Home / Urban / Sang PENEMBUS Batas / Bab 063. REJEKI TUKANG SATE

Share

Bab 063. REJEKI TUKANG SATE

Author: BayS
last update Last Updated: 2025-02-17 19:43:44

“Mas turunin Dila. Dila sudah kuat jalan lagi kok,” ucap sang adik.

“Ohh, nama adik cantik Dila ya, kalau Masnya siapa?” tanya Elang, sambil menuntun motornya, menyamai langkah kedua bocah kecil itu.

“Saya Supandi, Om, di panggilnya Pandi,” sahut si bocah laki-laki.

“Ok, Pandi, Dila. Kita sudah sampai. Kalian cuci tangan dulu di kran situ ya,” ucap Elang sambil menunjuk kran, tempat si tukang sate mencuci alat makannya.

“Pak, saya pesan sate ayamnya 3 porsi dan 3 gelas es teh manis ya,” ucap Elang pada pedagang sate itu.

“Baik Mas, silahkan tunggu sebentar ya,” ucap pedagang sate, sambil menyiapkan pesanan Elang.

Mereka pun menunggu sambil berbincang hangat, wajah Pandi dan Dila terlihat sangat ceria malam itu.

“Pandi sudah sekolah belum?” tanya Elang.

“Belum Om. Ibu nggak punya uang buat masukkin sekolah Pandi,” sahut Pandi.

Teringat sesuatu Elang segera mengangkat ponselnya, dicarinya sebuah nomor,

Tuttt...Tuttt..!

Klik.!

"Halo Elang, di mana kamu Nak?” sahut Bu Nunik di
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 064. ADA PENGKHIANAT

    "Mas Elang ya?” ucapnya ramah, setelah membuka gembok pagar. “Iya Ibu, salam,” ucap Elang sopan. Dia langsung berpikir, tentu bu Nunik telah mengabarkan pada pengelola panti ini. Tentang dirinya yang akan datang malam ini, bersama 2 anak yatim piatu terlantar. Mari silahkan masuk Mas Elang, adik-adik,” ucap wanita itu ramah, sambil mendahului berjalan masuk ke dalam rumah panti. Elang mengamati ruangan dalam rumah itu, yang hampir serupa dengan pantinya dulu. ‘Semoga keadaan di pantiku dulu lebih nyaman dari sebelumnya’, harap bathin Elang. “Silahkan duduk dulu Mas Elang, adik-adik,” ucap wanita paruh baya itu. “Terimakasih Bu,” jawab Elang sopan, sambil mencium tangan wanita agak paruh baya itu. “Terimakasih ibu,” ucap si Pandi, sambil menirukan Elang mencium tangan si ibu. Sementara Dila adiknya masih terdiam menunduk. Dia masih merasa asing dengan keadaan itu. Tak lama muncul seorang anak perempuan berusia belasan seusia Pandi. Dia mengantarkan nampan berisi minuman dan c

    Last Updated : 2025-02-18
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 065. NADYA PRAMESWARI

    'Siapakah orangnya yang telah berkhianat dalam perusahaanku..?!’ tanya bathin Bambang marah, dan merasa sangat penasaran.Bambang bergegas naik ke mobilnya, dan memerintahkan sang sopir untuk cepat pulang kerumahnya. Ya, sudah puluhan tahun Bambang membangun kerajaan bisnisnya dari bawah. Hingga produk-produk hasil karyanya harum di pasaran internasional. Bambang mendirikan usaha pembuatan karya seni, dari kayu-kayu limbah dan kayu-kayu setengah jadi. Untuk kemudian di buat Woodcarving dan Woodpanel, yang bernilai seni dan di gemari di dunia internasional. Relasi-relasi dan pelanggannya juga tersebar seperti dari Spanyol, Belanda, Australia, Jepang, dan beberapa negara lainnya. Bambang bahkan sampai mendirikan dua kantor cabang di bawah PT. Jogja Berkarya, guna memenuhi order-order yang terus membanjir baik di dalam dan di luar negeri. Omset totalnya perbulan bahkan bisa mencapai ratusan miliar rupiah, dengan persentase profit dan benefit yang menggiurkan.Orang-orang awam menjul

