แชร์

Bab 5

ผู้เขียน: Calla Widjaja
Keesokan paginya, di kantor presdir Lumina Biotech.

Karyawan dari departemen SDM membawa masuk beberapa dokumen itu dan berujar, "Pak Zevon, ini resume orang-orang yang akan diwawancarai hari ini."

"Letakkan saja di samping. Nanti, aku masih ada rapat. Aku nggak akan ikut sesi wawancara."

"Oke."

Baru saja Zevon Saputra hendak bangkit dan pergi ke ruang rapat, matanya tidak sengaja tertuju pada resume teratas.

Shanaya Wiriandi.

Begitu melihat nama itu, Zevon pun tertegun untuk sejenak. Dia mengambil resume itu dan melihat wajah familier di foto itu. Dalam seketika, dia merasakan luapan emosi yang campur aduk dan bahkan sedikit gembira.

Zevon adalah murid kebanggaan Harun dan beberapa tahun lebih tua dari Shanaya. Saat sedang berkuliah di luar negeri, Zevon pernah mendengar Harun mengatakan bahwa dirinya telah menerima seorang mahasiswi yang sangat cerdas dan bahkan bisa disebut genius!

Setiap kali Harun menelepon Zevon untuk membicarakan tentang hal-hal akademis, Harun selalu memuji Shanaya. Awalnya, dia juga selalu mengikuti berita-berita tentang Shanaya karena merasa penasaran seberapa berbakatnya juniornya itu sehingga Harun begitu memujinya.

Perlahan-lahan, Zevon mulai jatuh hati pada juniornya yang selama ini hanya dia lihat melalui foto. Setelah menyelesaikan studinya, dia langsung naik ke pesawat dan pulang tanpa ragu. Siapa sangka, kabar pertama yang dia terima saat mendarat adalah kabar pernikahan Shanaya. Dia mengira mereka tidak akan pernah bertemu lagi. Tak disangka, dia malah menerima resume Shanaya.

Zevon segera menelepon sekretarisnya, "Rapat pagi ini dibatalkan!"

Zevon tiba di ruang wawancara. Begitu melihatnya, karyawan departemen SDM pun terkejut dan segera menawarinya tempat duduk di tengah. "Pak Zevon."

Zevon menahan kegembiraannya dan berkata, "Wawancaranya sudah boleh dimulai."

Wawancara pun resmi dimulai.

Zevon duduk di kursi utama dalam diam, sedangkan karyawan departemen SDM yang bertugas untuk mengajukan pertanyaan.

"Pak Zevon, orang yang tadi ...." Karyawan departemen SDM hendak meminta pendapat Zevon.

"Kalian putuskan saja sendiri."

"Oke."

"Selanjutnya, Shanaya."

Saat Shanaya memasuki ruang wawancara, Zevon pun memusatkan perhatiannya pada Shanaya. Keadaan Shanaya sepertinya kurang bagus.

Karyawan departemen SDM mengajukan beberapa pertanyaan profesional.

Meskipun telah menjadi ibu rumah tangga selama empat tahun, Shanaya tidak berhenti membaca buku dan mengembangkan diri selama itu. Dia menjawab pertanyaan dengan lancar dan tanpa kesalahan.

Karyawan departemen SDM mengangguk puas dan hendak menyuruhnya pulang untuk menunggu pemberitahuan lebih lanjut. Namun, Zevon tiba-tiba berkata, "Di sini tertera kamu sudah menikah."

Zevon sebenarnya ingin bertanya kenapa Shanaya tiba-tiba ingin bekerja. Namun, karyawan departemen SDM salah mengartikan maksudnya dan lanjut bertanya sesuai topik itu, "Bu Shanaya, yang kami butuhkan itu karyawan tetap. Apa kamu punya rencana untuk hamil dalam waktu dekat?"

Shanaya menggeleng. "Aku akan segera bercerai, juga nggak punya rencana untuk hamil."

Mendengar jawaban ini, Zevon tertegun sejenak. Melihat sekilas kesedihan di mata Shanaya, hatinya juga terasa agak sakit. Apa yang telah Shanaya alami selama empat tahun pernikahannya?

"Bu Shanaya, kami sudah pahami situasimu. Silakan pulang dan tunggu kabar selanjutnya."

"Baik."

Shanaya pun meninggalkan ruang wawancara.

