Share

Bab 6

Author: Ahong
last update Huling Na-update: 2025-07-29 12:30:37

Mendengar itu, Elias tertawa. "Berbuat buruk? Justru, mereka akan mendukungku!"

Tidak ingin semuanya menjadi semakin parah, Davina mencengkram lengan Topan dan berkata, "Kumohon berhenti Topan! Jika kau tetap tak mau menuruti permintaannya, kita semua akan berakhir!"

Topan menatap Davina lekat. "Kamu salah, justru dia yang akan berakhir dan aku yang akan membuat hal itu terjadi, Davina!" balas Topan penuh keyakinan.

"Kau pikir, kau siapa? Orang kaya? Orang berpengaruh?! Sehingga bisa melakukan hal demikian?!" seru Indira mencemooh. "Cepat lakukan sialan!"

Gunawan, dengan wajah mengeras ikut angkat bicara. "Dengarkan apa kata tunanganmu, Davina! Percaya pada Topan! Dia sungguh bisa melakukannya!"

Davina terperangah, menatap Ayahnya seraya menggeleng tak habis pikir.

Bagaimana mungkin Ayahnya tetap percaya pada Topan?

Di saat Davina tengah berpikir dan Indira yang jengkel, ketua mafia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan ke arah Topan.

"Jika itu maumu, tak masalah," ucapnya sinis. "Tapi akan kubuat kau bersujud dengan sendirinya!"

Usai mengatakan hal itu, dia langsung mendaratkan tinjunya ke arah Topan.

Namun, Topan dengan sangat cepat menangkap tinju tersebut.

Ketua mafia terbelalak. "Bagaimana mungkin kau bisa..."

Selagi dia mencoba melepaskan tangannya, Topan langsung mendorongnya hingga terjatuh ke belakang.

Semua mata pun melebar!

Elias sedikit khawatir, teringat bagaimana Topan menghajar dirinya dan anak buahnya tadi siang. Tapi buru-buru Elias menghalau pikiran itu. Percaya jika kenalannya bisa mengalahkan Topan. Apalagi dia adalah ketua organisasi mafia!

"Cukup menarik. Kau tak bisa dipandang sebelah mata!" ucap ketua mafia itu dengan gigi gemeretak seraya berusaha berdiri. "Tapi, jangan senang dulu kau. Aku tidak serius barusan!"

Tanpa peringatan, ia kembali merangsek maju dengan kecepatan yang jauh melebihi serangannya yang pertama.

Namun, Topan melayaninya dengan begitu santai.

Selama sesaat, ia sibuk menghindar dan mengelak. Masih berkonsentrasi untuk menyerang balik.

Hingga akhirnya...

BUGH! BUGH! BUGH!

Pukulan Topan telak menghantam dagu, wajah serta ulu hati ketua mafia itu.

Kali ini tubuhnya terpental ke belakang membentur dinding, dia seketika tergeletak di lantai. Darah langsung mengalir dari bibirnya.

Kini, semua orang tercengang, kompak memandang Topan dengan tatapan tak percaya.

Topan berpaling pada Elias. "Aku tak ulangi dua kali. Minta maaf kepada Davina. Sekarang!" titahnya dingin sekaligus tegas.

Elias dan teman polisinya tersadar dari keterkejutannya. Tapi detik berikutnya, mereka berdua malah tertawa.

"Kau pikir, kau siapa bisa memerintahku?!"

"Kau telah melakukan dua kali penyerangan terhadap Pak Elias dan ketua mafia! Siap-siap, aku akan menyeretmu ke jeruji penjara!" ancam sang polisi menambahi Elias.

Melihat respon keduanya, wajah Topan merah padam. "Kuanggap kalian berdua menentangku!"

"Ya jelas lah aku menentangmu! Aku tak dapat diperintah oleh orang biasa yang tak punya nama sepertimu!" desis Elias sambil menunjuk Topan.

Tanpa pikir panjang, Topan segera merogoh saku dan mengeluarkan ponsel dari dalam sana.