    Last Updated : 2025-02-18
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 066. KABAR DAN PENCULIKKAN

    "Halo Kang Elang. Di mana sekarang posisi Akang ?” tanya Sekar. “Saya di Jogja sekarang Mbak. Bagaimana kabarnya di sana ?” sahut Elang sambil balas bertanya. “Kang Elang. Marini dan Jaka sudah berhasil di tangkap polisi kemarin sore. Mereka berdua sedang menuju ke Desa Gunungsari, bersama orang bayarannya saat di tangkap. Marini mengalami keguguran, karena jatuh saat berusaha melarikan diri dari penangkapan polisi, Kang. Sedangkan Kang Barja sudah meminta Sekar kembali ke rumah. Bahkan dia sendiri yang mengajak Ibu, ikut tinggal bersama di rumahnya. Besok rencananya Sekar dan Ibu akan dijemput Kang Barja, dan akan mulai tinggal di rumahnya,” ucap Sekar, menceritakan kejadian yang dialaminya di sana. “Syukurlah Mbak Sekar. Saya ikut bahagia mendengarnya,” ucap Elang senang. “Kang Barja juga titip salam buat Kang Elang. Dia sangat kecewa, ketika tahu bahwa kang Elang sudah pergi,” ucap Sekar. “Baiklah. Salam kembali buat Kang Barja ya,” ucap Elang. “Kang Elang, Sekar kangen sa

    Last Updated : 2025-02-18
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 067. PERTEMUAN PERTAMA

    “Tarjo! Beri dia peringatan..!!” seru sang pengemudi kesal. ‘AB 7375 N’ bathin Elang, menghapal nomor plat mobil yaris hitam itu. Dia terus mengekor yaris hitam tersebut. Tarjo membuka kaca jendela belakang mobil sebelah kiri. Kepalanya melongok keluar jendela, lalu tiba-tiba tangannya keluar dan mengarahkan sebuah pistol ke arah Elang. Elang yang berada sekitar 15 meter di belakang mereka agak terkejut, lalu dia langsung mengegoskan motornya ke kanan, bertepatan dengan...Dorr..!Pistol Tarjo menyalak namun meleset, Elang sudah lebih dulu bergeser ke sebelah kanan belakang mobil. ‘Hhh..! Mudah-mudahan ini tak membahayakan si gadis itu', bathin Elang, sambil diam-diam dia menerapkan aji Lindu Sukma tingkat 2 nya. Lalu Elqng memusatkan energi di kaki kirinya. Karena cukup berbahaya, jika dia membiarkan dirinya terus menjadi target tembak penumpang yaris hitam itu. “Bodoh kau Tarjo..! Menembak segitu dekat tak kena..!” seru Kelik, temannya yang duduk di ujung kanan. Tarjo dan Kel

    Last Updated : 2025-02-18
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 068. PUNCAK KEKAGUMAN NADYA

    Tuttt....Tuttt..! Ponsel Elang tiba-tiba berdering. “Sebentar ya Mbak Nadya,” ucap Elang, sambil mengambil ponsel di saku jaketnya. “Silahkan Mas Elang,” ucap Nadya sambil tersenyum.‘Bu Sastro memanggil’ tertera di layar ponsel Elang. Klikh.! "Iya Ibu,” sahut Elang sopan. “Mas Elang. Terimakasih ya, atas dana 2 miliar telah masuk ke rekening panti ....,” ucap bu Sastro di sana. 'Ups..!' bathin Elang kaget. Dia buru-buru menjauhkan beranjak menjauh dari Nadya. Agar pembicaraannya tak terdengar oleh gadis itu. Ya, karena buru-buru tadi, Elang jadi tak sengaja berada agak dekat dengan Nadya. Namun tentu saja Nadya sempat mendengar, ucapan dari wanita di ponsel Elang tadi. Seketika Nadya pun merasa kagum, pada pemuda bernama Elang itu. Nadya kini mulai memperhatikan dan menilai sosok Elang, secara lebih spesifik lagi. 'Hmm. Pemuda yang gagah, ganteng, dan baik hati', bathin Nadya. “Iya Ibu. Semoga bisa bermanfaat buat adik-adik saya di sana." Klikh.!Usai dengan pembicaraann

