แชร์

Bab 2

ผู้เขียน: Calla Widjaja
Shanaya menelepon ambulans dengan tangan gemetar. Ketika mendengar sirene ambulans, dia tidak mampu bertahan lagi dan akhirnya kehilangan kesadarannya.

Shanaya baru tersadar lagi keesokan harinya. Di sekujur tubuhnya, tertancap begitu banyak selang.

Dokter menegurnya dengan ekspresi kecewa, "Bukannya sudah kubilang kamu nggak boleh berhubungan intim untuk sementara waktu? Apa suamimu begitu nggak bisa tahan diri? Bisa-bisanya kalian langsung berhubungan intim setelah operasi! Sembarangan saja! Lihat, lukanya berdarah lagi, 'kan! Kalau nggak datang tepat waktu, kamu pasti sudah mati!"

"Maaf sudah merepotkanmu, Dok."

Dokter itu menunduk. Ketika melihat wajah Shanaya yang pucat pasi, dia merasa sedikit iba dan amarahnya pun mereda.

"Bukannya aku mau ngomel, tapi suamimu benar-benar berengsek. Dia sama sekali nggak peduli sama kesehatanmu! Cepat hubungi keluargamu sekarang juga, lalu suruh mereka temani kamu di rumah sakit. Aku nggak mampu tanggung risiko kalau terjadi apa-apa sama kamu."

Seusai berbicara, dokter itu pun pergi.

Hati Shanaya terasa getir. Dia sudah tidak punya keluarga. Saat dia berusia 17 tahun, orang tuanya meninggal dalam sebuah kecelakaan. Sejak saat itu, dia pun menjadi anak yatim.

Pamannya yang bernama Alvin Wiriandi berperan sebagai walinya. Namun, Alvin malah perlahan-lahan menguasai harta dan perusahaan orang tuanya, juga menempati vila besar keluarga mereka.

Saat Shanaya berusia 19 tahun, Alvin yang mabuk masuk ke kamarnya, lalu menggumamkan nama mendiang ibunya dan hampir menodainya. Sejak saat itu, dia pun meninggalkan rumah itu sepenuhnya.

Untuk tidak menimbulkan masalah bagi dokter itu, Shanaya menelepon sahabatnya, Selina Ruslan. Setengah jam kemudian, Selina tiba di rumah sakit. Setelah mendengar cerita Shanaya dari perawat, dia langsung murka.

"Stanley benar-benar berengsek! Setelah menyiksamu seperti ini, dia bahkan nggak muncul di rumah sakit! Berikan nomornya padaku! Kalau nggak maki dia sampai mati, jangan panggil aku Selina!" seru Selina dengan murka.

Namun, Shanaya hanya menggeleng. "Nggak perlu."

Menelepon Stanley sekarang hanya akan mempermalukan dirinya sendiri. Selain itu, Stanley pasti akan makin membencinya. Daripada bertengkar hebat, lebih baik mereka berpisah seperti ini.

"Dasar kamu ini!" Selina merasa sakit hati, tetapi juga tidak berdaya.

"Empat tahun lalu, kamu dengan semangatnya bilang kamu mau nikah. Kupikir, kamu akan hidup enak dengan nikah sama keturunan keluarga kaya. Tak disangka, kamu malah hidup sengsara setelah nikah! Stanley bukan cuma abaikan kamu, juga buat kamu begitu menderita. Apa sebenarnya yang kamu inginkan dengan begitu setia padanya?"

"Kalau mau bilang uang, bisa jadi. Masalahnya, dia cuma kasih kamu uang saku beberapa juta setiap bulan melalui pembantu. Pelitnya bukan main! Naya, memangnya Stanley pernah selamatkan hidupmu, makanya kamu begitu mencintainya?"

Shanaya tersenyum getir. "Ya, dia pernah selamatkan hidupku."

Ketika dia kehilangan kedua orang tuanya dan menderita depresi berat, Stanley bagaikan seberkas cahaya yang menyinari hidupnya. Sejak saat itu, dia pun jatuh cinta pada Stanley.

Namun ....

Shanaya menyentuh perutnya. Demi Stanley, dia sudah nyaris mati dua kali. Itu sudah cukup untuk membalas budinya. Mulai sekarang, dia dan Stanley sudah impas.

Shanaya dirawat di rumah sakit selama seminggu. Selina selalu berada di sisinya, sedangkan Stanley tidak pernah meneleponnya sekali pun.