Lalu, ia mengetikan pesan yang akan ia kirimkan kepada Dimas, asisten pribadinya.

[Aktifkan rencana Naga Sakti. Nama ; Elias dan Dario...]

"Siapa yang sedang dia hubungi?!"

"Cih, gayanya sudah seperti orang penting saja yang memiliki banyak relasi!"

"Paling-paling dia hanya berpura-pura menghubungi seseorang, biar terlihat keren di mata tunangan dan calon mertuanya!"

Segala cemoohan terlontar keluar dari mulut keduanya selagi Topan mengirimkan pesan.

Namun, Topan mengacuhkannya.

Beberapa menit kemudian, ponsel Elias dan teman polisinya berdering secara bersamaan.

Mereka berdua pun kompak mengecek ponsel. Tiba-tiba, keduanya terbelalak. Di saat yang sama, wajahnya berubah pucat.

"Saham perusahaanku... turun drastis dan para investor menarik dananya. Bagaimana ini bisa terjadi?!"

Tidak hanya itu, kamera tersembunyi menangkap dirinya bersama wanita simpananya dan kini telah tersebar ke media. Serta anak dan istrinya mendapat ancaman bahwa Topan bisa 'menyentuh' tanpa melukai.

Sedangkan teman polisinya mendapatkan panggilan masuk dari atasannya.

"Komisaris Dario! Ada laporan penyalahgunaan wewenang dan rekening gelap atas nama anda. Anda dibekuk untuk sementara waktu. Kantor Etik akan menjemput anda malam ini!"

Seketika mereka berdua panik. Lantas, menatap Topan dengan pertanyaan memenuhi benak. Jangan-jangan...

"Ka-kau yang melakukan semua ini pada kami?" tanya Elias dengan terbata.

Mendapatkan pertanyaan itu, Topan tersenyum miring.

Elias dan teman polisinya menelan ludah. "Si-siapa kau sebenarnya? Ba-bagaimana mungkin kau bisa melakukan semua ini pada kami dalam waktu secepat itu?"

Di saat ini, Gunawan berkata seraya berjalan menghampiri mereka. "Calon menantuku bukan orang yang bisa kalian sentuh!" Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum penuh arti. Ia melanjutkan sambil menyentuh pundak Topan. "Lihat apa yang sedang terjadi dengan kalian saat ini? Dan kalian tak menyangka bukan? Kalau Topan lah yang melakukannya?"

Melihat mereka berdua yang masih bergeming, Topan berkata kepada Elias, "Apa yang kau tunggu?! Cepat, minta maaf pada tunanganku atau aku buat kau runtuh dalam satu malam!"

Sontak, Elias dan teman polisinya gelagapan. Ketakutan langsung menjalar di tubuh masing-masing.

Elias pun bersimpuh di kaki Davina. "Nona Davina, saya minta maaf atas perbuatan keji saya kepada anda... saya janji, saya tidak akan mengganggu Nona lagi."

Sebelum Davina berucap sebab masih shock bukan main, Elias sudah lanjut memohon kepada Topan. "Sa-saya juga minta maaf pada anda... saya janji tak akan mengganggu tunangan anda lagi."

"Saya pun meminta maaf atas sikap kurang ajar saya barusan..." ucap polisi itu menambahi Elias.

Melihat pemandangan itu, Gunawan terkekeh puas. Sedangkan Davina dan Indira masih membeku di tempat.

Setelah itu, dengan wajah ketakutan sekaligus penuh penyesalan, mereka bertiga beranjak dari rumah tersebut.

Setelah ketiganya pergi, Gunawan menatap Topan kembali. Ada rasa bangga di matanya. "Terima kasih, Nak karena kamu sudah melindungi Davina dan menolong kami. Entah lah kalau tak ada kamu, kami tak yakin bisa menang melawan Elias biadab itu!"

Topan tersenyum. "Sudah sepatutnya karena aku akan menjadi bagian dari keluarga ini, Yah!"

Gunawan lalu menatap Davina dan Indira secara bergantian.

