Share

Bab 7

Author: Ahong
last update Huling Na-update: 2025-07-29 18:51:00

Meski usianya telah melewati empat puluh, tapi pesona wanita itu tak memudar sedikit pun.

Indira mengenakan pakaian tidur tipis berwarna satin biru tua, membungkus tubuh ramping yang masih terlihat terawat dengan sempurna. Rambut mengurai lembut di bahunya.

Belahan dadanya mengintip dari potongan leher berbentuk V yang dalam, sementara tali spageti yang nyaris tak terlihat menyisakan banyak ruang untuk imajinasi.

Cahaya lampu temaram memantulkan kilau lembut pada kain satin yang membungkus pinggulnya, mempertegas siluet tubuh anggun dan menggoda.

Melihat Indira dengan pakaian tidur seperti itu, membuat Topan terhenyak. Bisa dibilang, pakaiannya terlalu provokatif untuk digunakan menemui pria asing di rumahnya.

Meski Topan adalah calon menantunya, seharusnya dia bisa mengenakan pakaian yang lebih tertutup atau setidaknya mengenakan luaran untuk menutupi kesan seksinya.

Jika dia mengenakannya di dalam kamar bersama suaminya, tak menjadi masalah.

Dihadapkan pemandangan Indira seperti itu, apalagi duduk dekat dengannya, di dalam kamar pula, jelas membuat Topan benar-benar merasa tak nyaman.

Topan segera tersadar dari rasa terkejutnya. Memilih mengabaikan penampilan calon Ibu mertuanya. "Kenapa Ibu tak mengetuk pintu terlebih dahulu?" tanya Topan, berusaha mengatasi kecanggungan itu.

"Ini adalah rumahku. Mau aku ketuk pintu terlebih dahulu atau tidak, itu terserah aku!" jawab Indira dengan nada ketus sekaligus tegas. Aura nyonya besar yang berkuasa di rumah ini begitu tak terbantahkan.

Dengan mata menyipit, Indira lanjut bicara, "Dan kau pikir, kau bisa memanggilku 'Ibu' seperti kau memanggil Gunawan dengan sebutan 'Ayah'?!" Ada kilat kemarahan di kedua matanya.

Kening Topan berkerut mendengarnya. "Bukankah seharusnya begitu? Aku memanggilmu, 'Ibu' karena aku menghormatimu sebagai istri Pak Gunawan dan Ibunya Davina."

Indira melotot. "Jangan panggil aku 'Ibu' kalau sedang tak ada Gunawan! Paham kau?!" titahnya sambil menunjuk muka Topan.

Topan tahu bahwa calon Ibu mertuanya langsung tak suka padanya sejak pertama kali melihatnya.

Demikian, sepertinya apa pun yang ia katakan, apa pun yang ia lakukan, akan selalu salah di matanya.

Topan pun memilih tidak memperpanjang masalah itu. Ia berakhir mengangguk. Tanda mengerti akan perintah dari Indira.

"Lalu, ada apa kau menemuiku?" tanya Topan.

Indira merespon sinis pertanyaan Topan.

Indira, dengan kedua tangan terlipat di depan dada berkata, "Ada hal yang mau aku bicarakan denganmu!" nada ketus terdengar dalam suaranya.

Mendengar itu, Topan tersentak. Merasa ada kesempatan supaya keduanya tidak berduaan di dalam kamar.

Topan pun menjawab seraya bersiap hendak keluar. "Kalau begitu kita bicara di luar saja–"

"Tidak perlu!" potong Indira dingin menyela perkataan Topan.

Kaki Topan yang sudah menyentuh lantai, harus mengurungkan niat bangkit dari ranjang.

Selagi Topan terlihat keberatan, Indira lanjut bicara, "Kita bicara di sini saja!"

Topan berpikir sejenak. "Tapi–"

"Aku mau bicara di sini dan kau tak berhak menentukan kita mau bicara di mana! Paham kamu?!" sergah Indira dengan nada meledak-ledak. Menandakan Topan harus menurut dengan kata-katanya!

