Terjebak Bersama Dua Mantan

Terjebak Bersama Dua Mantan

last updateLast Updated : 2025-04-11
By:  Yuli F. RiyadiCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
33 ratings. 33 reviews
150Chapters
11.6Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Revita memutuskan kembali ke kota dengan harapan bisa hidup tenang bersama Ibu dan putrinya. Namun, siapa sangka dia dipertemuan kembali dengan cinta pertamanya, Gavin Adhiyaksa. Pria yang mengenalkan manisnya cinta di awal kedewasaannya. Dan segalanya pun menjadi kacau setelah Gavin masuk ke kehidupannya kembali. Di tengah usahanya menghindari Gavin, dia malah bertemu dengan Mahesa—pria yang tidak pernah dia harapkan muncul di hadapannya lagi.

View More

Chapter 1

1. Blind Date Reminder

Ponsel di sebuah meja berukuran lebar terus bergetar. Sedikit menyita perhatian seorang pria yang duduk di balik meja tersebut. Hanya sebuah lirikan kecil tidak berarti dari sepasang iris cokelat itu, lantas dia cuek lagi. 

Penanya terus bergoyang di atas berlembar-lembar kertas. Beberapa dokumen baru selesai ditandatangani, dan dia harus menyelesaikan setumpuk dokumen lainnya. 

"Ponselnya nggak diangkat dulu aja, Pak?" tanya seorang wanita cantik yang berdiri di hadapan pria itu. 

"Biarkan saja," sahut pria itu terlalu irit membuat si wanita sedikit mengerutkan bibir. 

"Pak Gavin nggak lupa, kan kalau malam ini ada makan malam di Sarinah?" Wanita itu mengingatkan dan cukup membuat perhatian pria yang disebut Gavin itu teralihkan dari lembar kertas. 

"Kamu jadi alarm ibu saya atau gimana?" tanya Gavin tak suka. "Saya sudah cukup pusing dapat pesan reminder dari ibu saya. Jadi, kamu nggak perlu memberi saya peringatan lagi. Ngerti?" 

Wanita dengan setelan blazer di hadapan Gavin meringis. "Maaf, Pak. Sudah tugas saya sebagai sekretaris untuk—"

"Tidak untuk mengingatkan makan malam nggak penting yang diatur ibu saya. Masih belum paham, Vania?" potong Gavin tegas. Mata cokelatnya menyorot tajam sekretaris bernama Vania itu. 

"Baik, Pak. Maaf." 

Setelah menandatangani dokumen penting, Gavin keluar dari ruangan mewah itu. Dia bergerak cepat di koridor kantornya menuju lift. Hari ni dia akan menyibukkan diri meskipun jadwalnya tidak terlalu padat. Bahkan dia berniat melakukan kunjungan di departemen produksi jika memungkinkan. 

Kembali Gavin merasakan getar ponsel di saku jasnya. Napas lelahnya berembus, dan dengan malas meraih ponsel itu. Dugaannya tepat, telepon dari mama. Dia yakin panggilan-panggilan sebelumnya juga dari wanita itu. 

"Gavin, kamu ke mana aja, sih? Pasti sengaja nggak angkat telepon mama kan? Kebiasaan banget kamu ya. Mama kan cuma mau ingetin, takutnya kamu lupa. Sekarang sudah pukul empat sore. Kamu harus siap-siap biar nggak kena macet. Kasian kan kalau Talia nungguin lama." 

Gavin belum sempat mengucapkan salam, tapi mamanya langsung nyerocos seperti petasan imlek. 

"Kamu bawa hadiah ya buat Talia, bunga atau cokelat kek. Bikin kesan pertama yang istimewa." 

Pria 33 tahun itu menghela napas. Harusnya memang tadi deringan ponsel itu dibiarkan saja. 

"Gavin, kamu dengar mama ngomong, kan?" 

"Iya, Ma. Aku dengar." Untuk pertama kalinya Gavin bersuara. 

"Bagus, pokoknya kali ini harus berhasil." 

"Oke. Kalau gitu aku tutup dulu, sebentar lagi aku harus keluar." 

Di sana sang mama terdengar heboh. "Keluar ke mana lagi? Ini sudah pukul empat, kamu jangan ke mana-mana lagi, nanti—"

"Cari hadiah yang seperti mama bilang," sela Gavin sebelum sang ibu menyerocos panjang lebar lagi. 

"Ooh, ya udah oke, Mama tutup ya. Selamat berkencan, Sayang."

Embusan napas kasar keluar dari mulut lelaki dengan tinggi 183 cm itu saat panggilan itu berakhir. Ocehan mama membuat kepalanya sedikit berdenyut. Entah dia harus melalui kencan buta berapa kali lagi setelah sebelum-sebelumnya tidak berhasil. 