    Last Updated : 2025-02-19
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 069. TAWARAN DAN INTIMIDASI

    ‘Kau luar biasa Mas Elang, siapakah dirimu sebenarnya?’ bathin Nadya penasaran. Ya, Nadya merasa sangat ingin mengenal pemuda ini lebih jauh. “Baiklah. Tapi saya nggak bisa berlama-lama Mbak Nadya,” ucap Elang akhirnya. Akhirnya mereka berdua menaiki tangga teras rumah Nadya, yang terbuat dari batu granit itu. Lalu Nadya menekan bel rumahnya di sisi pintu rumah, yang berdaun pintu 2 dan terbuat dari kayu jati ukir itu. Tak lama pintu pun terbuka, muncul sosok tubuh wanita agak sepuh dari dalamnya, “Wah..! Non Nadya! Syukurlah, bibi ikut cemas mendengar kabarmu dari Ibu,” ucap bi Yuli, yang langsung memeluk Nona majikkannya itu. “Buu..! ini Non Nadya sudah pulang Buu..!” seru bi Yuli senang, sambil mengiringi Nadya masuk ke dalam rumah mewah dan megah itu. "Mas Elang duduk dulu ya," ucap Nadya tersenyum manis, persilahkan Elang duduk di sofa berkelas ruang tamu rumahnya. “Ehh, lupa! Masnya silahkan duduk dulu ya. Mau minum apa Mas?” tanya bi Yuli, setelah Elang duduk di kursi

    Last Updated : 2025-02-19
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 070. PANAS HATI ELANG

    'Hmm. Jadi semua ini, hanya karena soal ahli waris perusahaankah?’ bathin Elang. Dia sangat terkejut dan marah, mendapati orang yang merencanakan penculikkan dan pembunuhan atas diri Nadya. Ternyata adalah sanak familinya sendiri. “Sebaiknya kita makan siang bersama dulu sekarang. Kau juga pastinya lapar ya Elang,” ucap Sundari akhirnya sambil tersenyum. Lalu dia mengajak semuanya, menuju ke meja makan keluarga. Makan siang hari itu cukup hangat dirasakan olrh Elang. Walau dia merasa agak kurang nyaman, dengan tatapan benci dan kurang bersahabat dari Setyono dan Freddy. 'Sesungguhnya mereka berdua, adalah ‘musuh dalam selimut’ bagi keluarga ini!' bathin Elang geram. Akhirnya, setelah acara makan siang selesai. Elang pun pamit pulang pada keluarga Bambang. Saat dia hendak menyalami Freddy, yang sejak tadi memandang sinis padanya. Maka terdengar ucapan tajam, yang sangat membuat hati Elang terbakar, “Lho kok buru-buru Mas..? Langsung saja kamu bilang minta berapa untuk jasa kam

    Last Updated : 2025-02-19
  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 071. BONGKAR DAN SERANGAN

    Elang berniat berbicara dengan ayahnya Nadya secara hati-hati, tentang niat jahat saudaranya. Dan Elang sadar, membicarakan hal ini sangatlah peka, dan bisa mengakibatkan salah paham ayah Nadya pada dirinya. Satu-satunya jalan yang mau tak mau harus di lakukannya, adalah, membuktikan kemampuannya di hadapan ayah Nadya. Itulah hal yang akan bisa ‘membuka mata’ ayah Nadya. Bahwa apa yang akan di katakannya nanti, adalah berdasarkan sesuatu hal yang bisa di pertanggung jawabkan. Bukan hanya sekedar tuduhan tanpa dasar..!Ngunngg..! Si Biru milik Elang pun terus melesat di jalan raya, menuju kediaman Nadya. Melintasi jalan-jalan yang kini mulai dihapal oleh Elang. Tak lama kemudian, Elang pun sampai di depan gerbang pagar kediaman rumah Nadya. Nadya yang memang malam itu sengaja menunggu Elang di teras rumahnya. Gadis cantik itu pun langsung melihat kedatangan Elang. Nadya langsung memerintahkan securitynya, untuk membukakan gerbang pagar bagi Elang. Elang pun masuk, lalu memarki

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 348.

