Share

15. Sesal mendalam

Berlin duduk tanah pemakaman tempat ibu asuhnya beristirahat dengan tenang. Rintik hujan yang turun seakan menambah kencangnya badai yang tengah melanda hati sanubarinya.

Berlin tak menghiraukan lagi pakaian hitamnya yang sudah basah dan jari-jari tangannya yang mulai mengeriput karena kedinginan.

"Aku masih berhutang penjelasan pada Ibu. Aku belum sempat mengatakan apapun mengenai uang yang kudapatkan untuk menyelamatkan bangunan panti. Masih ada banyak hal yang ingin kukatakan pada Ibu. Kenapa Ibu justru pergi tanpa berpamitan?"

Derai hujan yang makin deras mengguyur, membuat tangisan Berlin ikut mengucur bertambah deras membanjiri wajah cantiknya. Rasa sesal dan kesal mulai bersarang di relung hati gadis muda itu tanpa tahu bagaimana ia harus melampiaskannya.

Sebanyak apapun air mata yang ia keluarkan, takkan bisa mengembalikan lagi sang ibu asuh yang telah pergi.

Seberapa besarpun rasa sesal yang ia rasakan, takkan bisa membuat waktu
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status