Topan menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Baik lah. Jadi, apa yang hendak kau bicarakan?" Topan memilih mengalah.

Akan tetapi, Indira tidak langsung menjawab.

Melainkan pandangannya malah mengamati penampilan Topan dari atas kepala hingga ujung kaki.

Walau pakaiannya lusuh, penampilannya seperti berandalan, tapi ternyata pria ini tampan. Badannya juga bagus. Kekar. Gumam Indira.

Tanpa sadar, ia memuji Topan.

Topan mengernyitkan kening melihat Indira menatapnya seperti itu. "Apa yang hendak kau bicarakan?" ulang Topan tak sabar.

Indira tersadar dari lamunannya. Tiba-tiba, ekspresi wajahnya berubah.

Ia berdehem terlebih dahulu. "Katakan," Dia kemudian menambahkan. "Apa yang sedang kau inginkan? Uang, motor, mobil atau rumah?"

"Apa maksudmu?" tanya Topan dengan kening berkerut.

"Aku bisa memberikan semua itu padamu!"

Topan terdiam sejenak. Lalu, ia menggeleng dan berkata, "Aku tak menginginkan semua apa yang baru saja kau sebutan itu."

Senyum di bibir Indira mendadak pudar. "Satu pun tak ada?" ujarnya dengan wajah mengeras. Dia kemudian menambahkan. "Atau... kau bebas mengatakan apa pun yang sedang kau inginkan. Apa pun itu. Akan kuberikan saat ini juga!"

Topan menghembuskan napas berat, mencoba menerka maksud Indira menawarkan hal itu padanya.

Namun, untuk ke dua kalinya Topan menggeleng. Tanda tak ada yang sedang ia inginkan.

Indira mendecakan lidah. "Bagaimana mungkin kau tak menginginkan satu pun yang barusan kusebutan?!" ucap Indira sekaligus heran sambil menatap Topan tajam.

Senyum mengejek tersungging di bibirnya saat ia melanjutkan. "Kau pasti orang miskin. Ke sini saja berpakaian sederhana cenderung lusuh dan tak mengendarai mobil!"

Rupanya, Topan yang jelas-jelas bisa menghancurkan Elias dan kenalannya, tak membuat Indira berpikir kalau Topan adalah orang kaya!

Topan kesal mendengar kata-kata Indira ini, tapi ia tak tersinggung sama sekali.

Sebenarnya, ia sengaja berpakaian sederhana sebabnya tak ingin kedatangannya kembali ke kota kelahirannya mengundang kehebohan. Ia tak mau menjadi pusat perhatian. Sebab, tak mau rencana membunuh anggota keluarga Maheswara gagal.

Sebut saja 'Raja Gangster Valdoria di Marendale atau pun di kota-kota yang ada di negara Valdoria, pasti kebanyakan orang akan tahu.

Jika ia tampil mencolok, memperlihatkan identitas dirinya yang sebenarnya, keberadaan dirinya di kota Marendale ini akan langsung tersebar ke segala penjuru kota.

Pun ia memutuskan tidak akan memberitahu siapa dirinya kepada ke lima tunangannya nanti.

Tiba-tiba, aura pembunuh langsung terpancar jelas dari tubuh Topan.

Setiap ia mengingat tujuan utamanya kembali ke kota ini, niat membunuh targetnya langsung berkobar!

Bagaimana tidak, ia telah mempersiapkan dan menunggu moment itu selama lima tahun lamanya.

Melihat itu, Indira sedikit heran. Ada perasaan ngeri dan ingin segera kabur dari hadapan pria itu.

Namun, keinginan untuk mendepak dan menggagalkan pria itu menjadi suami Davina begitu kuat.

Sementara itu, buru-buru Topan mengontrol diri dan menghalau dendamnya dari dalam kepalanya.

Lalu, ia memperbaiki posisi duduk dan kembali menatap Indira dengan serius. "Sebenarnya, apa maksudmu memberikan penawaran itu padaku?" desak Topan.

