Setibanya di kadipaten Alas Purba, Patih Balong Gandu langsung disambut hangat oleh para prajurit yang bertugas di kediaman sang adipati.
"Silahkan duduk dulu, Gusti Patih!" kata prajurit penjaga mempersilahkan sang patih untuk duduk di pendapa kediaman sang adipati.Kemudian, prajurit itu langsung memberi tahu sang adipati tentang kedatangan Patih Balong Gandu. Setibanya di dalam rumah tersebut, prajurit itu langsung melangkah menghampiri sang adipati yang sedang berada di ruang tengah bersama istrinya."Mohon maaf, Gusti Adipati. Ada Gusti Patih Balong Gandu baru saja tiba," kata prajurit itu bersikap ramah di hadapan sang adipati."Ya, nanti aku ke luar. Kau jamu saja dulu!" jawab Adipati Kondara lirih."Baik, Gusti Prabu." Prajurit itu langsung berlalu dari hadapan Adipati Kondara, dan bergegas melangkah menghampiri sang patih untuk menyampaikan pesan dari sang adipati.Selang beberapa saat kemudian, Adipati Kondara sudah keluar dan langsung menyambRasmini diam sejenak, kemudian ia menghela nafas dalam-dalam. Setelah itu, ia pun berkata, "Baiklah, jika ini sudah menjadi keputusan kamu. Nenek ikut saja!" tandasnya menuruti keinginan cucunya.Mendengar kalimat yang diucapkan oleh sang nenek, Darasoma merasa bahagia, dan ia pun berkata lagi, "Kita akan menetap di Kuta Tandingan dan menjadi bagian dari kerajaan Sanggabuana, kita beli tanah di sana dan memulai hidup bahagia bersama para penduduk kerajaan Sanggabuana!""Iya, Nak. Nenek juga sependapat dengan kamu, di kerajaan Sanggabuana semua penganut agam diperlakukan dengan baik dan mereka hidup secara berdampingan di sana," tandas Rasmini tersenyum-senyum."Sebelum kita menuju Kuta Tandingan, kita akan melapor dan akan diambil sumpah oleh pihak prajurit yang ada di wilayah kadipaten Kuta Gandok. Setelah itu, baru kita akan diizinkan melanjutkan perjalanan menuju Kuta Tandingan," terang Darasoma.Selang beberapa menit kemudian, Rangkuti sudah tiba di kediaman Darasoma
Salah satu dari keempat prajurit itu langsung memacu derap langkah kudanya lebih mendekat ke arah kereta kuda yang ditumpangi oleh Rangkuti, Darasoma dan neneknya.Bertanya seorang prajurit itu kepada Rangkuti, "Kalian siapa, dari mana dan hendak ke mana?" Prajurit itu bersikap tegas terhadap ketiga orang asing yang sudah masuk ke wilayah kedaulatan kerajaan Sanggabuana.Rangkuti sedikit bergetar dan merasa takut berhadapan dengan para prajurit itu, dengan bersikap ramah dan sopan, Rangkuti pun menjawab lirih pertanyaan prajurit tersebut,"Mohon maaf sebelumnya, kami dari Kundar bertujuan hendak mencari suaka ke Kuta Tandingan. Akan tetapi, kami akan singgah terlebih dahulu di kadipaten Kuta Gandok," "Setelah meminta suaka, lantas apalagi tujuan kalian?" tanya prajurit itu tegas."Kami akan meminta izin kepada gusti adipati untuk merestui kami menjadi bagian dari rakyat kerajaan ini," jawab Rangkuti."Baiklah, ikut kami sekarang!" kata prajurit itu kem
Panglima Janeka mendapatkan tugas dari sang raja yang disampaikan langsung oleh Patih Balong Gandu. Yang mana ia diperintahkan untuk menelusuri hutan yang ada di batas wilayah kedua kerajaan.Mengenai hal itu, sang panglima sangat cepat tanggap dan langsung bergerak sendiri menuju ke barat perbatasan kerajaan Sanggabuana dan kerajaan Kuta Waluya.Demikian, ketika Panglima Janeka sudah tiba di sebuah hutan yang ada di perbatasan dua kerajaan itu. Tiba-tiba, Panglima Janeka dikagetkan dengan hadirnya seorang pria bersenjata lengkap. Diduga kuat, pria tersebut merupakan seorang prajurit senior dari kerajaan Kuta Waluya yang kala itu sedang berpatroli di tempat tersebut.Sejenak kemudian terdengar prajurit itu menghentak sambil berteriak nyaring, "Serahkan dirimu!" Pedangnya lurus terjulur ke depan hendak menusuk langsung mengarah ke pusat jantung Panglima Janeka.Saat seperti itulah yang ditunggu-tunggu oleh Panglima Janeka, ia hanya bersikap santai kemudian melonca
Di hutan Tandingan, Ki Bayu Seta dan Ki Jasukarna sedang santai bersama menikmati waktu luang mereka hari itu. Mereka hanya duduk-duduk santai di bawah rindangnya pepohonan.Sepasang bola mata kakek tua itu berkeliaran seperti teringat sesuatu lalu tertawa parau. Mengamati dua pemuda yang sedang melakukan perburuan di hutan yang tidak jauh dari tempatnya duduk."Kau itu, Ki!" kata Ki Jasukarna mengarah kepada Ki Bayu Seta.Tersenyum Ki Bayu Seta ketika berpaling ke arah dua pemuda itu, "Aku terlalu pandai mempermainkan kedua pemuda itu. Mereka itu ingin menjadi prajurit kerajaan, terima saja!" imbuh Ki Bayu Seta lirih."Tidak semudah itu, Ki. Aku ingin mengetes dan menguji kesungguhan mereka terlebih dahulu, sebelum membentuk pribadi mereka untuk menjadi prajurit kuat," tegas Ki Jasukarna.Kedua pemuda itu, dulu sempat mendatangi Ki Jasukarna ketika sedang berada di Kepatihan Kuta Tandingan. Mereka menyatakan diri ingin menjadi murid si kakek itu. Akan tetap
