Algara Dwi Renaldo, cowok berparas tampan dan menawan. Namun memilik tatapan yang tajam seperti silet. Sikap cuek dan juteknya membuat Aletta Vanesya Unila gemas. Bukan menghindarinya malah semakin lengket. Tapi Algara tidak pernah memperdulikan Aletta, sedikitpun tidak akan membalaskan cinta kepada Aletta. Algara akan tetap membenci cewek itu, karena dia lah yang membuat Algara terkekang. Tidak bisa bebas. Selalu saja Aletta menganggunya, mengusiknya. Namun, ketika Aletta pergi jauh dari Algara, membuat cowok itu merasa kesepian, ada yang aneh dalam dirinya. Seharusnya ia happy karena pengrusuh sudah lenyap dari pandangannya. Setelah mengetahui apa yang terjadi pada Aletta, Algara benar-benar menyesalinya. Bagaimana ceritanya? Ayok baca
Lihat lebih banyakHanya Tuhan yang tahun atas jalan hidup Aletta ke depannya. Mencoba untuk selalu tersenyum. Memperlihatkan dirinya tegar, kuat menghadapi rintangan. Faktanya Aletta muak dengan semua itu, ia ingin cepat-cepat meninggalkan dunia ini. Ingin tidur selama-lamanya.
Pada suatu hari Aletta mendengar kalau dirinya akan dijodohkan oleh tetangganya yang bernama Algara.
Marcel dan Renaldo tengah berbincang serius. Kedua orang dewasa ini sepakat kalau Anak mereka saling dijodohkan. Padahal Aletta masih kelas 1 SMA sama seperti Anaknya Renaldo. Dan Algara bukan orang yang mudah bersosialisasi. Bahkan membuat Aletta kesal jika menyapa cowok itu dengan ramah. Pasti akan dibalas dengan tatapan datar.
Semua berjalan begitu cepat, kini Aletta menjalin hubungan pertunangan dengan Algara. Sudah hampir 1 tahun.Tapi, Algara tidak pernah mengubah sikapnya, cuek dan tidak memperdulikan Aletta sedikitpun.
Aletta selalu berusaha menakhlukan hati Algara, sampai gunung pun akan ia daki. Tidak peduli berapa kali Algara membuat dadanya sesak. Bahkan sering diabaikan saat berbicara, meninggalkan saat Aletta curhat.
"Alga, lo dengerin gue nggak sih?" tanya Aletta seraya mengegaskan suaranya.
"Nggak," jawabnya singkat menatap cewek itu dengan tatapan malas.
****
Aletta melirik jam tangan kecil berwarna pink di tangannya. Cewek itu langsung beranjak mengambil ranselnya lalu memakai sepatu. Ada beberapa pembantu di sini, mereka ada tugas masing-masing. Tetap saja Aletta tidak membutuhkan mereka semua.
Dengan malas Aletta melangkah keluar, merapikan rambutnya sebentar lalu menerbitkan senyum paling ceria. Untuk menutupi rasa kecewa, kesal dan sedih Aletta mencoba tersenyum setiap hari dan setiap saat.
Aletta yakin dia kuat, ia tidak selemah Orang tuanya kira. Langkah kakinya tepat di hadapan mobil yang siap untuk mengantarkannya ke sekolah. Pak Kodir supir pribadi sekaligus seseorang yang selalu ada untuk Aletta.
"Pak kodir, Aletta mau berangkat bareng Alga aja." ucap Aletta seraya tersenyum genit, memperlihatkan gigi gingsulnya.
"Siap non," balas Pak Kodir.
"Aletta berangkat dulu ya pak, dadah." pamit Aletta sembari melambaikan tangannya dadah. Lalu berlari kecil membuat rok pendeknya berayun-ayun.
Pak Kodir membalas lambaian tangan dadah kepada Aletta sembari tersenyum.
Aletta tidak perlu lagi jauh-jauh menghampiri Algara. Karena memang tetanggaan, dan seharusnya Algara yang menjemput Aletta, tapi memang begitulah sosok tunangan Aletta yang super cuek.
Ketika Algara akan melajukan motornya, tiba-tiba Aletta menghadangnya dengan merentangkan kedua tangan."Kenapa nggak nungguin aku ih," pekik Aletta, membuat cowok itu berdecih, dan menatap malas ke arah Aletta.
Belum mendapat jawaban dari Algara, cewek itu langsung menangkring di atas motor sembari memeluk erat Algara. Seperti inilah Aletta yang selalu manja, selalu menempel pada Algara. Dimana ada Algara pasti ada Aletta, mereka selalu bersama-sama.
