Share

Dia dan Lelaki Masa Lalu (2)

"Kau operasi keperawanan dimana?" tanya Jamie Stanford tiba-tiba saat mereka dalam perjalanan pulang dari acara kecil di rumah ibunya.

Kimberly Miro langsung menoleh dengan mata hampir keluar karena melotot kaget "Heh?" teriaknya kaget "Kenapa kau pikir aku harus operasi keperawanan? Aku memang masih perawan saat menikah denganmu!" jelasnya dengan marah.

Jarang-jarang sekali Jamie Stanford, suaminya, membuka pembicaraan diantara mereka. Dan sekali membuka percakapan malah membahas hal begituan.

Jamie Stanford menoleh sekilas kearah istrinya yang sudah kembali menatap jalanan di depan mereka dengan melipat kedua tangan didepan dada tersinggung.

"Bersama Patrick Kho? tidak bercinta? Kenapa batalkan pernikahan? Apa karena kau tidak bisa merayu?" tanya Jamie Stanford dengan cepat, adrenalin membuat ia memborong banyak pertanyaan sekaligus.

Kimberly Miro cukup terkejut, ini pertama kalinya Jamie Stanford mengucapkan lebih banyak kata padanya dan itu lebih dari sepuluh kata, empat belas kata, Man!!!, keajaiban apa ini? Pikirnya.

Tapi tak lama, alis Kimberly Miro langsung bertaut menatap keheranan suaminya, ia meneliti wajah laki-laki yang nampak serius dan kaku seperti biasanya. Lalu setelahnya ia malah cekikan tertawa tak terkendali.

Baru pertama kali Jamie Stanford mendapati istrinya tertawa begitu lepas bahkan sampai memegang perutnya karena tidak kuasa menahan tawa.

"Kau pikir aku tidak bisa merayu? Tidak bisa merayu? Oh Tuhan! Lucu sekali. Aduh! Lelucon apa ini! Bahkan setan pun harus belajar dariku" katanya dan terpingkal-pingkal lagi "Kau mau kurayu?" tanyanya dengan senyum jahil.

Jamie Stanford tidak banyak menampilkan emosi di wajahnya, hanya mampu setengah tersenyum karena reaksi istrinya yang tidak terprediksi, ia tidak tahu di bagian mana yang lucu, bahkan Jamie tidak pandai melucu apa lagi menjadi pelawak.

"Bukan begitu. Hanya bertanya-tanya alasan batalkan pernikahan" gumam Jamie kembali fokus ke jalanan.

Ia hanya ingin berkomunikasi dengan istrinya, ingin lebih dekat dan tak ingin mengulang kesalahan lama.

Dimasa lalu ia dan mantan istrinya saling menutup diri, saling curiga dan tidak saling terbuka satu-sama lain, bahkan mereka seperti dua orang yang tidak mengenal satu sama lain tapi terikat perkawinan.

Kimberly Miro mulai tenang dan berdeham canggung melirik Jamie Stanford dengan sudut matanya "Kau mungkin tidak tahu, teman-temanku bahkan menyematkan julukan Couple breakers padaku. Disebut jalang, wanita penggoda bahkan sudah lumrah bagiku, dan banyak juga temanku takut mengenalkan pasangan mereka padaku" katanya santai, seakan yang ia ucapkan bukan masalah besar untuknya. Tapi tak lama nada bicaranya nampak berat "Bagiku tentu aneh sekali mendengar kau mendoktrin aku tidak bisa merayu, dan tidak bisa merayu menjadi alasan aku bercerai dengan Patrick. Sungguh lelucon. Bukan itu yang sebenarnya terjadi. Sejujurnya hubunganku dengannya tidak seperti yang dipikirkan orang lain. Patrick Kho teman dekat ayahku, ia sudah seperti ayah bagiku, mana mungkin aku tidur dengan ayahku, kan? Pernikahan kami hanya win-win-solution, aku membatunya dan dia membantuku. Setelah selesai, ya berakhir" lanjutnya dengan pandangan mulai merawang.

Wanita itu menghela nafas panjang setelah menjelaskan hal yang sepertinya berat untuk dia jelaskan, karena wanita itu mungkin menahan untuk dirinya terlalu lama.

Menjelaskan yang sebenarnya, lebih sulit daripada membenarkan saja apa yang dipikirkan orang lain.

Kimberly Miro ingin berhenti bermain-main. Ia benar-benar sudah menikah sekarang. Dan ia ingin segera hidup tenang. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, mencari masalah dengan banyak orang, ke sana kemari untuk seorang pria yang mau menikah dengannya, hanya untuk kesenangan batin sejenak.

Dan sekarang semuanya telah terlambat, tak ada lagi kesempatan baginya untuk mundur. Karena sudah menikah, mengapa tidak jalani saja seperti orang lain.

__

Jamie Stanford mematut buket bunga yang di kirim kerumahnya dengan pesan 'Sangat merindukan sentuhanmu, Kimberly sayang. Semoga kita segera bertemu' bertanda Max Merwe.

Alis Jamie Stanford langsung terangkat, Max Merwe adalah penyanyi sekaligus artis terkenal, orang gila mana yang mengakui diri mereka Max Merwe dan malah mengirim bunga untuk istrinya.