Setibanya di Padepokan Kumbang Hitam, Sangkudi dan Radita langsung dibaringkan di bebalean yang ada di pendapa padepokan tersebut.Salah seorang prajurit yang membawa kedua pemuda itu langsung melangkah menuju pintu padepokan, perlahan ia mengetuk pintu,"Tok ... tok ... tok, Guru!" panggil prajurit itu berdiri di depan pintu padepokan."Siapa?" sahut Ki Bayu Seta dari dalam padepokan."Aku Rumita, dua pemuda itu sudah aku bawa, Guru," jawab prajurit itu."Kau laporkan kepada Ki Jasukarna, itu bukan urusanku!" kata Ki Bayu Seta."Baik, Guru." Prajurit itu segera melangkah meninggalkan padepokan tersebut dan segera berjalan menuju ke arah barak tempat kediaman Ki Jasukarna yang berada di belakang padepokan.Rumita langsung menghadap Ki Jasukarna dan melaporkan bahwa ia dan kawannya sudah berhasil membawa Sangkudi dan Radita. "Baringkan saja di barak dan minta kepada tabib untuk mengobati mereka!" perintah Ki Jasukarna lirih. "Setelah itu, kau beri m
Randini turut dihadirkan dalam pertemuan tersebut, ia pun tidak dapat mengelak atau menolak keputusan Prabu Erlangga dan juga Patih Aryadana yang sepakat menjodohkannya dengan Panglima Pertahanan Jaka Kelana.Meskipun demikian, Prabu Erlangga tetap mengembalikan semua keputusan tersebut kepada Randini dan juga Jaka Kelana."Aku tidak akan memaksa Kalian, jika kalian saling menyukai jalankan sesuai hati kalian. Namun, jika kalian tidak menghendaki, kalian berhak menolak perjodohan ini!" kata sang raja tampak bijaksana.Randini dan Jaka Kelana saling berpandangan, keduanya saling melontar senyum, benih-benih cinta pun tumbuh di hati keduanya. Kemudian, Jaka Kelana dan Randini secara bersamaan berpaling ke arah sang raja, dan mereka pun mengangguk tanda setuju dengan apa yang dikatakan oleh sang raja dan juga sang patih.Prabu Erlangga tampak bahagia dengan keputusan tersebut, dan langsung merencanakan hal yang terbaik untuk kedua pasangan muda itu yang merupakan du
Berpalinglah Ki Jasukarna ke arah Senopati Lintang dan Panglima Jaka Kelana, kemudian ia memperkenalkan kawan lama yang merupakan saudara seperguruannya itu kepada Senopati Lintang dan Panglima Jaka Kelana."Ini adalah Ki Buyut Lembu, sebagaimana yang sering Aki bicarakan!" kata Ki Jasukarna tersenyum-senyum.Dengan ramahnya, Ki Buyut Lembu pun mengangguk ke arah Senopati Lintang dan Panglima Jaka Kelana. Kemudian, ia berkata lirih, "Mohon dimaafkan atas kelancangan dua muridku ini, mereka sudah terperdaya oleh hasutan para petinggi istana Kerajaan Kuta Waluya.""Tidak apa-apa, Ki," jawab Senopati Lintang tampak bijaksana.Setelah itu, Ki Buyut Lembu berpaling ke arah dua muridnya yang merupakan dua murid Ki Lembu yang berasal dari bangsa jin. Lalu ia pun berkata, "Sebaiknya kalian pulang dan jangan melakukan teror seperti ini lagi. Jika hal ini kalian ulangi, tidak segan-segan aku akan mengembalikan kalian ke Alengka!" perintah Ki Buyut Lembu tampak geram dengan
Mengenai laporan peperangan yang terjadi di kerajaan Kundar, Prabu Erlangga dengan cepat langsung mengumpulkan para petinggi istana, untuk membahasa gejolak yang sedang tumbuh kembang di antara kedua kerajaan. Yakni, kerajaan Sirnabaya yang bersikeras ingin melengserkan kekuasaan Prabu Domala dengan terus melancarkan agresi besar-besaran terhadap wilayah-wilayah kedaulatan kerajaan Kundar.Dalam pertemuan tersebut, Prabu Erlangga mengundang dua duta agung kerajaan yang sedang bertikai itu. Raden Wangsa sebagai duta agung dari kerajaan Kundar serta Raden Jabalana sebagai duta agung kerajaan Sirnabaya, turut hadir dalam pertemuan penting itu. Mereka hendak melakukan negosiasi terkait mengambil langkah damai yang hendak ditempuh oleh kedua belah pihak dengan alasan untuk kepentingan rakyat, agar mereka tidak menderita menjadi korban perang."Baiklah, kita mulai sekarang. Aku serahkan kepada kedua belah pihak untuk menilai semua pernyataanku ini, jika ada keberatan jangan ragu