Pagi ini, saat Selina memapah Shanaya keluar dari kamar rawat inap, tiba-tiba terjadi keributan di koridor. Para perawat muda berlarian ke satu arah.

"Ada dokter spesialis senior baru di rumah sakit kita. Dia itu seorang wanita dan baru berusia 25 tahun!"

"Dia masih begitu muda, tapi sudah jadi dokter spesialis senior? Hebat banget!"

"Makanya! Sebelumnya, dia kuliah di luar negeri dan pernah memenangkan banyak penghargaan. Begitu kembali, dia langsung mengguncang seluruh dunia medis!"

"Dengar-dengar, dia bukan cuma cakap, tapi juga cantik dan punya pacar konglomerat yang misterius! Demi mendukungnya, pacarnya bahkan langsung sumbangkan sebuah gedung ke rumah sakit!"

"Ya ampun! Royal banget!"

Selama menemani Shanaya di rumah sakit selama beberapa hari terakhir, Selina merasa bosan setengah mati. Ketika mendengar gosip tentang sosok yang begitu berpengaruh, dia langsung angkat bicara, "Naya, ayo kita lihat siapa orangnya!"

Pintu masuk rumah sakit dipenuhi kerumunan. Sangat jelas bahwa pihak rumah sakit sangat menghormati dokter wanita baru ini. Bahkan direktur rumah sakit juga keluar untuk menyambutnya secara pribadi.

Berhubung takut Shanaya didesak orang, Shanaya dan Selina berdiri di belakang kerumunan.

Selina berjinjit dan memandang ke depan sambil menggerutu, "Ramai banget! Orang yang nggak tahu pasti kira ada artis papan atas yang datang."

Sebuah mobil mewah berwarna hitam perlahan-lahan berhenti di depan pintu rumah sakit. Kemudian, sepasang pria dan wanita turun dari mobil.

Berhubung terhalang oleh kerumunan, wajah wanita itu tidak terlihat jelas. Namun, pria yang sangat tinggi itu terlihat mencolok di antara kerumunan.

Shanaya merasa punggung pria itu terlihat familier. Saat pria itu berbalik sambil merangkul wanita di sampingnya, napas Shanaya pun tercekat. Pria yang tampan itu ternyata adalah Stanley!

"Dengar-dengar, pacar Dokter Devina adalah presdir Grup Herdian. Pak Stanley memang luar biasa tampan!"

"Beberapa hari yang lalu, baru ada berita mengenai Pak Stanley yang ajukan tawaran tertinggi di acara lelang untuk menyenangkan pacarnya. Hari ini, dia juga datang untuk dukung pacarnya. Dia benar-benar sangat manjakan pacarnya!"

"Dokter Devina beruntung banget! Dia benar-benar punya segala sesuatu yang terbaik! Kok bisa ada orang yang hidupnya sesempurna dia?"

Gosip orang-orang di sekitar tidak berhenti masuk ke telinga Shanaya. Selina juga sangat terkejut ketika melihat wajah Stanley.

"Sialan! Pria itu benar-benar berengsek!"

Hidup Shanaya sudah hampir melayang, tetapi Stanley tidak peduli dan secara terang-terangan mendukung selingkuhannya di sini!

Selina sangat marah dan ingin langsung menerjang ke arah Stanley untuk mengonfrontasinya. Namun, Shanaya menahannya.

"Sudahlah. Selin, ayo kita pulang."

Shanaya sudah memutuskan untuk bercerai. Dia tidak ingin membuat situasinya makin canggung.

Selina merasa tidak rela, tetapi juga khawatir Shanaya yang baru saja menjalani operasi tidak sanggup menerima pukulan seperti ini, lalu kesehatannya terpengaruh. Dia hanya bisa memapah Shanaya kembali ke ruang rawat inap.

"Stanley benar-benar bajingan! Dia jelas-jelas sudah punya istri, tapi masih berani pamer kemesraan sama selingkuhannya secara terang-terangan! Selingkuhannya itu juga nggak tahu malu! Dokter macam apa yang mungkin merayu suami orang! Dia benar-benar nggak punya etika medis!"

Selina tidak berhenti mengumpat pria berengsek dan pelakor itu. Namun, Shanaya tetap tenang.

Selina tahu betapa Shanaya mencintai Stanley. Dia pun sedikit khawatir. "Naya, kamu baik-baik saja?"

Shanaya memaksakan senyum. "Aku baik-baik saja. Lagian, aku sudah putuskan untuk cerai sama dia."