Dengan rahang mengeras, ia berkata, "Aku harap, kalian berdua tak memandang Topan rendah lagi atau pun merasa ragu kalau Topan tak bisa diandalkan setelah kejadian ini!"

***

Topan hendak bersiap tidur ketika pintu kamarnya dibuka dan muncul Ibu mertuanya!

Mulai malam ini, Topan sudah tinggal di rumahnya Gunawan. Sebabnya ia dan Davina belum resmi menikah, tentu saja keduanya harus tidur terpisah.

Topan sedikit terkejut saat melihat Indira berjalan ke arahnya dan lalu duduk di ranjang.

"Calon Ibu mertua," ucap Topan sekaligus heran seraya menyenderkan punggung ke tepi ranjang. "Apa yang Ibu lakukan di sini?!"

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 94

    Bibir mereka kini sudah saling bertaut, bergerak semakin panas, hingga desahan lirih Davina tidak bisa ditahan lagi, bercampur dengan hembusan napas Topan yang jelas ikut terbakar suasana. Sudah tidak ada penolakan, pun tidak ada keraguan! Dalam kehangatan itu, tangan Davina bergerak lincah, menelusuri leher suaminya yang tegang karena menahan desakan hasrat. Jemarinya lalu naik menyusuri rahang Topan yang kokoh, mengusap pipi sang suami dengan sentuhan lembut namun penuh rasa memiliki. Topan akhirnya mendesah pelan disela ciuman, tubuhnya merinding dengan setiap belaian. Sentuhan itu membuatnya semakin tidak berdaya di bawah kendali istrinya, seolah seluruh dirinya dipenjara oleh rasa cinta dan hasrat sekaligus. Bibir mereka terus berpaut, masih tidak ada jeda, hanya sesekali terpisah untuk menarik napas, sebelum kembali melumat satu sama lain. Genggaman tangan Davina di wajah Topan memberi sinyal jelas—malam ini, ia tidak hanya ingin dicintai, tapi juga ingin menunjukkan ba

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 93

    "Kenapa kamu masih berdiri di situ sayang?" Perkataan Davina membuat Topan tersadar dari keterkejutannya. Davina menambahkan dengan tatapan dan senyum nakal. "Kemari lah, sayang. Aku ... " Davina melirik dirinya yang tengah berpose menggoda, hanya sekadar ingin memperlihatkan apa yang tengah ia lakukan kepada sang suami. "Bukannya langsung kemari dan menerkamku saat melihatku dalam keadaan seperti ini." Tepat Davina menyelesaikan kalimatnya, Topan buru-buru menarik kaos yang melekat di tubuhnya. Gerakannya cepat, hampir tergesa, hingga kaos itu terlepas begitu saja dan terlempar ke sisi ranjang. Setelah itu, ia bergegas menuju ke arah ranjang dengan rasa bahagia membumbung tinggi dan hasrat yang telah memuncak. Apalagi saat mendapati istrinya telah terbuka sepenuhnya. Baik hati mau pun tubuhnya. Tentu saja kali ini Topan tidak lagi menahan diri seperti sebelumnya. Pun sudah tidak ada keraguan sedikit pun. Di hadapan sang istri, perut bidang dengan otot-otot sispack yang

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 92

    Davina menelan ludah, tubuhnya tiba-tiba menegang begitu merasakan bisikan Topan yang sangat dekat di telinganya. Panas merambat di wajahnya seketika. Di titik ini, ia teringat perkataannya tadi tentang hal itu dan kini membuatnya malu bukan main. Akhirnya, setelah berhasil menguasai diri, Davina menganggukan kepalanya pelan. Setelah itu, ia langsung memalingkan muka sebab tidak tahan bertatapan dengan sang suami. Meski hanya lewat anggukan kepala, itu sudah membuat senyum tersungging lebar di bibir Topan. Seketika hatinya langsung berbunga-bunga. Sementara itu, Davina menahan napas, hatinya tengah berdegup kencang. Selama ini ia selalu menolak, galak, bahkan jutek pada Topan. Tapi sekarang, entah mengapa, ia merasa ingin menyerah pada dekapannya. Dengan perasaan senang, Topan kembali mendekat perlahan, penasaran apakah Davina akan menggeser tubuhnya atau tidak. Tapi ternyata tidak, Davina tetap bergeming meski Topan menyadari sang istri gugup. Untuk menutupinya, Davina men