    "Heii..! Siapa yang bersamamu Nalika..? Aku baru melihatnya," seru bertanya Bhasuta, dengan mata menatap tajam pada Elang. Dia bisa merasakan aura energi Elang, yang dirasanya cukup besar. Susah payah Elang menyembunyikan 'aura power'nya. Namun ternyata masih tertangkap juga oleh mata awas Bhasuta. Elang memang berhasil meredam getar energi dalam dirinya. Namun aura dasar seorang pendekar, yang memiliki power pastilah tetap nampak. Terlebih di mata orang linuwih seperti Bhasuta ini. "Ahh, dia hanya seorang pengawal pribadi yang saya bayar Panglima. Karena disaat genting ini, posisiku cukup rawan di mata pihak istana. Makanya aku harus berjaga-jaga Panglima," sahut Nalika tenang. 'Hmm. Memang masuk akal. Nalika pasti ketakutan jika rahasianya terbongkar oleh kerajaan', bathin Bhasuta, memaklumi alasan Nalika. "Baiklah Nalika. Siapa namamu anak muda?" tanya Bhasuta pada Elang. "Saya Prayoga, Tuan Panglima," sahut Elang, hanya menyebutkan nama belakangnya. "Bagus..! Bantulah Nalik

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 347.

    "Nalika. Sekarang saatnya kita ke berdua ke markas pusat Pasukan Panglima Api, di hutan Kandangmayit. Laporkan saja pada Panglima Api itu, kalau semuanya beres dan sesuai rencana. Sementara aku hendak mengamati dan mempelajari situasi di markas itu. Sebelum penyerangan pasukkan kerajaan Dhaka esok hari," ujar Elang, memberikan arahan. "Baik Mas Elang..!" sahut Nalika patuh. "Para prajurit..! Segera bereskan mayat-mayat pasukan pemberontak itu, dan berjagalah..!" seru Nalika tegas, pada para prajurit yang berada di situ. "Baik Kanjeng Adipati..!!" seru mereka semua. Taph..! Slaph..! Elang langsung menyambar tubuh Nalika, dan membawanya melesat cepat, menuju ke arah selatan. Dan seperti yang sudah-sudah, Nalika hanya bisa memejamkan matanya. Dia tetap saja masih merasa ngeri untuk membuka matanya, saat dibawa Elang melesat. Dengan kecepatan yang berada diluar nalarnya itu. Dan benar saja, hanya kira-kira 15 helaan nafas saja. Elang sudah menghentikan lesatannya, dan hinggap di

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 346.

    "Ba-baik Mas Elang..! Pengawal..! Tutup pintu ruangan ini..! Jangan biarkan siapapun masuk..! Katakan saja sedang ada pertemuan, bila ada ada teman mereka yang bertanya..!" perintah Nalika, pada para prajurit yang berjaga. "Ba-baik Kanjeng Adipati..!" seru para pengawal itu. Nalika segera menuju ke ruang dalam kadipaten yang merupakan ruang keluarganya, tampak beberapa kamar di ruangan itu. Brethk..! Terdengar suara kain tersobek, di sebuah kamar yang pintunya setengah terbuka. "Keparat bajingan kau..! Belum puas kau menggauli pelayan-pelayan di istana ini..?! Tidakk..!! Mmphh!" terdengar pula teriakkan seorang wanita dalam kamar itu. Ya, rupanya benar, kamar itu adalah kamar Nalika dan istrinya. "Hhh.. hh..! Hahahaa..! Menyerahlah cantik..! Kau milikku malam ini," suara kasar seorang lelaki terdengar, seraya terbahak dengan nafas memburu. Dia baru saja melumat paksa bibir ranum milik Anjani, istri sang Adipati. "Nimas Anjani..!!" Braghk..! Nalika langsung berseru marah, se

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 345.