Lagi-lagi, Indira tidak langsung menjawab. Sesekali, terlihat seperti orang yang tidak fokus diajak bicara.

Kali ini, pandangan wanita itu tengah terarah pada perut pria tampan tersebut.

Topan yang menyadari hal itu menautkan alis.

Apa lagi yang akan calon Ibu mertuanya ini komentari tentang penampilannya?

Akan tetapi, hal yang tak terduga terjadi, membuat Topan terperanjat!

Indira tiba-tiba menggeser tubuh dan mendekatkannya ke tubuh Topan. Sementara satu tangannya masuk ke dalam kaos Topan dan menyentuh perut pria itu.

"Apa yang hendak kau lakukan?!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 93

    "Kenapa kamu masih berdiri di situ sayang?" Perkataan Davina membuat Topan tersadar dari keterkejutannya. Davina menambahkan dengan tatapan dan senyum nakal. "Kemari lah, sayang. Aku ... " Davina melirik dirinya yang tengah berpose menggoda, hanya sekadar ingin memperlihatkan apa yang tengah ia lakukan kepada sang suami. "Bukannya langsung kemari dan menerkamku saat melihatku dalam keadaan seperti ini." Tepat Davina menyelesaikan kalimatnya, Topan buru-buru menarik kaos yang melekat di tubuhnya. Gerakannya cepat, hampir tergesa, hingga kaos itu terlepas begitu saja dan terlempar ke sisi ranjang. Setelah itu, ia bergegas menuju ke arah ranjang dengan rasa bahagia membumbung tinggi dan hasrat yang telah memuncak. Apalagi saat mendapati istrinya telah terbuka sepenuhnya. Baik hati mau pun tubuhnya. Tentu saja kali ini Topan tidak lagi menahan diri seperti sebelumnya. Pun sudah tidak ada keraguan sedikit pun. Di hadapan sang istri, perut bidang dengan otot-otot sispack yang

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 92

    Davina menelan ludah, tubuhnya tiba-tiba menegang begitu merasakan bisikan Topan yang sangat dekat di telinganya. Panas merambat di wajahnya seketika. Di titik ini, ia teringat perkataannya tadi tentang hal itu dan kini membuatnya malu bukan main. Akhirnya, setelah berhasil menguasai diri, Davina menganggukan kepalanya pelan. Setelah itu, ia langsung memalingkan muka sebab tidak tahan bertatapan dengan sang suami. Meski hanya lewat anggukan kepala, itu sudah membuat senyum tersungging lebar di bibir Topan. Seketika hatinya langsung berbunga-bunga. Sementara itu, Davina menahan napas, hatinya tengah berdegup kencang. Selama ini ia selalu menolak, galak, bahkan jutek pada Topan. Tapi sekarang, entah mengapa, ia merasa ingin menyerah pada dekapannya. Dengan perasaan senang, Topan kembali mendekat perlahan, penasaran apakah Davina akan menggeser tubuhnya atau tidak. Tapi ternyata tidak, Davina tetap bergeming meski Topan menyadari sang istri gugup. Untuk menutupinya, Davina men

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 91

    Setelah beberapa saat Davina terdiam agak lama dengan napas naik-turun, ia memejamkan mata, tengah mencerna semuanya. Akhirnya, dengan berat hati, ia membuka mata. Davina, dengan nada getir berkata lirih, "Baiklah, aku percaya kali ini." Mendengar itu, Topan terperanjat. Sedangkan Indira terkejut. Tanpa mempedulikan reaksi keduanya, Davina menatap dalam mata Topan. "Karena aku tahu kamu bukan tipe pria yang memaksakan diri. Dan... karena aku juga tahu Indira terlalu membencimu untuk mau benar-benar bersama denganmu." Seketika wajah Topan dipenuhi haru sekaligus lega. "Terima kasih sayang. Terima kasih karena kamu sudah mau percaya." Balas Topan dengan bibir dan suara bergetar seraya menggenggam tangan sang istri. Indira yang melihat pemandangan itu jadi kesal. Rasa cemburu kembali membakar dirinya. Entah kenapa, setiap kali melihat keduanya memamerkan kemesraan di hadapannya, hatinya memanas. Namun kali ini ia mencoba menekan perasaan itu sebab posisisnya yang tengah terancam.