Dia juga sudah meninggalkan surat kesepakatan cerai di kamar tidur. Stanley seharusnya akan melihatnya paling lama bulan depan.

Selina sedikit terkejut. "Naya, kamu sudah pertimbangkan baik-baik? Kamu benar-benar mau ceraikan Stanley?"

Shanaya mengangguk. "Emm, aku sudah pertimbangkan baik-baik."

Ekspresi Shanaya terlihat tenang, tetapi hatinya terasa sangat sakit seperti sudah tercabik-cabik.

Dia telah mencintai Stanley selama tujuh tahun penuh. Nama pria itu sudah terukir begitu dalam di hatinya. Jadi, dia harus mencabik-cabik hatinya hingga hancur lebur supaya bisa sepenuhnya menghapus nama itu.

Sekalipun menyakitkan ... dia tetap bertekad untuk mengakhiri pernikahan ini.

"Baguslah, Naya!" Selina merasa lumayan gembira dan berseru, "Kamu begitu berbakat dan cantik, juga bisa dapatkan pria mana pun yang kamu inginkan. Buat apa kamu terpaku pada Stanley seorang? Cerai! Cerai secepatnya!"

"Setelah kamu cerai, aku akan bawa kamu cari model pria! Mau itu cowok nakal, cowok manja, cowok hangat, maupun cowok berotot, pokoknya semuanya ada! Kita bisa coba satu-satu!"
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 50

    Stanley mengerutkan kening dan menjawab, "Aku akan segera kembali."Setelah menutup telepon, dia menatap Shanaya. "Jangan lupa oles obat tepat waktu."Shanaya tidak menjawab.Baru saja keluar dari kamar Shanaya, Stanley kebetulan bertemu dengan Zevon yang baru keluar dari kamar sebelah. Saat tatapan mereka bertemu, udara terasa membeku.Zevon melirik ke arah Stanley dan pintu kamar 1806 secara bergantian. "Pak Stanley? Apa yang kamu lakukan di sini selarut ini?"Stanley membetulkan kancing kemejanya dengan santai dan menjawab, "Pak Zevon perhatian banget ke bawahan sampai rela berjaga di luar pintu malam-malam begini."Zevon menyahut dengan nada yang jauh lebih dingin daripada biasanya, "Setidaknya, aku melakukannya secara terang-terangan, nggak kayak seseorang. Kalau kamu nggak mencintainya, untuk apa kamu mengganggunya malam-malam begini?"Bibir Stanley melengkung, tetapi senyumnya tidak mencapai matanya."Sebaiknya Pak Zevon pahami situasinya. Shanaya itu istriku. Meski aku tidur di

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 49

    Sekarang, Shanaya malah terkesan lebih ingin bercerai daripada dirinya. Stanley menatap wajah Shanaya yang tenang, lalu tiba-tiba merasakan kejengkelan yang tak terjelaskan."Tok, tok, tok."Terdengar ketukan di pintu."Bu Shanaya, aku datang untuk antarkan gantungan baju yang kamu minta."Shanaya secara refleks ingin menjawab, tetapi takut orang lain mengetahui Stanley sedang berada di kamarnya. Ketika dia merasa ragu, terdengar lagi suara ketukan pintu. "Bu Shanaya? Apa kamu ada di dalam kamar?"Pintu kamar sebelah terbuka dan suara lembut Zevon bergema. "Ada apa?"Karyawan itu menjelaskan situasinya kepada Zevon.Zevon pun mengambil gantungan baju itu dan berujar, "Berikan saja padaku. Aku akan memberikannya kepadanya."Setelah karyawan itu pergi, Zevon mengetuk pintu kamar Shanaya."Naya, gantungan bajunya sudah dibawa kemari. Kamu ada di dalam?"Suara Zevon terdengar dekat, tepat di luar pintu. Detak jantung Shanaya tiba-tiba bertambah cepat, sedangkan jari-jarinya tanpa sadar me