    "Ahh..!" terdengar seruan Nalika, yang sejak tadi memejamkan kedua matanya. Dia memang sangat terkejut dan jerih, melihat betapa cepatnya lesatan Elang membawa tubuhnya. Suatu kecepatan yang baginya tak mungkin, dimiliki oleh seorang manusia. Dan Elang memang sengaja membawa Nalika, ke tempat sunyi ini lebih dulu. Untuk memberikan sedikit peringatan pada Nalika. Agar tiada lagi 'keinginan' berkhianat di hatinya, terhadap kerajaan. "Nalika..! Inilah yang akan terjadi pada tubuhmu, jika kau berani berkhianat. Kau lihatlah bukit batu di kejauhan itu," seru Elang, seraya menunjuk sebuah bukit batu. Bukit batu itu terletak sekitar ratusan langkah, dari posisi mereka berada. Seth! Daambh..! Elang acungkan genggaman tangan kanannya ke atas, lalu hantamkan kaki kanannya deras ke bumi. Grghks..! Grrghkkh..!! Bumi di sekitar area itu pun berguncang dahsyat bak dilanda gempa. Gemuruhnya bagai puluhan ekor gajah, yang berlarian menabrak pepohonan. "Jagad Dewa Bhatara..!" Seth..! Nalika

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 344.

    "Nalika..! Kau sudah dengar apa yang dikatakan Elang. Apakah kau masih hendak berkhianat atau tidak, itu terserah kau..! Namun jangan salahkan pihak kerajaan. Jika sampai seluruh keluargamu kami babat habis..! Kau mengerti..?!" seru sang Prabu, memberikan peringatan keras pada Nalika. "Ba-baik Paduka Prabu! Hamba mengerti," sahut Nalika, terbata penuh rasa gentar. "Pengawal..! Lepaskan ikatannya.!" perintah sang Raja, pada kedua pengawal yang berdiri di belakang Nalika. "Baiklah Paduka Raja. Hamba mohon diri dulu bersama Nalika. Agar kami tak terlalu malam sampai di hutan Kandangmayit," Elang pun pamit undur diri, dari hadapan Raja Samaradewa. "Baiklah Elang. Pergilah dengan restu dariku," ucap sang Prabu. Taph..! Slaphh. ! Elang langsung menyambar tubuh Nalika, lalu mereka pun langsung lenyap seketika, dari ruang dalem istana. Bagai tak pernah ada di ruangan itu. 'Luar biasa..! Siapa sebenarnya pemuda bernama Elang itu..? Baru kali ini aku mendengar dan melihatnya. Ternyata

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 343.

    "A-ampun Gusti Prabu. Hanya hamba yang berkhianat dalam hal ini. Istri dan putra hamba bahkan telah mengingatkan hamba. Namun hambalah yang berkeras kepala. Panglima Api juga mengancam dan menekan hamba Gusti Prabu. Hingga akhirnya hamba tak bisa menolak, untuk berkhianat terhadap kerajaan," sahut Nalika tergagap, dengan tubuh gemetar gentar bukan main. Namun rupanya dia masih ingat, untuk meminta ampunan bagi anak dan istrinya. "Nalika..! Aku bertanya apa rencana Panglima Api pada kerajaan ini..?! Bukan soal alasanmu berkhianat! Cepat katakan, Nalika..!!" seruan sang Raja Samaradewa memgguntur, di dalam ruangan dalem istana tersebut. Hal itu membuat siapapun yang berada di dalam ruangan tergetar ngeri. Karena sang Prabu, tak sengaja telah mengeluarkan aji 'Sabdo Guntur'nya. Sebuah ajian yang memang rata-rata dimiliki oleh seorang Raja, atau pun pemimpin tertinggi. Ajian yang diperoleh dengan laku bathin yang cukup sulit. "Ba-baik Gusti Prabu. Panglima Api beserta pasukkannya a

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 342.