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 90

    Tanpa diminta, Topan lanjut menjelaskan kejadian tadi di dalam kamar mandi, tentu saja tidak menyertakan apa yang dilakukan dengan sengaja oleh Indira kepadanya. Begitu mendengar penjelasan Topan, Davina tercekat. Kata-kata itu membuatnya terdiam sejenak, meski rasa sakit di hatinya belum berkurang. Sedangkan Indira tercengang, tapi ia segera sadar bahwa pria tampan itu sedang menutup mulutnya rapat-rapat tentang apa yang sebenarnya terjadi. Demikian, ia juga terpaksa harus melakukannya. Tanpa menoleh ke belakang, Davina angkat bicara. "Kau pikir aku percaya begitu saja?!" suara Davina meninggi, penuh dengan luka yang tak terbendung. Didengar dari nada bicaranya, kentara masih marah. Topan memasang wajah tidak berdaya, tapi ia tetap berusaha meyakinkan sang istri. "Kamu mau percaya atau tidak, tapi itu yang terjadi, sayang. Aku tidak bohong. Aku bersumpah, sayang. Tidak terjadi apa-apa antara aku dan Ibu di dalam kamar mandi. Aku tidak pernah sekalipun berniat mengkhianatimu, apa

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 89

    Davina melangkah mundur, dadanya tengah naik turun menahan gejolak. Wajahnya seketika pucat. Jantungnya berdentum keras, seakan tidak mampu menerima apa yang baru saja disaksikan. Ada panas yang menjalar di matanya, bercampur antara kemarahan dan rasa sakit yang menikam. "Aku baru saja pulang dan mendapati Ibu tiriku ada di dalam kamarku dengan hanya mengenakan handuk saja di tubuhnya dan lalu kau muncul dari dalam sana juga!" seru Davina parau, seperti pisau yang tergores di tenggorokan. "Berarti, sebelumnya kalian berdua berada di dalam, bukan? Apa aku terlihat sebodoh itu untuk tidak mengerti?!" Lanjut Davina dengan suara meninggi sekaligus bergetar. Sebab kini ia langsung berpikir yang tidak-tidak, langsung berpikir kalau keduanya berbuat hal mesum di dalam kamar mandi! Indira sendiri memilih menunduk, wajahnya juga pucat, pura-pura tidak berdaya, membiarkan keduanya salah paham. Meski ia masih takut dengan sosok Topan, tapi ia menikmati situasi ini, menyaksikan Davina run

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 88

    Namun, begitu bayangan tatapan tajam Topan kembali terlintas, ide itu seketika gugur. Aura dingin dan mengerikan yang sempat membuat tubuhnya bergetar masih membekas. Ancaman Topan seolah bergema kembali di telinganya: 'Kalau aku tahu kau bermain di belakang Ayah Gunawan, aku sendiri yang akan mengadukannya.' Kala teringat hal itu, ketakutan langsung melanda diri Indira. Indira menggigit bibir bawahnya, lalu buru-buru menepis pikiran busuk itu. Ia sadar, mencoba menjebak Topan hanya akan menjadi bumerang besar untuk dirinya sendiri. Akhirnya, setelah terdiam sesaat, Indira kembali menatap Davina. Ia menghembuskan napas berat dan berkata, "Sungguh, Davina. Aku hanya mau mandi saja di dalam kamar mandimu karena shower di kamar mandiku rusak. Hanya itu saja dan ini aku sudah selesai mandi dan sebenarnya mau langsung pergi tapi kau keburu datang!" Indira mengulangi penjelasannya, berusaha meyakinkan Davina. Sedangkan Davina memicingkan pandangan mendengar hal itu, mencerna penjela

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status