Gavin capek. Bukannya apa, semua wanita yang ikut kencan buta itu tidak ada satu pun yang bisa menggetarkan hati pria itu. Dia tidak merasa pilih-pilih, tapi terkadang ada saja hal yang tidak cocok, yang bisa membuat Gavin menolak pertemuan kedua dan seterusnya. 

"Nggak cuma kamu yang capek, memangnya mama nggak capek milihin kamu calon istri," omel mama saat Gavin melayangkan protes terkait kencan buta itu. 

"Kalau mama capek, kenapa masih aja terus lanjut? Mama nggak perlu repot-repot mencarikan aku jodoh. Kalau Tuhan udah nentuin waktunya, jodoh juga akan datang sendiri." 

Ada tatap terkejut yang bisa Gavin tangkap dari wanita paruh baya itu. Bukan hanya itu wajah wanita yang sudah melahirkannya itu juga terlihat gelisah tiba-tiba. Seperti ada sesuatu yang disembunyikan. 

"Pokoknya tahun ini, mama ingin lihat kamu duduk di pelaminan," pungkas mama sebelum akhirnya meninggalkan sang anak. 

Mengingat itu hanya membuat Gavin menghela napas. Siapa sih yang tidak ingin menikah dan memiliki keluarga bahagia? Gavin juga ingin. Namun, memang belum ketemu jodoh saja. 

Matanya terpejam sesaat, kembali bayangan gadis cantik yang tersenyum malu-malu padanya berkelebat. Lalu tiba-tiba sebuah perasaan nyeri mencubit hatinya. Gavin menggeleng cepat, membuang bayangan itu. Lalu dirinya yang saat ini sudah berada di balik kemudi, menekan tombol start, menyalakan mesin mobil. 

Mobil mewahnya keluar dari halaman kantor perusahaan, dan bergabung dengan pengendara lain di jalan raya. Gavin melajukan dengan kecepatan sedang. Jalan raya belum terlalu padat. Dia masih bisa berkendara dengan santai. 

Melewati sebuah traffic light, mobilnya bergerak melambat, dan dengan pelan dia menginjak rem ketika menempati posisi yang pas. Lampu merah menyala, dan kesempatan itu digunakan para pedagang asongan menawarkan dagangan kepada para pengendara yang terjebak lampu merah. 

Gavin tampak tak peduli. Dia sedang tidak ingin membeli apa pun. Tisu yang dia borong dari pedagang asongan masih banyak di bagasi belakang. Namun, saat tatapnya melihat seorang gadis penjual bunga tangkai, dia refleks menurunkan kaca jendela. 

Gadis itu berjalan mendekat ke arah mobilnya. Dari balik kemudi Gavin terus memperhatikan gadis penjual bunga yang mengenakan topi terbalik. Awalnya dia memang berniat membeli bunganya saja. Namun, ketika gadis itu makin dekat, dia malah terpana. Wajah gadis itu terlihat familier, bahkan Gavin terkesima selama beberapa saat. 

"Mau beli bunga, Om. Ini bisa buat hadiah istri atau pacar Om. Murah kok. Cuma 20 ribu." 

Gavin terkesiap saat tahu-tahu gadis itu sudah berada di dekatnya. Dan entah bagaimana ceritanya, dia malah memborong bunga itu. Ada sekitar sepuluh bunga di keranjang milik gadis itu. 

"Om serius mau memborong bunga saya?" tanya gadis itu dengan mata berbinar. 

Pria berkulit pucat itu mengangguk dan tersenyum. Dia baru sadar ternyata gadis itu memiliki warna iris mata yang sama dengannya, cokelat terang. 

"Iya, jadi berapa semuanya?" tanya Gavin, seraya mengambil dompet di dasbor. 

"Jadi 200 ribu, Om." 

"Oke." Gavin menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan, dan ditukar dengan sepuluh tangkai bunga mawar yang terbungkus rapi dengan plastik bening. 

"Makasih banyak, ya, Om. Kalau begini saya jadi bisa cepat pulang ke rumah." Deretan gigi mungil terlihat ketika gadis itu tersenyum lebar. "Mau buat istrinya, ya, Om?" 

Gavin menggeleng seraya tersenyum. 

"Oh, pasti pacar. Semoga pacarnya makin cinta sama Om ganteng." 

Kekehan kecil meluncur dari bibir penuh Gavin. "Kamu bisa aja." 

Keduanya berpisah ketika lampu lalu lintas kembali berwarna hijau. Mobilnya merambat pelan. Sempat dia memperhatikan gadis kecil penjual bunga yang sudah kembali ke trotoar dari kaca spion. Senyum gadis itu tak asing. Gavin merasa akrab dengan senyum itu. 

"Revita, ada kamu di wajah gadis itu," gumam Gavin, lalu menggeleng. Dia berusaha tak peduli dan terus melajukan kendaraannya menuju apartemen. 

*** 

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(33)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
33 ratings · 33 reviews
Write a review
No Comments
150 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status