"Kim, Untukmu" kata Jamie Stanford mengangkat buket mawar besar itu.

Istrinya yang sudah masuk ke rumah lebih dahulu, berbalik kearah Jamie "Dari siapa?" tanyanya dan menerima buket besar mawar merah itu.

"Max Merwe. Kenal?" tanya Jamie Stanford.

Kimberly Miro tersenyum singkat, lalu membaca pesan itu "Oh Max, ya kami saling mengenal satu sama lain, kami bahkan dahulu pernah hampir menikah" jawabnya dengan santai setelah membaca pesan yang ditulis tangan dengan tulisan amat rapi dan indah.

Raut wajah Jamie Stanford langsung berubah keruh "Oh" katanya dan berjalan melewati Kimberly tanpa menunggu komentar atau apapun dari istrinya.

Merindukan sentuhan? Persetanan.

Pernah menikah dengan Patrik Kho, lalu hampir menikah dengan keponakan laki-laki itu, Max Merwe. Sebenarnya bagaimana istrinya dimasa lalu? Mengapa ia bisa terlibat dengan kalangan orang-orang berpengaruh seperti itu?

Kimberly Miro segera mengejar Jamie Stanford yang berjalan menjauh "Kau cemburu?" tanyanya menohok, membuat Jamie yang makin kesal berbalik dan menatap istrinya tidak suka.

"Tidak" jawab lelaki itu tetap tenang ketika berbohong.

Suami mana yang tak akan cemburu istrinya tersenyum manis dikirimi bunga oleh mantan calon suaminya dan berpesan singkat seitim itu.

"Kukira wajahmu barusan mengatakan cemburu. Tidak ternyata, yah" kata Kimberly Miro dengan wajah nampak kecewa walau hanya sesaat, lalu berubah dengan senyum.

Wanita itu kembali tersenyum lagi, menatap buket bunga dalam genggamannya dan berjalan santai kelantai atas menuju kamar mereka.

Sialan.

Jamie Stanford mengumpat sepanjang langkahnya menuju kamar mereka. Seberapa banyak lagi mereka harus saling mengenal satu sama lain?

"Aku ingin menunjukkan sesuatu" kata Kimberly dengan sebuah dasi ditangannya.

"Apa?" tanya Jamie ketika istrinya menarik lengannya. Ia masih amat kesal, dengan kiriman bunga dan senyum istrinya tadi.

"Duduk disini dengan patuh, oke?" kata Kimberly dan dengan patuh Jamie duduk di kursi lipat itu.

"Kau mau apa?" tanya Jamie sekali lagi saat Kimberly mengikat tangannya dibelakang kursi mengunakan dasi.

"Mau menunjukkan padamu bagaimana cara aku merayu" katanya dengan nada main-main dan menyentuh leher Jamie dengan ujung jari-jarinya yang panjang setelah selesai mengikat.

Kening Jamie berkerut masam, ia masih kesal dengan kiriman dan kartu ucapan sialan tadi, dan sekarang istrinya malah bermain ikat tali "Kimberly, jangan main-main. Pesta sebentar lagi" katanya.

"Tidak akan lama. Cukup tatap aku saja" tukas Kimberly dengan suara rendah.

Kimberly menatap tepat di mata Jamie ketika duduk dihadapannya, dan tatapannya nampak nakal serta amat menggoda, lalu ia tersenyum, mulutnya sedikit terbuka.

Dengan jelas Jamie Stanford bisa melihat istrinya mengeluarkan lidahnya seujung kecil yang nampak runcing, lalu lidah itu mulai bergerak ke kiri dan ke kanan dengan erotis.

Lidah itu menari-nari, panas, licin dan menggeliat sensual, Jamie melihat istrinya melakukan itu selama beberapa detik, mengagumi bagaimana sedikit gerakan lidah mengirim kejutan rangsangan pada pangkal pahanya, apalagi saat melihat istrinya menggigit bibir bawahnya disela-sela tarian itu, membuat Jamie ingin ikut bergabung di mulut istrinya.

Jamie menengguk ludah, mungkin ia bisa meledak ke puncak kebahagiaan hanya dengan melihat istrinya begitu, ia ingin lidah itu membelai dirinya, di semua tempat terlebih ditempat yang menenggang di pangkal pahanya.

Tapi ia terikat dan tak bisa berbuat apa-apa. Tangannya sudah gatal ingin menyentuh istrinya, ingin melakukan banyak hal kotor yang memenuhi otaknya. Wanita itu telah menunjukkan siapa dia sebenarnya, benar-benar wanita penggoda.

Kemana ia menyembunyikannya selama ini?

Saat Jamie akan sampai, Kimberly berhenti dan tersenyum "Waktunya bersiap-siap ke pesta" katanya.

"Kim, kau menyalakan api maka padamkan juga" erang Jamie Stanford kecewa karena itu sangat tangung sekali. Sebentar lagi, hanya sebentar lagi ia bakal sampai.

Sialan!

Kimberly Miro melambaikan tangannya cuek "Tunggu beberapa saat, adik kecilmu bakal padam dengan sendirinya" gumamnya dan membiarkan Jamie Stanford tetap terikat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status