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 48

    "Dia disengat ubur-ubur. Segera suruh dokter pergi ke kamar presidensial di lantai teratas!" perintah Stanley sebelum menggendong Devina masuk ke lift.Saat Stanley melewati Shanaya, ujung-ujung baju mereka saling bergesekan. Namun, rasanya seperti ada dinding tak terlihat di antara mereka. Rekan-rekan kerja Shanaya memandang punggung Stanley dan Devina dengan rasa iri."Wow! Pak Stanley baik banget ke pacarnya! Jarang banget ada pria yang begitu tampan, kaya, dan setia seperti dia. Pacarnya pasti pernah selamatkan galaksi di masa lalunya, makanya dia seberuntung itu di kehidupan ini."Zevon melirik Shanaya dengan khawatir. "Ya sudah, kalian semua kembali saja ke kamar untuk istirahat."Sementara itu, di kamar presidensial, dokter sedang merawat luka Devina. "Ini cuma sengatan kecil dan akan membaik setelah dioleskan obat."Setelah dokter pergi, Stanley mengambil jasnya dari kursi dan bersiap untuk pergi."Istirahatlah yang baik."Devina meraih tangan Stanley dan berkata, "Stanley, k

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 47

    "Pak Zevon!"Semua orang sontak berseru terkejut. Mereka mengira Zevon tidak bisa berenang. Tak disangka, gaya renangnya malah begitu sempurna, layaknya atlet profesional. Di tengah keterkejutan semua orang, Zevon dengan cepat menyelamatkan Sonny.Semua orang pun tercengang."Pak Zevon, kamu masih berani bilang kamu nggak bisa berenang?"Zevon menyeka air dari wajahnya dan tersenyum malu. "Waktu kuliah, aku itu anggota tim renang ....""Pak Zevon, kamu terlalu rendah hati!"Para karyawan pun berseru kagum."Ayo kita lomba!"Zevon diseret semua orang ke dalam air.Melihat Zevon kembali dengan selamat, Shanaya yang duduk di tepi pantai langsung menghela napas lega. Rekan-rekannya sedang bermain di laut. Shanaya yang bosan pun bermain ponsel. Tiba-tiba, ada sebuah notifikasi yang merekomendasikan trending topic kepadanya.Akun Devina baru saja diperbarui dengan serangkaian foto. Itu adalah foto dirinya yang sedang berjinjit untuk mencium pipi Stanley, dengan seekor lumba-lumba yang melom

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 46

    Stanley melihat dengan jelas tangan Zevon menyentuh pinggang Shanaya selama tiga detik. Dia juga melihat bagaimana Zevon menyampirkan jaket UV itu ke bahu Shanaya, tetapi Shanaya tidak menolak."Lagi lihat apa kamu sampai bengong?"Damian tiba-tiba mencondongkan tubuh dari belakang dan langsung merebut teropong dari tangan Stanley. Stanley masih tetap memasang ekspresi datar, lalu mengambil sampanye dari atas meja dan menyesapnya."Eh, bukannya itu calon mantan istrimu?" Damian bersiul dan melanjutkan, "Perkembangan mereka cepat banget! Stanley, menurutmu, mungkin nggak mereka sudah lama bersama ....""Memangnya kenapa?" sela Stanley. Ekspresinya terlihat dingin dan acuh tak acuh.Menyadari bahwa orang yang dilihat Stanley dari teropong adalah Shanaya, ada secercah kesuraman yang melintasi mata Devina. Namun, dia segera memasang senyum cerah. Dia berjalan cepat ke arah Stanley, lalu merangkul lengannya. "Stanley, dengar-dengar, sering ada lumba-lumba yang muncul di daerah ini pada sor

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 45

    Matanya pun berkilat tajam. Saat melewati Shanaya, dia berpura-pura tidak sengaja menabrak Shanaya."Ah!"Sup panas itu langsung tumpah dan sebagian besarnya mengenai pergelangan tangan Shanaya yang ramping. Bekas merah yang mengerikan langsung muncul di pergelangan tangan yang putih itu.Stanley segera memegang bahu Devina dan bertanya dengan khawatir, "Apa kamu terluka?"Devina menggeleng dengan tampang sedih. "Aku baik-baik saja." Dia melirik pergelangan tangan Shanaya yang bengkak dan merah, lalu pura-pura berkata, "Tapi tangan Naya sepertinya terluka ...."Stanley melirik luka Shanaya dengan dingin, lalu menyahut dengan acuh tak acuh. "Dia bisa mengurusnya sendiri."Shanaya pun terpaku di tempat. Nada Stanley yang dingin dan setiap patah kata yang terasa bagaikan untaian es yang menancap dengan mendalam di hatinya.Zevon yang menyaksikan kejadian ini dari kejauhan segera berlari mendekat."Minggir!"Dia mendorong Devina yang menghalangi jalannya, lalu mengambil sebotol air minera

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status