Dengan memeluk Algara seperti ini Aletta mendapatkan kenyamanan tersendiri. Ada yang mampu membuatnya semangat, semringah meski respon Algara terlalu cuek. Terasa risih Algara dengan cepat memberontak kasar agar tangan Aletta melepaskan pelukannya.
Gagal, Aletta tetap kekeh.
"Gue bilangin Papa mertua loh, lagian gue mau pulang sama siapa, Alga." rengeknya seraya mengancam, pinterkan.
Algara mendengus sabar, percuma marah-marah buang tenaga.Aletta juga nggak ngerti bahasa manusia, anjim banget emang. "Bisa nggak sih nggak usah meluk. Sesak nih," protes Algara kesal,
"Gue longgarin aja, karena meluk saat naik motor itu wajib!" balas Aletta, ia hanya melonggarkan pelukannya. Tidak peduli dengan decihan Algara, Aletta tetap cengar-cengir tanpa berdosa.
"Sakit jiwa ni cewek," cetusnya kesal,
"Karena lo penyebabnya," jawabnya spontan. Algara sengaja mengendarai motor dengan ngebut. Tapi ini malah menjadi kesempatan Aletta semakin erat memeluknya.
****
"Gue tadi liat lo bareng sama Algara, terus Nara sama Zaenal berduaan juga. Duh, gue jomblo iri njir!" celoteh Meira sembari memasang wajah lesu. Kedua sahabatnya sudah memiliki pasangan masing-masing, tapi dia masih jomblo.
"Yaelah, daripada lo mikirin yang kagak jelas, mending kerjain tugas deh." sahut Nara sembari melemparkan buku cetak yang akan dipelajari hari ini.
"Napa lo bagiin buku? Buk--"
"Bu mitha nggak berangkat, jam kosong lagi hari ini." sewot Nara, Meira menipiskan bibirnya lalu membuka buku dengan kasar.
"Al, halaman berapa sih?" tanya Meira kepada Aletta yang sebangku dengannya. Tidak tahu kalau cewek itu sedang tidur sembari menelungkupkan kedua tangan.
"Etdah ni anak ternyata molor." cibir Meira sembari mengguncangkan lengan Aletta. Kebiasaan Aletta kalau pelajaran kosong pasti molor. Kesempatan bagi Aletta.
"Meira, biarin aja napa. Orang lagi tidur juga lu gangguin." celetuk Nara seraya duduk kembali ke tempat duduknya.
"Kayak orang begadang aja, tidurnya nyenyak banget." ujar Meira, kemudian membiarkan Aletta tidur dengan nyenyak.
Keasikan tidur membuat Aletta tidak mengerjakan tugas. Entahlah pagi ini matanya sangat lengket, karena memang semalam Aletta tidak tidur semalaman. Kebiasaan yang benar-benar merugikan Aletta sendiri.
****
Di malam yang sepi ini Aletta menikmati lagu yang ia dengarkan lewat Earphone nya. Gadis itu memejamkan matanya sejenak, di atas balkon sendirian. Matanya melihat ada orang di jalan menuju ke rumahnya. Ia langsung membuka matanya, ternyata benar itu adalah Algara. Malam-malam cowok itu datang, tumben. Ketika akan turun, Aletta mendapat pesan dari Algara.
Ayang galak
[Gue di depan rumah lo!]
Aletta bergegas untuk turun, lagian di rumah sedang sepi. Entah kemana sang ibu pergi dengan selingkuhannya.
"Ada apa?" tanya Aletta seraya senyam-senyum bahagia Algara datang tiba-tiba.
"Dari Mommy," sembari memberikan bingkissan putih pada Aletta.
"Paling lo kangen sama gue, alesan ngasih beginian haha." ledeknya,
"Ge'er, ogah ngangenin lo!" cetus Algara.
Lagi-lagi mata Algara menangkap sesuatu yang aneh di tubuh Aletta. Lengan mulusnya terdapat biru-biru lebam, apa mungkin dia jatuh? Masa iya? Algara tidak mau tahu tentang Aletta. Masa bodoh, cowok itu bergegas untuk pulang lagi. Baru akan melangkah pergi, pergelangan tangannya di cekal oleh Aletta mencuri cium kilas di pipi Algara.
"Muuuach, hati-hati di jalan sayang. Salam buat Ibu mertua. Makasih bingkisannya," ucap Aletta dengan senang hati, bahagia. Tapi Algara hanya menatapnya dengan ogah. Kemudian kembali melangkah pergi meninggalkan Aletta.