    "Mohon maaf, Paduka Raja. Menurut hamba adalah hal yang aneh, jika seorang Adipati tidak mengetahui persis kejadian ini. Bukankah letak istana kadipaten dan istana kademangan tidaklah terlalu jauh. Wedana Suralaga telah mengatakan pada hamba. Bahwa dia dan keluarganya kini, berada dalam tekanan pasukkan pemberontak Panglima Api itu. Namun dia tetap bersetia pada kerajaan Dhaka. Yang jadi pertanyaan hamba adalah, bagaimana seorang Adipati tidak tahu soal kejadian ini..?!" ujar Elang, seraya menyerukan keheranannya. Dan pancingan Elang pun mengenai sasarannya. "Ampun Paduka Raja. Hei..! Pengawal Gusti Putri..! Apakah kau mencurigai aku berkhianat pada kerajaan..?! Apakah kau bisa mempertanggungjawabkan tuduhanmu itu, jika tak ada bukti..?!" Nalika menghormat terlebih dulu pada sang Raja. Lalu dia berdiri berseru seolah menantang pada Elang, seraya menuding Elang dengan telunjuknya. Emosi Nalika langsung naik ke ubun-ubun, mendengar tuduhan Elang. Yang sesungguhnya memang benar ad

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 341.

    "Ahh! Silahkan Gusti Putri Ratih, Tuan Muda silahkan masuk ke dalam. Baginda ada di astana istana dalem. Mari ikuti hamba," sahut sang kepala pengawal hormat. Ya, dia segera mengenali Gusti Putrinya itu. Karena dia memang pernah berkunjung bersama rombongan Rajanya, ke istana kerajaan Kalpataru. Sampailah mereka di depan sebuah ruang megah dalam istana. Pintu masuk ruang itu tidak memiliki daun pintu. Namun dua orang prajurit istana berjaga di depan pintu itu. Kedua prajurit jaga itu memegang tombak serta perisai di tangannya, mereka mengangguk hormat saat kepala pengawal istana datang. Kepala pengawal langsung mengajak Elang dan Ratih ikut masuk bersamanya, ke dalam ruang istana dalem keraton tersebut. Sebelumnya sang Kepala Pengawal sempat menanyakan lebih dulu nama Elang. "Salam Paduka Yang Mulia. Dua utusan dari kerajaan Kalpataru, Gusti Putri Ratih Kencana datang bersama pengawalnya Elang Prayoga," ucap sang kepala pengawal, setelah dia berlutut seraya memberi hormat pada Ra

  • Sang PENEMBUS Batas   Bab 340.

    Elang pun menerapkan aji 'Perisai Sukma' pada tangannya. Cahaya hijau terang seketika menyelimuti telapak tangannya. Dia hendak menyediakan tangannya itu, untuk menjadi 'sasaran' hantaman. Dari dua hantaman jarak jauh Tantri, dan si pemuda baju putih itu. Sekaligus melerai pertarungan adu energi tersebut. "Maaf, tulangnya berbahaya jika melayang begini, bisa melukai orang lewat," ucap Elang tenang, seraya menggenggam potongan tulang kambing yang agak runcing tersebut. Taph! Brashk..! Blasth..! Dua energi pukulan jarak jauh menghantam tangan Elang. Gelombang dua energi itu pun pecah disekitar tangan Elang itu. Namun tentu saja hal itu tak berpengaruh terhadap tangan Elang, yang sudah terlambari aji 'Perisai Sukma'nya. Sraghk..!! Sosok Tantri dan si pemuda baju putih sama tersentak ke belakang. Namun mereka berdua seolah lepas, dari tindihan energi yang sejak tadi saling mendorong itu. "Ahh..!" sentak kaget Tantri dan si pemuda bersamaan. Mata mereka berdua terbelalak, menatap

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status