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 91

    Setelah beberapa saat Davina terdiam agak lama dengan napas naik-turun, ia memejamkan mata, tengah mencerna semuanya. Akhirnya, dengan berat hati, ia membuka mata. Davina, dengan nada getir berkata lirih, "Baiklah, aku percaya kali ini." Mendengar itu, Topan terperanjat. Sedangkan Indira terkejut. Tanpa mempedulikan reaksi keduanya, Davina menatap dalam mata Topan. "Karena aku tahu kamu bukan tipe pria yang memaksakan diri. Dan... karena aku juga tahu Indira terlalu membencimu untuk mau benar-benar bersama denganmu." Seketika wajah Topan dipenuhi haru sekaligus lega. "Terima kasih sayang. Terima kasih karena kamu sudah mau percaya." Balas Topan dengan bibir dan suara bergetar seraya menggenggam tangan sang istri. Indira yang melihat pemandangan itu jadi kesal. Rasa cemburu kembali membakar dirinya. Entah kenapa, setiap kali melihat keduanya memamerkan kemesraan di hadapannya, hatinya memanas. Namun kali ini ia mencoba menekan perasaan itu sebab posisisnya yang tengah terancam.

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 90

    Tanpa diminta, Topan lanjut menjelaskan kejadian tadi di dalam kamar mandi, tentu saja tidak menyertakan apa yang dilakukan dengan sengaja oleh Indira kepadanya. Begitu mendengar penjelasan Topan, Davina tercekat. Kata-kata itu membuatnya terdiam sejenak, meski rasa sakit di hatinya belum berkurang. Sedangkan Indira tercengang, tapi ia segera sadar bahwa pria tampan itu sedang menutup mulutnya rapat-rapat tentang apa yang sebenarnya terjadi. Demikian, ia juga terpaksa harus melakukannya. Tanpa menoleh ke belakang, Davina angkat bicara. "Kau pikir aku percaya begitu saja?!" suara Davina meninggi, penuh dengan luka yang tak terbendung. Didengar dari nada bicaranya, kentara masih marah. Topan memasang wajah tidak berdaya, tapi ia tetap berusaha meyakinkan sang istri. "Kamu mau percaya atau tidak, tapi itu yang terjadi, sayang. Aku tidak bohong. Aku bersumpah, sayang. Tidak terjadi apa-apa antara aku dan Ibu di dalam kamar mandi. Aku tidak pernah sekalipun berniat mengkhianatimu, apa

  • Raja Gangster Perkasa Diperebutkan Istri dan Mertua   Bab 89

    Davina melangkah mundur, dadanya tengah naik turun menahan gejolak. Wajahnya seketika pucat. Jantungnya berdentum keras, seakan tidak mampu menerima apa yang baru saja disaksikan. Ada panas yang menjalar di matanya, bercampur antara kemarahan dan rasa sakit yang menikam. "Aku baru saja pulang dan mendapati Ibu tiriku ada di dalam kamarku dengan hanya mengenakan handuk saja di tubuhnya dan lalu kau muncul dari dalam sana juga!" seru Davina parau, seperti pisau yang tergores di tenggorokan. "Berarti, sebelumnya kalian berdua berada di dalam, bukan? Apa aku terlihat sebodoh itu untuk tidak mengerti?!" Lanjut Davina dengan suara meninggi sekaligus bergetar. Sebab kini ia langsung berpikir yang tidak-tidak, langsung berpikir kalau keduanya berbuat hal mesum di dalam kamar mandi! Indira sendiri memilih menunduk, wajahnya juga pucat, pura-pura tidak berdaya, membiarkan keduanya salah paham. Meski ia masih takut dengan sosok Topan, tapi ia menikmati situasi ini, menyaksikan Davina run

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status