Beranda / Rumah Tangga / SUGAR DADDY TERAKHIRKU / Aku Tidak Membunuh Suamiku

Share

Aku Tidak Membunuh Suamiku

Penulis: aisakurachan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-22 10:52:49

Itu adalah wujud ancaman Dexter kemarin. Seringai bibirnya semakin lebar saat melihat Mae memandangnya. Merasa menang tentu. Kalau mereka tidak menandatanganinya, maka surat itu tidak bisa disahkan dan Mae tidak akan mendapatkan bagiannya.

“Mmm… Anda punya kewajiban untuk menandatangani.” Pengacara itu mengingatkan kalau proses hukum itu resmi, mereka tidak boleh menolak hanya karena tidak setuju dengan jumlahnya. Mae bisa menuntut dan menang.

“Aku tidak akan tanda tangan sebelum kasus ini selesai. Aku sudah membuat laporan resmi pada polisi, dan mereka akan memulai penyelidikan,” sahut Dexter.

Hakim bisa memaksa mereka menandatangani pengesahan, tapi alasan proses kasus sangat bisa menunda pengesahan itu.

“Apa kalian gila? Aku tidak melakukan apapun pada Barnet!” bentak Mae, mulai marah setelah sadar kalau masih lama uangnya akan cair.

“Itu katamu! Kau pikir kami akan percaya?! Semua orang tahu kau hanya jalang mata duitan yang akan melakukan apapun untuk uang! Aku tidak akan diam sebelum penyebab kematian ayahku terungkap!” Evelyn menunjuk Mae, lalu pengacara itu.

“Kau pergilah! Akan ada surat untukmu dari polisi, mengesahkan penundaan ini!” usirnya.

Pengacara itu dengan cepat membereskan barangnya, tidak ingin terlibat pertengkaran keluarga.

“Sinting! Kalian ingin menggali lagi mayat Barnet?” Mae tidak percaya mereka akan bergerak sejauh itu.

Mereka kemarin tidak menyebut hal ini sama sekali, dan langsung memproses pemakaman dengan normal. Seminggu lalu, ide ini belum muncul pastinya. 

“Ya, kami sudah memberi izin. Mereka akan menemukan kejanggalan dan menyeretmu ke penjara!” tandas Evelyn dengan berapi-api. Dendamnya pada Mae tidak terbendung lagi, sampai melakukan hal yang bahkan Mae saja tidak pernah terpikir.

Terbayang polisi harus menggali jenazah Barnet yang sudah berusia seminggu. Bahkan untuk Mae yang sangat tega, keadaan itu terlalu mengenaskan.

“Kalian tidak waras memang. Untuk apa mengganggu Barnet lagi? Bahkan setelah mati pun kalian bersikap kurang ajar padanya!” cela Mae, sambil menyambar mantel. Ia tetap akan pergi dari rumah itu. Seperti rencana, Mae sudah menghubungi Ash juga. 

“Kau mau kemana? Kau tidak boleh pergi!” Dexter ikut berdiri saat melihat Mae akan pergi.

“Aku akan pergi saat ingin pergi! Apa hakmu melarang?” Mae tentu meneruskan langkahnya.

Ia akan mencari jalan agar uangnya cair nanti, tapi jelas tidak akan menghabiskan waktu dengan mereka berdua.

“Jangan harap!” 

“AGHH!”

Mae menjerit, karena ada tangan menjambak rambutnya, menariknya mundur. Tentu saja Evelyn yang memang tidak pernah ragu menyerang Mae. Ia tidak brutal seperti ini saat Barnet ada karena tentu dilarang.

“Kau tidak boleh pergi kemanapun sampai polisi datang dan menangkapmu! Kau pikir aku akan membiarkanmu kabur?” Evelyn benar-benar menarik rambut Mae sampai kulit kepalanya terasa panas dan pedih.

“LEPASKAN!” Mae memekik sekuat tenaga, dan mencakar tangan Evelyn, tapi tekad Evelyn sudah sekuat batu, tangannya sama sekali tidak mengendur, tetap mencengkram.

“Aku tidak melakukan apapun pada Barnet, kalian tidak akan menemukan apapun!” pekik Mae, melawan lebih kuat dengan menancapkan kukunya ke punggung tangan Evelyn, dan berhasil.

Rasa sakit membuat Evelyn melepaskan tangannya, dan Mae bisa menjauh melepaskan diri. Tapi ada makhluk lain yang menghadang Mae. Dexter mencegahnya keluar, dengan rentangan tangan dan senyum licik.

“Kau mungkin merasa pintar, tapi polisi lebih pintar. Mereka akan menemukan jejak busukmu,” kata Dexter.

“Menemukan apa? Aku tidak…” Suara Mae menyurut karena menyadari satu hal. Ia tidak melakukan apapun pada Barnet, tapi mereka berdua kemungkinan akan memastikan dirinya bersalah.

Kalau penyelidikan itu berjalan jujur, maka Mae tidak akan menjadi tersangka, tapi siapa yang akan menjamin kasusnya berjalan lurus? Evelyn dan Dexter bisa saja melakukan sesuatu untuk membelokkan kasus itu. Mereka bukan hanya menahan uang Mae, tapi juga akan membuatnya di penjara.

Dua keadaan yang tidak menguntungkan Mae, dan membuatnya dalam bahaya. Insting Mae berpikir cepat. Ia tidak bisa memperbaiki apa yang sudah terjadi, yang harus dilakukannya kini adalah melepaskan diri.

“Minggir!” seru Mae, pada Dexter.

“Jangan bercanda. Aku akan mengurungmu di sini, sampai polisi menemukan bukti itu.” Dexter tidak menyentuh Mae, tapi ide itu pasti disetujui Evelyn karena wanita itu dengan cepat menyambar tangan Mae dan menyeretnya dengan paksa.

“Tidak mau!” Mae memutar tangannya, dan terlepas, tapi Dexter ikut campur dan tentu Mae kalah.

Mae bisa mengalahkan Evelyn, tapi tidak mungkin Dexter. Pria berambut gelap itu membekap mulutnya dan mencoba untuk mengunci gerakannya.

Mae membuka mulut selebar mungkin saat bekapan itu belum erat, dan mengatupkan rahangnya sekuat tenaga.

“AGHHH!” Dexter menjerit kesakitan, dan Mae tahu kalau taringnya berhasil melukai. Ia merasakan aroma asin tajam di lidahnya.

“Brengsek!” Dexter menyumpah sambil membungkuk kesakitan.

“Memang jalang sialan!” Evelyn kembali maju melihat adiknya menjauh, tapi kurang cepat. Mae tidak berhenti memandang kemenangannya atas Dexter, ia langsung berlari.

“Berhenti!” jerit Evelyn.

Mae berpaling, dan saat melihat Evelyn mengejar semakin mempercepat langkah.

“Agh!” Mae mengeluh pelan, karena menabrak sesuatu. Ia tidak memandang ke depan, dan saat berbelok rupanya ada tubuh menghadang. 

Ada tangan merangkul, mencegahnya jatuh terjengkang. Sesaat jantung Mae mengerut, ia tidak bisa melawan tiga orang saat dua saja sudah kewalahan.

“Mary? Ada apa? Aku mendengar jeritan.”

Mae sudah lama tidak pernah merasa girang saat mendengar suara pria, tapi Ash yang muncul dengan wajah kebingungan adalah anugerah yang akan disyukuri Mae—sampai bulan depan mungkin.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status