แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Calla Widjaja
Melihat adegan ini, Shanaya merasakan hawa dingin menjalar dari telapak kaki ke seluruh tubuhnya. Tubuhnya pun gemetar tak terkendali. Jadi, wanita yang dimanja Stanley ternyata adalah Devina! Kenapa harus Devina yang merupakan putri musuhnya!

"Gimana kalau aku menolak?" jawab Shanaya sambil berusaha keras menahan getaran dalam suaranya.

"Aku akan hentikan semua biaya hidupmu," jawab Stanley dengan dingin dan acuh tak acuh.

"Hehe."

Shanaya pun tertawa sampai air matanya nyaris keluar. Ironis sekali. Demi menyenangkan Devina, Stanley rela melakukan apa saja.

"Lupakan saja, Stanley."

Devina merangkul lengan Stanley dengan manja dan berujar, "Dia itu adik sepupuku. Orang tuanya sudah meninggal sejak lama. Waktu kami masih tinggal serumah, dia memang suka rebutan barang denganku. Itu cuma sebuah gaun, aku akan mengalah."

Selina tak tahan lagi dan menunjuk Devina sambil mengumpat, "Dasar pelakor nggak tahu malu! Yang rebut barang Naya itu kamu, tapi kamu masih berani memutarbalikkan fakta! Awas kurobek mulutmu!"

Raut wajah Stanley langsung berubah menjadi muram.

Shanaya menarik Selina. Ini adalah urusan antara dirinya, Stanley, dan Devina. Dia tidak ingin melibatkan orang lain.

Stanley menatap Shanaya dengan tajam. Dia sudah sedikit tidak sabar untuk menunggu Shanaya mengalah.

Namun, Shanaya langsung menyerahkan kartunya kepada si pramuniaga. "Aku mau gaun ini. Gesek kartu ini!"

Melihat penolakan Shanaya yang jelas, Stanley pun mengernyit dan terlihat tidak senang. Shanaya mengabaikannya, lalu menjinjing kantong berisi gaun mahal itu dan berbalik untuk pergi.

Dari belakang, terdengar suara berat Stanley berkata, "Yang ini, yang ini, dan yang ini. Bungkus semua pakaian model terbaru toko ini dan kirim ke rumah Devina!"

Langkah kaki Shanaya terhenti untuk sejenak.

Semua pakaian model terbaru itu paling tidak akan menghabiskan beberapa miliar. Hanya karena Devina tidak mendapatkan gaun yang disukainya, Stanley pun menggunakan cara seroyal ini untuk menebusnya. Sepertinya, Stanley benar-benar mencintai Devina dan tidak tega melihatnya menderita ketidakadilan sekecil apa pun.

Selina mau tak mau mengumpat lagi, "Sialan! Apa Stanley begitu buta? Dia punya istri sehebat kamu, tapi nggak hargai kamu. Entah apa bagusnya si jalang bermuka dua itu!"

Hati Shanaya terasa agak sakit, tetapi rasa sakit itu segera sirna. Berhubung sudah memutuskan untuk bercerai, kenapa dia harus bersedih lagi gara-gara Stanley?

Keesokan paginya, Shanaya yang bosan pun berjalan-jalan sendiri di jalanan. Tanpa terasa, dia berjalan sampai ke almamaternya.

Pada saat ini, pihak kampus sedang menyelenggarakan bursa tenaga kerja. Melihat wajah-wajah ceria para juniornya, Shanaya pun termenung. Jika empat tahun lalu dia tidak begitu tergila-gila dan bersikeras menikah dengan Stanley, jika dia tidak meninggalkan studi dan kariernya, akankah hidupnya sekarang berbeda?

"Shanaya?" Seseorang memanggil namanya dari belakang.

Shanaya pun menoleh dan melihat Harun, dosen pembimbingnya semasa kuliah. "Prof Harun."

Harun terlihat lebih tua dari dulu dan ubannya juga telah bertambah. Namun, dia masih tetap adalah pria tua yang berlidah tajam. "Kamu sudah kurusan dan wajahmu juga kelihatan lebih lesu. Apa hidupmu beberapa tahun terakhir kurang baik?"

"Aku ...." Shanaya pun terdiam karena tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan itu.