Aletta memastikan kalau Algara sudah benar-benar pulang. Cowok itu masuk ke pekarangan rumahnya. Punya pacar tetangga memang asik ya, hanya 5 langkah saja.
"Waah, seblak terus jus buah. Ya ampun Ibu mertua pengertian banget kalau mantunya belum makan malam." gumam Aletta, raut cerianya memudar air matanya membendung penuh. Ia langsung masuk ke dalam rumah. Mengambil piring untuk makan malam sendiri. Aletta menginginkan keluarga yang harmonis. Mama dan papa ada di sampingnya, kasih sayang yang tidak terukir bentuknya. Berkumpul bercanda ria, kapan Aletta akan merasakan itu. Bahkan tidak pernah sedikitpun. Dari kecil sudah dibiasakan mandiri. Mandiri tanpa dipedulikan oleh sang mama dan papa.
Setelah menghabiskan seblak dengan lahap, Aletta meminum jus buah. Enak sekali, calon mertuanya sangat pandai membuat sesuatu. Apalagi soal makanan, hem Aletta ingin belajar bersamanya. Andai, Aletta memiliki ibu seperti calon mertuanya. Pasti akan sangat bahagia sekali.
Tidak! Tidak boleh, Aletta harusnya bersyukur masih di urus dan di sekolahkan oleh ibu-nya.
Waktu sudah menunjukkan 22.00 malam, Alana belum pulang. Membuat Aletta kepikiran, meski sudah biasa ditinggal setiap malam. Aletta merasa khawatir padahal Ibu-nya itu sedang foya-foya bersama lelaki lain. Tetap saja toh, sang anak khawatir pada Ibu-nya.
Terdengar pintu utama terbuka, Aletta hanya mengawasinya dari atas kamar. Tidak berniat untuk menggangu, terlalu takut. Wanita itu sepertinya sedang mabuk, sudah pasti. Jalan saja terhuyung-huyung sampai kamar. Miris sekali rasanya, huh. Cewek itu menetikkan air matanya, berharap semuanya akan berlalu dan kembali normal. Tapi kapan?
Alana memang sudah berselingkuh di belakang Marcel. Makanya, Marcel sering sekali marah-marah dan menunduh yang memang benar terjadi. Itu membuat Aletta semakin terpuruk dan trauma, mentalnya terganggu. Dan juga kekerasan yang sedari kecil ia terima.
Terimakasih sudah membaca.
Di pagi hari yang cerah. Aletta berjalan memasuki sekolah bersama Algara. Menggandeng lengan Doi saat di sekolah adalah sebuah keinginan Aletta. Akhirnya sekarang terwujud, lengan Algara tidak menolak gandengan darinya. Menjadi sebuah perhatian dan cibiran pagi ini, Aletta tidak peduli. Ia sangat gembira, meski wajah Algara masih sama seperti biasanya. Wajahnya DATAR!"Yang, pulang nanti temenin aku beli Novel, yah?" pinta Aletta merengek manja membuat Algara jengah."Nggak gratis," balasnya."Ih, kok gitu." tiba-tiba Haru datang menghampiri mereka berdua. Lalu memegang pergelangan Aletta seperti akan mengajak cewek itu pergi."Bisa ikut gue sebentar, nggak?" tanya Haru,Aletta masih melongo, kenapa tiba-tiba cowok ini datang. "Ih, gue mau ke kelas tau. Mau kemana coba?" Aletta tak suka dengan sikap Haru, yang seenaknya memegang tangan secara tiba-tiba."Lepasin tangan dia!" bentak Algara."Wou, eman
Hari ini Aletta benar-benar tidak semangat. Tidak mendapat balasan apapun dari Algara. Dan cowok itu tidak masuk sekolah, kepikiran terus. Apalagi tentang semalam Algara bersikap aneh padanya. Seperti ada yang disembunyikan, Aletta tidak tahu apa sebenarnya. Apa mungkin traumanya kambuh? Tapi, itu tidak mungkin bukan?Tante Lisya pernah bercerita sedikit tentang masa kecil Algara dan alasan Algara menjadi anak pendiam dan pemurung. "Masa sih?" batinnya seraya memainkan pulpennya. Cewek itu tidak fokus pada pelajaran pak Sehun pagi ini. Otaknya sedang traveling ke Algara.Bergumam dan bingung sendiri. Rautnya berubah menjadi lesu. "Lo kenapa sih?" tanya Meira. Penasaran dengan Aletta yang tidak seperti biasanya.Cewek itu menoleh, menatap datar ke arah sahabatnya. Berbicara sedikit memuncungkan bibirnya, "Kangen Algara, masa dari semalem gue diabaikan terus, Mei." jawabnya."Temuin aja kali, l