Bagi Zevon, sisa sesi wawancara itu terasa membosankan. Jadi, dia langsung meninggalkan ruang wawancara. Tidak perlu diragukan lagi, perceraian Shanaya merupakan kesempatan baginya. Emosi yang selama ini dia pendam pun mulai meluap tak terkendali.

Sore itu, Shanaya menerima telepon dari departemen SDM Lumina Biotech yang memberitahunya untuk mulai masuk kerja pada minggu depan. Dia pun langsung menyampaikan kabar tersebut kepada Harun.

Harun tahu meskipun kepribadian Shanaya terlihat lembut, dia sebenarnya sangat kompetitif. Dia harus melalui proses wawancara dan mendapatkan pekerjaan itu dengan mengandalkan kemampuannya sendiri, bukan melalui koneksi.

Setelah mengetahui Shanaya telah mendapatkan pekerjaan, Selina sangat gembira dan bersikeras mengajaknya keluar untuk merayakannya.

Malam itu, Shanaya tiba di Mist Bar sesuai janji. Suasana ramai di dalam membuatnya merasa sedikit tidak nyaman.

"Naya, di sini!" Selina melambaikan tangan ke arah Shanaya dari depan pintu ruang privat.

Baru saja Shanaya duduk, manajer bar sudah masuk dengan membawa sebaris model pria yang bertelanjang dada. Pemandangan ini sangat mengejutkan Shanaya.

"Selin, apa-apaan ini?"

"Demi rayakan perceraianmu yang akan segera tiba, juga rayakan kamu yang baru dapat pekerjaan dan akan mulai hidup baru, aku sengaja pesankan beberapa model pria untukmu. Kalau ada yang kamu suka, suruh saja dia duduk dan temani kamu minum-minum."

Shanaya menjawab dengan agak canggung, "Nggak usah."

Dia bukanlah tipe orang yang suka bersenang-senang seperti ini. Satu-satunya pengalaman romantisnya adalah jatuh cinta pada Stanley di usia muda dan menikahinya.

"Yang ini saja."

Selina menunjuk ke arah pria paling tampan di antara sebaris pria itu dan menggantikan Shanaya untuk memilih. Model pria itu langsung duduk di sebelah Shanaya.

Otot perut yang sempurna itu tidak berhenti berlalu-lalang di depan Shanaya. Shanaya yang bingung harus melihat ke mana hanya bisa menyesap minuman di depannya untuk meredakan kecanggungan.

Model pria itu menggenggam tangan Shanaya, lalu mulai menggodanya. "Kak, ayo duduk di pangkuanku. Kamu juga boleh minum-minum sambil raba otot perutku."

Shanaya pun terkejut. "A ... aku ke toilet dulu."

Shanaya merasa sedikit tidak nyaman dan segera mencari alasan untuk keluar. Dia mencuci muka dan menenangkan diri di kamar mandi. Saat keluar, dia salah jalan dan tidak menyadari bahwa dirinya sudah tiba di area VIP.

Pada saat yang sama, di ruang privat area VIP.

Stanley sedang memperkenalkan Devina kepada beberapa teman masa kecilnya.

Damian dan Rafael yang tumbuh besar bersama Stanley berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Keduanya juga merupakan tokoh terkemuka di Kota Himar.

Stanley merentangkan tangannya di atas sofa, sedangkan Devina yang duduk di sampingnya terlihat seperti berada dalam pelukannya.

Damian mengangkat gelasnya. "Kak Devina, ayo bersulang! Stanley belum pernah bawa wanita mana pun ke pertemuan kami. Kamu itu yang pertama!"

Devina melirik Stanley. "Jangan ledekin aku lagi. Apa kalian selalu ngomong begitu ke setiap wanita yang datang?"

"Yang kukatakan itu benar. Kalau nggak percaya, tanya saja Rafael!"

Rafael yang ada di samping mengangguk. "Yang dia bilang benar. Stanley sudah terkenal nggak pernah dekat sama wanita mana pun. Kalau bukan karena Shanaya pakai tipu daya untuk paksa Stanley nikah sama dia, Stanley bahkan nggak akan meliriknya."

Mendengar jawaban ini, Devina sangat senang. Dia pun menghabiskan alkohol di tangannya dengan gembira.

Damian menuangkan segelas lagi untuknya. "Kak Devina kuat minum, ya! Ayo bersulang lagi!"

Stanley mengulurkan tangan untuk menghentikannya. "Dia nggak kuat minum. Sudah cukup."

Damian pun menggoda, "Begini saja sudah nggak tega? Cuma dua gelas alkohol kok. Stanley, pelit banget kamu!"

Stanley mengambil gelas dari tangan Devina. "Aku akan gantikan dia minum."

"Nggak boleh!" Damian menaruh gelas Stanley ke tangan Devina. "Kalau begitu, kalian harus minum dengan cara romantis!"

Devina melirik Stanley dengan malu-malu dan menjawab, "Oke, tapi setelah ini, kalian nggak boleh paksa aku minum lagi, ya!"

"Kak Devina memang lebih murah hati!"

Devina dan Stanley pun mengangkat gelas mereka.

Pada saat ini, Shanaya membuka pintu dan masuk. Begitu mendongak, dia melihat Stanley dan Devina yang memegang gelas alkohol dengan lengan saling bertautan.

Saat melihat Shanaya, rasa jengkel yang jelas langsung muncul di wajah Stanley. "Kok kamu ada di sini?"
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 50

    Stanley mengerutkan kening dan menjawab, "Aku akan segera kembali."Setelah menutup telepon, dia menatap Shanaya. "Jangan lupa oles obat tepat waktu."Shanaya tidak menjawab.Baru saja keluar dari kamar Shanaya, Stanley kebetulan bertemu dengan Zevon yang baru keluar dari kamar sebelah. Saat tatapan mereka bertemu, udara terasa membeku.Zevon melirik ke arah Stanley dan pintu kamar 1806 secara bergantian. "Pak Stanley? Apa yang kamu lakukan di sini selarut ini?"Stanley membetulkan kancing kemejanya dengan santai dan menjawab, "Pak Zevon perhatian banget ke bawahan sampai rela berjaga di luar pintu malam-malam begini."Zevon menyahut dengan nada yang jauh lebih dingin daripada biasanya, "Setidaknya, aku melakukannya secara terang-terangan, nggak kayak seseorang. Kalau kamu nggak mencintainya, untuk apa kamu mengganggunya malam-malam begini?"Bibir Stanley melengkung, tetapi senyumnya tidak mencapai matanya."Sebaiknya Pak Zevon pahami situasinya. Shanaya itu istriku. Meski aku tidur di

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 49

    Sekarang, Shanaya malah terkesan lebih ingin bercerai daripada dirinya. Stanley menatap wajah Shanaya yang tenang, lalu tiba-tiba merasakan kejengkelan yang tak terjelaskan."Tok, tok, tok."Terdengar ketukan di pintu."Bu Shanaya, aku datang untuk antarkan gantungan baju yang kamu minta."Shanaya secara refleks ingin menjawab, tetapi takut orang lain mengetahui Stanley sedang berada di kamarnya. Ketika dia merasa ragu, terdengar lagi suara ketukan pintu. "Bu Shanaya? Apa kamu ada di dalam kamar?"Pintu kamar sebelah terbuka dan suara lembut Zevon bergema. "Ada apa?"Karyawan itu menjelaskan situasinya kepada Zevon.Zevon pun mengambil gantungan baju itu dan berujar, "Berikan saja padaku. Aku akan memberikannya kepadanya."Setelah karyawan itu pergi, Zevon mengetuk pintu kamar Shanaya."Naya, gantungan bajunya sudah dibawa kemari. Kamu ada di dalam?"Suara Zevon terdengar dekat, tepat di luar pintu. Detak jantung Shanaya tiba-tiba bertambah cepat, sedangkan jari-jarinya tanpa sadar me

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 48

    "Dia disengat ubur-ubur. Segera suruh dokter pergi ke kamar presidensial di lantai teratas!" perintah Stanley sebelum menggendong Devina masuk ke lift.Saat Stanley melewati Shanaya, ujung-ujung baju mereka saling bergesekan. Namun, rasanya seperti ada dinding tak terlihat di antara mereka. Rekan-rekan kerja Shanaya memandang punggung Stanley dan Devina dengan rasa iri."Wow! Pak Stanley baik banget ke pacarnya! Jarang banget ada pria yang begitu tampan, kaya, dan setia seperti dia. Pacarnya pasti pernah selamatkan galaksi di masa lalunya, makanya dia seberuntung itu di kehidupan ini."Zevon melirik Shanaya dengan khawatir. "Ya sudah, kalian semua kembali saja ke kamar untuk istirahat."Sementara itu, di kamar presidensial, dokter sedang merawat luka Devina. "Ini cuma sengatan kecil dan akan membaik setelah dioleskan obat."Setelah dokter pergi, Stanley mengambil jasnya dari kursi dan bersiap untuk pergi."Istirahatlah yang baik."Devina meraih tangan Stanley dan berkata, "Stanley, k

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 47

    "Pak Zevon!"Semua orang sontak berseru terkejut. Mereka mengira Zevon tidak bisa berenang. Tak disangka, gaya renangnya malah begitu sempurna, layaknya atlet profesional. Di tengah keterkejutan semua orang, Zevon dengan cepat menyelamatkan Sonny.Semua orang pun tercengang."Pak Zevon, kamu masih berani bilang kamu nggak bisa berenang?"Zevon menyeka air dari wajahnya dan tersenyum malu. "Waktu kuliah, aku itu anggota tim renang ....""Pak Zevon, kamu terlalu rendah hati!"Para karyawan pun berseru kagum."Ayo kita lomba!"Zevon diseret semua orang ke dalam air.Melihat Zevon kembali dengan selamat, Shanaya yang duduk di tepi pantai langsung menghela napas lega. Rekan-rekannya sedang bermain di laut. Shanaya yang bosan pun bermain ponsel. Tiba-tiba, ada sebuah notifikasi yang merekomendasikan trending topic kepadanya.Akun Devina baru saja diperbarui dengan serangkaian foto. Itu adalah foto dirinya yang sedang berjinjit untuk mencium pipi Stanley, dengan seekor lumba-lumba yang melom

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 46

    Stanley melihat dengan jelas tangan Zevon menyentuh pinggang Shanaya selama tiga detik. Dia juga melihat bagaimana Zevon menyampirkan jaket UV itu ke bahu Shanaya, tetapi Shanaya tidak menolak."Lagi lihat apa kamu sampai bengong?"Damian tiba-tiba mencondongkan tubuh dari belakang dan langsung merebut teropong dari tangan Stanley. Stanley masih tetap memasang ekspresi datar, lalu mengambil sampanye dari atas meja dan menyesapnya."Eh, bukannya itu calon mantan istrimu?" Damian bersiul dan melanjutkan, "Perkembangan mereka cepat banget! Stanley, menurutmu, mungkin nggak mereka sudah lama bersama ....""Memangnya kenapa?" sela Stanley. Ekspresinya terlihat dingin dan acuh tak acuh.Menyadari bahwa orang yang dilihat Stanley dari teropong adalah Shanaya, ada secercah kesuraman yang melintasi mata Devina. Namun, dia segera memasang senyum cerah. Dia berjalan cepat ke arah Stanley, lalu merangkul lengannya. "Stanley, dengar-dengar, sering ada lumba-lumba yang muncul di daerah ini pada sor

  • Saat Aku Pendarahan, Suamiku Menemani Simpanannya   Bab 45

    Matanya pun berkilat tajam. Saat melewati Shanaya, dia berpura-pura tidak sengaja menabrak Shanaya."Ah!"Sup panas itu langsung tumpah dan sebagian besarnya mengenai pergelangan tangan Shanaya yang ramping. Bekas merah yang mengerikan langsung muncul di pergelangan tangan yang putih itu.Stanley segera memegang bahu Devina dan bertanya dengan khawatir, "Apa kamu terluka?"Devina menggeleng dengan tampang sedih. "Aku baik-baik saja." Dia melirik pergelangan tangan Shanaya yang bengkak dan merah, lalu pura-pura berkata, "Tapi tangan Naya sepertinya terluka ...."Stanley melirik luka Shanaya dengan dingin, lalu menyahut dengan acuh tak acuh. "Dia bisa mengurusnya sendiri."Shanaya pun terpaku di tempat. Nada Stanley yang dingin dan setiap patah kata yang terasa bagaikan untaian es yang menancap dengan mendalam di hatinya.Zevon yang menyaksikan kejadian ini dari kejauhan segera berlari mendekat."Minggir!"Dia mendorong Devina yang menghalangi jalannya, lalu mengambil sebotol air minera

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status