"Waktu lihat pria itu dari kejauhan dulu, aku sudah tahu dia nggak tulus padamu. Tapi, siapa suruh kamu begitu keras kepala dan nggak kapok sampai jatuh dulu. Sekarang, kamu sudah jatuh dan tahu betapa menyakitkannya itu, 'kan?" tegur Harun dengan ekspresi kecewa.

Shanaya tersenyum getir. "Iya. Setelah alami sendiri, aku baru tahu betapa sakitnya itu. Prof Harun, terima kasih atas dividen hak paten obatnya."

"Itu memang bagian yang seharusnya kamu dapatkan. Dengan punya uang sendiri, setidaknya kamu akan tetap punya jalan keluar."

Sekarang, Shanaya baru memahami niat baik Harun. Harun tidak menghadiri pernikahannya bukan karena ingin memutuskan hubungan guru dan murid mereka. Harun hanya tidak tega melihatnya melompat ke jurang penderitaan secara sukarela.

Pada siang hari, Shanaya makan bersama Harun di kantin kampus.

"Apa sekarang kamu punya pekerjaan?"

Shanaya menggeleng. Dia sempat berpikir untuk mencari pekerjaan. Setelah empat tahun menjadi ibu rumah tangga, dia sudah sepenuhnya terisolasi dari dunia luar karena terlalu fokus pada Stanley. Dia tidak tahu harus bagaimana beradaptasi dengan kehidupan kerja.

Harun memberinya selembar kartu nama. "Penanggung jawab perusahaan ini adalah muridku. Kalau mau, kamu boleh kerja di sana kapan pun kamu mau."

Shanaya melirik kartu itu dan melihat nama Lumina Biotech. Ini adalah perusahaan yang baru berkembang dalam dua tahun terakhir, dan fokus dalam penelitian obat kanker yang sangat sesuai dengan jurusannya. Struktur perusahaannya relatif sederhana sehingga cocok untuk seseorang dengan pengalaman kerja terbatas seperti dirinya.

Namun, Shanaya tidak ingin memanfaatkan koneksi dosen pembimbingnya untuk mendapatkan pekerjaan.

Di sore hari, Harun masih ada kelas. Shanaya pun pulang ke rumah dan menulis resume, lalu mengirimkannya ke departemen SDM Lumina. Tak lama kemudian, dia menerima telepon dari departemen SDM yang menyuruhnya untuk membawa dokumen terkait ke perusahaan dan melakukan wawancara besok pagi.

Saat mempersiapkan dokumen, Shanaya tidak menemukan ijazahnya dan merasa ijazahnya seharusnya tertinggal di Vila Bluebay. Dia pun bergegas pergi ke vila untuk mengambilnya. Begitu masuk ke vila, dia mendengar suara Siska yang sedang menelepon.

"Tuan, apa Tuan nggak salah transfer uang untuk bulan ini?"

Terdengar jawaban Stanley yang dingin dari ujung telepon. "Jumlah itu sudah cukup untuk bayar biaya pengeluaran vila. Mulai bulan ini, semua biaya hidup Shanaya akan dihentikan!"

Begitu melihat Shanaya pulang, Siska terlihat agak panik. Biasanya, Stanley mentransferkan uang saku bulanan Shanaya ke rekeningnya. Berhubung Shanaya tidak disukai Stanley, dia pun diam-diam menggelapkan uang itu dan hanya memberi Shanaya beberapa juta.

Melihat Shanaya terlihat tenang dan sepertinya tidak menyadari apa pun, Siska baru merasa lega. Dia mengikuti Shanaya dan membujuknya, "Nyonya, apa kamu buat Tuan marah lagi? Sudah cukup beruntung kamu bisa nikah sama dia. Memangnya kenapa meski dia punya wanita lain? Selama dia masih hidupi kamu, buat apa kamu ngambek ke dia gara-gara hal sepele ini?"

"Dengarkanlah nasihatku. Cepat hubungi Tuan dan minta maaf. Mungkin saja dia akan maafkan kamu. Aku melakukan ini juga demi kebaikanmu sendiri. Jangan nggak tahu berterima kasih."

Siska tidak berhenti mengoceh di belakang Shanaya dan mengikutinya sampai ke kamar tidur.

Shanaya menoleh, lalu tersenyum dan bertanya, "Itu untuk kebaikanku atau untuk isi dompetmu? Memangnya kamu nggak tahu jelas?"

Siska seketika tertegun, lalu berpura-pura mengelap meja. "A ... aku nggak ngerti apa yang kamu bicarakan."

Tingkah laku Siska yang tidak biasa sudah membuktikan tebakan Shanaya. Dia tidak ingin bertanya berapa banyak uang yang diberikan Stanley setiap bulan. Itu sudah tidak penting lagi baginya.

Setelah menemukan ijazahnya di laci, Shanaya berbalik dan pergi.

Ketika melihat surat kesepakatan cerai di atas meja, Siska pun tertegun. Kemudian, dia segera menyusul Shanaya. "Kamu mau cerai dengan Tuan?"

Shanaya memiringkan kepalanya sedikit dan menjawab, "Karena kamu sudah melihatnya, tolong berikan dokumen itu ke Stanley."

Siska menatap Shanaya pergi dengan tatapan tidak percaya. Bukankah dulu Shanaya begitu bersikeras menikahi Stanley? Setelah akhirnya menikah dengan Stanley, dia benar-benar rela melepaskan posisinya sebagai istri Stanley?
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 50

    Stanley mengerutkan kening dan menjawab, "Aku akan segera kembali."Setelah menutup telepon, dia menatap Shanaya. "Jangan lupa oles obat tepat waktu."Shanaya tidak menjawab.Baru saja keluar dari kamar Shanaya, Stanley kebetulan bertemu dengan Zevon yang baru keluar dari kamar sebelah. Saat tatapan mereka bertemu, udara terasa membeku.Zevon melirik ke arah Stanley dan pintu kamar 1806 secara bergantian. "Pak Stanley? Apa yang kamu lakukan di sini selarut ini?"Stanley membetulkan kancing kemejanya dengan santai dan menjawab, "Pak Zevon perhatian banget ke bawahan sampai rela berjaga di luar pintu malam-malam begini."Zevon menyahut dengan nada yang jauh lebih dingin daripada biasanya, "Setidaknya, aku melakukannya secara terang-terangan, nggak kayak seseorang. Kalau kamu nggak mencintainya, untuk apa kamu mengganggunya malam-malam begini?"Bibir Stanley melengkung, tetapi senyumnya tidak mencapai matanya."Sebaiknya Pak Zevon pahami situasinya. Shanaya itu istriku. Meski aku tidur di

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 49

    Sekarang, Shanaya malah terkesan lebih ingin bercerai daripada dirinya. Stanley menatap wajah Shanaya yang tenang, lalu tiba-tiba merasakan kejengkelan yang tak terjelaskan."Tok, tok, tok."Terdengar ketukan di pintu."Bu Shanaya, aku datang untuk antarkan gantungan baju yang kamu minta."Shanaya secara refleks ingin menjawab, tetapi takut orang lain mengetahui Stanley sedang berada di kamarnya. Ketika dia merasa ragu, terdengar lagi suara ketukan pintu. "Bu Shanaya? Apa kamu ada di dalam kamar?"Pintu kamar sebelah terbuka dan suara lembut Zevon bergema. "Ada apa?"Karyawan itu menjelaskan situasinya kepada Zevon.Zevon pun mengambil gantungan baju itu dan berujar, "Berikan saja padaku. Aku akan memberikannya kepadanya."Setelah karyawan itu pergi, Zevon mengetuk pintu kamar Shanaya."Naya, gantungan bajunya sudah dibawa kemari. Kamu ada di dalam?"Suara Zevon terdengar dekat, tepat di luar pintu. Detak jantung Shanaya tiba-tiba bertambah cepat, sedangkan jari-jarinya tanpa sadar me

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 48

    "Dia disengat ubur-ubur. Segera suruh dokter pergi ke kamar presidensial di lantai teratas!" perintah Stanley sebelum menggendong Devina masuk ke lift.Saat Stanley melewati Shanaya, ujung-ujung baju mereka saling bergesekan. Namun, rasanya seperti ada dinding tak terlihat di antara mereka. Rekan-rekan kerja Shanaya memandang punggung Stanley dan Devina dengan rasa iri."Wow! Pak Stanley baik banget ke pacarnya! Jarang banget ada pria yang begitu tampan, kaya, dan setia seperti dia. Pacarnya pasti pernah selamatkan galaksi di masa lalunya, makanya dia seberuntung itu di kehidupan ini."Zevon melirik Shanaya dengan khawatir. "Ya sudah, kalian semua kembali saja ke kamar untuk istirahat."Sementara itu, di kamar presidensial, dokter sedang merawat luka Devina. "Ini cuma sengatan kecil dan akan membaik setelah dioleskan obat."Setelah dokter pergi, Stanley mengambil jasnya dari kursi dan bersiap untuk pergi."Istirahatlah yang baik."Devina meraih tangan Stanley dan berkata, "Stanley, k

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 47

    "Pak Zevon!"Semua orang sontak berseru terkejut. Mereka mengira Zevon tidak bisa berenang. Tak disangka, gaya renangnya malah begitu sempurna, layaknya atlet profesional. Di tengah keterkejutan semua orang, Zevon dengan cepat menyelamatkan Sonny.Semua orang pun tercengang."Pak Zevon, kamu masih berani bilang kamu nggak bisa berenang?"Zevon menyeka air dari wajahnya dan tersenyum malu. "Waktu kuliah, aku itu anggota tim renang ....""Pak Zevon, kamu terlalu rendah hati!"Para karyawan pun berseru kagum."Ayo kita lomba!"Zevon diseret semua orang ke dalam air.Melihat Zevon kembali dengan selamat, Shanaya yang duduk di tepi pantai langsung menghela napas lega. Rekan-rekannya sedang bermain di laut. Shanaya yang bosan pun bermain ponsel. Tiba-tiba, ada sebuah notifikasi yang merekomendasikan trending topic kepadanya.Akun Devina baru saja diperbarui dengan serangkaian foto. Itu adalah foto dirinya yang sedang berjinjit untuk mencium pipi Stanley, dengan seekor lumba-lumba yang melom

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 46

    Stanley melihat dengan jelas tangan Zevon menyentuh pinggang Shanaya selama tiga detik. Dia juga melihat bagaimana Zevon menyampirkan jaket UV itu ke bahu Shanaya, tetapi Shanaya tidak menolak."Lagi lihat apa kamu sampai bengong?"Damian tiba-tiba mencondongkan tubuh dari belakang dan langsung merebut teropong dari tangan Stanley. Stanley masih tetap memasang ekspresi datar, lalu mengambil sampanye dari atas meja dan menyesapnya."Eh, bukannya itu calon mantan istrimu?" Damian bersiul dan melanjutkan, "Perkembangan mereka cepat banget! Stanley, menurutmu, mungkin nggak mereka sudah lama bersama ....""Memangnya kenapa?" sela Stanley. Ekspresinya terlihat dingin dan acuh tak acuh.Menyadari bahwa orang yang dilihat Stanley dari teropong adalah Shanaya, ada secercah kesuraman yang melintasi mata Devina. Namun, dia segera memasang senyum cerah. Dia berjalan cepat ke arah Stanley, lalu merangkul lengannya. "Stanley, dengar-dengar, sering ada lumba-lumba yang muncul di daerah ini pada sor

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 45

    Matanya pun berkilat tajam. Saat melewati Shanaya, dia berpura-pura tidak sengaja menabrak Shanaya."Ah!"Sup panas itu langsung tumpah dan sebagian besarnya mengenai pergelangan tangan Shanaya yang ramping. Bekas merah yang mengerikan langsung muncul di pergelangan tangan yang putih itu.Stanley segera memegang bahu Devina dan bertanya dengan khawatir, "Apa kamu terluka?"Devina menggeleng dengan tampang sedih. "Aku baik-baik saja." Dia melirik pergelangan tangan Shanaya yang bengkak dan merah, lalu pura-pura berkata, "Tapi tangan Naya sepertinya terluka ...."Stanley melirik luka Shanaya dengan dingin, lalu menyahut dengan acuh tak acuh. "Dia bisa mengurusnya sendiri."Shanaya pun terpaku di tempat. Nada Stanley yang dingin dan setiap patah kata yang terasa bagaikan untaian es yang menancap dengan mendalam di hatinya.Zevon yang menyaksikan kejadian ini dari kejauhan segera berlari mendekat."Minggir!"Dia mendorong Devina yang menghalangi jalannya, lalu mengambil sebotol air minera

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status