Brakkkk!!Motor Algara oleng sampai keduanya mengalami kecelakaan kecil. Kehilangan kendali saat mengendarai motor, menabrak trotoar yang tidak bersalah. Tapi, Aletta mengalami luka yang cukup di bagian kaki dan sikunya. Melihat darah yang keluar membuat Algara langsung membopong AlettaCewek itu terkejut, Algara sekhawatir ini padanya. Banyak orang yang membantu mereka berdua. Kepala Algara semakin sakit, Gadis kecil yang mengejar kelinci tadi sudah tidak ada. Apa hanya halusinasi Algara saja?Algara membawa Aletta ke Rumah sakit untuk mengobati luka di kakinya. Rasanya khawatir sekali dengan Aletta. Apalagi saat cewek itu meringis kesakitan. Setelah selesai diobati, Dokter mengatakan kalau Aletta harus istirahat dulu di sini. Anak itu pasti syok."Luka kamu nggak di obati?" tanya Aletta,"Ini luka kecil, kamu gimana? Masih sakit banget nggak?" tanya Algara penuh kekhawatiran.&nbs
Brakkkk!!!!Pintu terbuka begitu keras, langkah kaki terdengar semakin dekat. Algara terbangun dari tidurnya karena sosok itu sangat begitu tergesa-gesa. Melihat Alyeta dan Layla yang sedang terlelap di sampingnya. Ia tidak mau terjadi sesuatu pada gadis kecil itu. Algara lebih mengorbankan nyawanya untuk mereka. Tidak masalah jika penculik itu menghukumnya. Asal. Jangan sakiti kakak beradik itu.Sial! Itu tidak mungkin.Alyeta begitu ketakutan ketika melihat ruangan semakin gelap. Seketika lampu itu redup dan padam."Syuuuttt, kamu diem Alyeta. Jangan bersuara." pinta Algara, ia berusaha keras untuk melepaskan Cable tibles di tangannya . Namun, ini sangatlah kuat jika terus dipaksa, tangannya akan terluka."Hikss, aku takut. Aku takut." isaknya seraya mencari-cari keberadaan Algara dengan tangannya yang terikat."Papy, mamy, hiksss tolong Alyeta.
Algara duduk di kantin seraya memijit pelipis keningnya. Cowok itu kepikiran tentang mimpi semalam. Kenapa seperti nyata? Lalu menyebut-nyebut nama gadis kecil itu membuat Aletta cemburu tak karuan. Algara benar-benar pusing, setiap kali Aletta merengek meminta penjelasan darinya."Woi, napa bengong?" senggol Syaiful, "Mikirin kondomnya Zaenal? Keknya emang itu milik dia. Ya kali, punya kakaknya. Nggak mungkin bre!" cerocos Syaiful masih curiga tentang benda berharga dan intim milik Zaenal."Anjing lo! Dibilangin itu bukan punya gue juga!" sarkas Zaenal tidak setuju dengan perkataan Syaiful."Dih ngambek," sahut Dimas."Terkampret kelen bedua!""Heh, heh, yaelah. Kalau bener milik Zaenal ya kagak papa. Lagian dia juga normal! Punya nafsu juga njir!" bela Dimas"Tap--""Masih mau pusing ngurusin kondom? Makanya punya Doi!" cetus Zaenal memoton
Setelah dirawat satu hari dan Aletta tidak bisa sekolah hari ini. Begitu juga dengan Algara yang menunggu dan menemani Aletta. Ada Lisya sang calon Ibu mertua, wanita itu yang mengurus Aletta di rumah sakit. Alana tidak bisa datang, alasan dirinya sedang sibuk di luar kota.Tidak masalah bagi Aletta, yang penting sudah ada kabar tentang Ibunya. Soalnya kemarin ia tidak mendapat kabar dan balasan pesan dari sang ibu."Nginap di rumah aja, biar tante bisa ngawasin kamu." pinta Lisya,"Aletta udah sehat Tante, jangan khawatir hehe." elaknya lembut."Beneran?""Iya tante, beneran nih.""Kalau ada apa-apa, jangan lupa kabari Algara atau tante, ya." pesan Lisya, seraya memeluk Aletta.Saat dipeluk oleh Lisya, Aletta merasakan betapa senangnya mendapatkan calon mertua seperti Lisya. Wanita lemah lembut dan hangat padanya. Kenapa de
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen