bahagia. Ditambah dia juga membuat dirinya terlihat sempurna sebagai suami yang setia dan penyayang istri. Sampailah mereka
RAHASIA SLIP GAJI SUAMIKUSampailah mereka bertiga di kediaman Laura dan Fauzan. Anita yang melihat rumah Laura sangat besar dan bagus, langsung tersenyum. Bayangan indah berkelebat dalam benaknya. Ia membayangkan kalau di rumah itu, dirinya akan menjadi nyonya Fauzan. Laura turun dari mobil diikuti dengan Fauzan dan Anita. Saat Anita ingin masuk ke dalam rumah, Laura mencegah Anita untuk masuk dan menyuruh Anita menurunkan dan membawa masuk barang bawaan mereka. Anita menatap Fauzan, seolah-olah Anita meminta pembelaan dari Fauzan. Fauzan menggeleng, ia pun tak berani membantah ucapan Laura karena Fauzan sadar kalau posisi Fauzan saat ini adalah serba salah. "Eh, kamu mau ke mana?" tanya Laura pada Anita saat Anita mengekor di belakang Laura. "Y-ya mau masuk lah, Mbak." Anita menjawab dengan ragu. "Emang siapa yang nyuruh kamu masuk duluan? Tuh, bawa barang-barang yang di bagasi ke dalam rumah. Ingat! Jangan sampai ada yang ketinggalan." Laura melenggang pergi meninggalkan Anita
"Wah, nggak bisa dibiarin ini! Jangan biarkan pelakor merajalela di kampung kita. Benar nggak ibu-ibu?""Iya betul, ayo kita hajar saja itu pelakor. Jangan biarkan dia merdeka di kampung kita!" ujar Mpok Ipeh dengan api yang berkobar. "Huuu dasar pelakor!" Ibu-ibu menyoraki Anita, ada yang melemparkan telur busuk ke arah Anita, ada juga yang tidak segan-segan meremas payudara milik Anita hingga membuat perempuan itu menjerit karena kesakitan."Aargh! Lepaskan! Saya bukan pelakor!""Mana ada maling ngaku! Lanjut ibu-ibu!"Anita dihajar ibu-ibu kampung habis-habisan. Ada yang menjambak, ada yang melempar tepung yang sudah dibungkus per kilo tepat ke kepala Anita. Ada juga yang menampar pipi milik Anita. Yang lebih ekstrim, ada juga yang memasukkan bubuk cabai ke dalam daster Anita. Anita pun menangis, ia meminta para ibu-ibu berhenti, namun tidak ada satu pun yang berhenti dengan aksinya. Anita sudah seperti adonan donat yang gagal ngembang. Laura yang melihatnya pun miris dengan a
"Saya dipanggil Pak Adit? Ada apa?" Dahi Fauzan mengerut. "Maaf Pak, saya tidak tau. Saya permisi dulu ya, Pak." Sang sekretaris itu pun pamit undur diri dengan membungkukkan sedikit tubuhnya dan meninggalkan ruangan Fauzan. Fauzan mengangguk. Dirinya bingung kenapa tiba-tiba saja Pak Adit memanggilnya? Karena Fauzan selama ini tidak pernah membuat masalah dengan kantor. Dia pun tidak menyadari kalau video penggerebekan dirinya dengan Anita sudah tersebar luas. Dan mungkin saja mam sang bos juga mengetahuinya. "Ada apa ya Pak Adit manggil gue? Tumben-tumbenan," tanya Fauzan kepada Andre yang masih duduk di samping Fauzan. "Nah kan Bro, bener apa yang gue bilang. Jangan-jangan Pak Adit udah tau tentang video lu yang lagi viral. Wah bahaya, Bro, bisa terancam lu kalau gini. Udah sono temuin Pak Adit. Siapa tau salah kan dugaan gue." Andre menepuk bahu Fauzan dan meninggalkan Fauzan sendiri yang tengah berpikir ada apa gerangan Pak Adit memanggil dirinya. "Ada apa ya kira-kira? Kok
"Iya, Mas di pecat gara-gara video penggerebekan itu." Fauzan pun mendaratkan tubuhnya di sofa. Ia pun menghela napas. "Video? Kok bisa?" tanya Anita mengerutkan dahinya. "Nggak tau lah, Mas juga gak tahu dari mana video itu berasal karena tiba-tiba aja Mas dipanggil ke ruangan atasan terus dikasih surat pemecatan. Tapi aku yakin pasti semua ini karena ulah Laura!" Fauzan mengepalkan tangannya. Baru juga dirinya merasakan enaknya naik jabatan, tapi tiba-tiba saja harus dipecat. "Kurang ajar memang istri pertama kamu itu, Mas! Harus diberi pelajaran dia Mas, biar kapok. Gara-gara dia juga aku jadi dihajar sama Ibu-Ibu komplek," ucap Anita geram. "Siapa yang mau kamu kasih pelajaran? Mas Fauzan? Kok kamu sudah pulang, Mas? Biasanya jam segini kamu kan belum pulang?" tanya Laura tiba-tiba saat melihat Fauzan yang sudah berada di rumah. Biasanya dirinya terlebih dahulu lah yang pulang baru Fauzan pulang. "Aku dipecat!" jawab Fauzan dengan ketus sembari menatap Laura dengan tajam. "
"Kamu tenang saja, aku akan menjual tanah yang dibeli sama Laura sebelum kejadian ini. Mungkin ada lah sekitar 700m² itu luasnya," ucap Fauzan kepada istri keduanya itu. Tanpa Fauzan sadari, kalau Laura sedang mengintip dan menguping pembicaraan sepasang suami istri siri itu. "Kamu serius Mas punya tanah seluas itu?" tanya Anita dengan mata berbinar. Anita tau kalau tanah itu dijual, mereka akan memiliki pundi-pundi uang yang banyak. "Ya serius lah, mana ada aku berbohong. Tanah itu juga letaknya berada di tengah kota. Kalau dijual juga pasti akan laku mahal harganya.""Wah, kalau gitu nanti aku mau dibelikan rumah atas namaku ya, Mas. Aku nggak betah kalau harus tinggal di sini. Seakan-akan aku dijadikan pembantu sama Mbak Laura.""Iya. Kamu tenang saja. Nanti, setelah tanah itu terjual, kita beli rumah buat kamu." Fauzan mengusap kepala Anita yang bersandar di bahu Fauzan. "Emang di mana surat-surat itu disimpan, Mas?""Surat-surat itu ada di dalam lemari. Rencananya, besok mau M
Saat Laura di dalam ruangan, ia teringat kembali dengan BPKB milik Fauzan. Laura berpikir kalau BPKB itu hanya dititipkan saja ke Sintia, tidak bisa memberikan pelajaran kepada Fauzan. Karena Laura ingin memberikan pelajaran buat Fauzan. Hari itu, Laura pun tidak fokus saat sedang bekerja. Ia masih saja memikirkan bagaimana cara untuk membalas perbuatan Fauzan. "Mending aku gadai saja itu mobilnya Mas Fauzan. Kebetulan aku tau akan menggadaikan dengan siapa. Yang jalur ekspres bebas hambatan."Laura pun mengambil handphone nya dan menelpon seseorang yang dia tau sebagai rentenir itu. "Halo, Mami, apa kabar?" sapa Laura berbasa-basi. "Wah, Laura, kabar baik. Ada apa ini tumben kamu telepon Mami?" tanya Mami Valen. "Aku mau gadai BPKB mobil nih, Mi, Mami bisa nggak?""Mobil apa nih?""Fortuner Mi, baru aja lunas Mi, belinya juga baru satu tahun. Dijamin masih mulus," ucap Laura menjelaskan. "Mau harga berapa kamu?""400 juta gimana Mi? Bisa nggak?"Mami Valen nampak berpikir dan m
RAHASIA SLIP GAJI SUAMIKUBAB 15"Terus gimana dong sama wisudanya Putri?" tanya Bu Ana. "Ya mau gimana lagi, Bu, orang Fauzan udah nggak kerja. Ya otomatis Fauzan nggak ada pemasukan kan. Kalau Ibu mau ya minta aja sama Laura. Itu sih kalau di kasih sama dia." "Aduuuuh, kamu ini nggak bisa diandelin! Udah biar Ibu aja yang minta sama Laura." Bu Ana meninggalkan Fauzan dan Anita yang terbengong dengan tingkah Bu Ana. Bu Ana menghampiri Laura yang berada di kamar. Tok. Tok. Tok. "Laura! Laura!" panggil Bu Ana. "Ra! Buka Ra!" ucap Bu Ana menggedor pintu kamar Laura. Laura yang mendengar merasa kebisingan dengan suara ketukan pintu Bu Ana terpaksa membukakan pintu agar Bu Ana tidak semakin bar-bar mengetuk pintu nya. "Ck! Mau apa sih ini nenek tua peot!" Laura menggerutu namun tetap membukakan pintu. "Ada apa, Bu?" tanya Laura dengan santai. "Kamu ini gimana sih! Kita bicara belum selesai lho. Kenapa main pergi aja.""Mau bicara apa lagi sih, Bu? Kan urusan Ibu biasanya juga