Share

BAB 6

Author: Rainina
last update Last Updated: 2025-12-22 17:44:56

Tamparan yang dilayangkan oleh ayahnya itu begitu kuat, membuat Sienna hampir terjatuh dari tempat tidurnya.

Telinganya berdengung keras. Rasa asin darah merembes di sudut bibirnya, namun di balik rasa sakit yang menyengat itu, sebuah pemikiran melintas di benak Sienna.

Ah... Berita itu sudah tersebar.

Rencananya berhasil. Orang-orang di pub itu pasti sudah bergosip tentang dirinya.

Namun, harapan Sienna hancur berkeping-keping detik berikutnya.

"Kau pikir kau pintar, hah?" Baron Borgia mencengkeram rahang Sienna, memaksanya menatap wajah ayahnya yang bengis. "Kau pikir dengan menghancurkan reputasimu, kau bisa lepas dari tanggung jawabmu pada keluarga ini?!"

Napas ayahnya yang tercium seperti alkohol basi, membuat perut Sienna mual.

"Dengar baik-baik, Anak Sialan. Viscount Rohan sudah mendengar rumor memalukan itu. Tapi dia... dia pria yang sangat murah hati. Dia berbaik hati untuk tetap datang kemari pagi ini."

Mata Sienna membelalak. Jantungnya seolah berhenti berdetak.

"Apa...?" suaranya keluar sebagai bisikan parau yang menyedihkan.

"Kubilang dia tetap akan datang!" bentak Baron Borgia, urat-urat di lehernya menonjol. "Dia ingin meminta penjelasanmu secara langsung. Dan kau..."

Pria itu menunjuk wajah Sienna dengan telunjuk yang gemetar karena amarah.

"Kau akan mengatakan bahwa itu semua bohong. Bilang seseorang memaksamu! Bilang itu hanya salah paham! Katakan kau berada di rumah seharian dan rumor itu disebar oleh orang yang iri padamu! Aku tidak peduli alasan apa yang kau karang, yang jelas pernikahan itu tetap harus terjadi!"

Baron Borgia melepaskan cengkeramannya dengan kasar, membuat kepala Sienna terbentur sandaran tempat tidur.

"Jika pernikahan ini batal... jika Viscount Rohan melangkah keluar dari pintu mansion ini tanpa kepastian tanggal pernikahan..." Ayahnya menunduk, membisikkan ancaman itu tepat di telinga Sienna.

 "Aku bersumpah bahwa aku akan membunuhmu dengan tanganku sendiri. Lebih baik aku punya anak perempuan yang mati daripada anak perempuan yang tidak berguna."

Pria itu berbalik dan membanting pintu kamar, meninggalkan Sienna yang gemetar hebat di atas lantai yang dingin.

Tak lama kemudian, Marie masuk dengan tergesa-gesa. Wajah pelayan tua itu pucat pasi, matanya merah seperti seseorang yang  habis menangis. Di tangannya, ia membawa baskom air hangat dan kotak berisi riasan yang merupakan milik Baroness

"Nona... oh, Nona Sienna..." isak Marie tertahan saat melihat kondisi Sienna.

Tanpa banyak bicara lagi, Marie mulai bekerja. Ia membantu Sienna duduk dan mulai menyeka wajah Sienna dengan kain hangat, membersihkan darah di sudut bibirnya. Namun, tantangan terberatnya adalah leher Sienna.

Tanda merah keunguan tercetak jelas di kulit Sienna yang seputih susu. Kontrasnya begitu mencolok, membuat Marie langsung tahu bahwa itu tidak akan bisa ditutupi sepenuhnya.

"Ini... ini terlalu banyak," bisik Marie panik.

Tangannya gemetar saat menaburkan bedak tebal ke leher Sienna, berusaha menutupi tanda-tanda yang lebih mirip tanda penyiksaan itu. 

Ia memakaikan Sienna gaun dengan kerah tertinggi yang mereka miliki, lalu menata rambut emasnya sedemikian rupa untuk menutupi pipi yang bengkak akibat tamparan Baron.

Sienna hanya diam seperti boneka rusak. Matanya kosong menatap pantulan dirinya di cermin retak. Ia terlihat cantik, seperti mayat yang didandani untuk pemakaman.

"Orang tua anda, dan….” Marie menelan ludahnya sebelum kembali berbicara, “Viscount Rohan… Mereka sudah menunggu di ruang tamu, Nona," cicit Marie setelah selesai.

Sienna menyeret kakinya menuruni tangga. Setiap langkah terasa berat, seolah ia sedang berjalan menuju tiang gantungan.

Di ruang tamu yang perabotannya mulai usang, Sienna menatap tiga orang yang sudah duduk di sana..

Baron Borgia duduk di ujung kursi dengan postur membungkuk, wajahnya dipenuhi keringat dingin dan senyum penjilat yang menjijikkan. Sementara ibunya hanya menutupi wajah dengan kipasnya dengan senyum yang dipaksakan.

Dan di sofa utama, Viscount Rohan duduk seolah ia adalah pemilik tempat itu.

Pria itu berusia enam puluhan, dengan perut buncit yang menyembul dari balik rompinya yang ketat dan kulit kepala yang mulai botak. Namun yang paling membuat Sienna merinding adalah matanya  yang kini menatap Sienna dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Ah, Lady Sienna," sapa Viscount Rohan. Suaranya serak dan berat. Ia tidak berdiri untuk menyambut tunangannya.

Sienna menunduk dalam-dalam, menolak menatap pria itu. Ia berdiri kaku di samping ayahnya.

"Duduklah, Sayang, duduk!" perintah Baron Borgia dengan nada manis yang dibuat-buat, sambil menyikut lengan Sienna dengan kasar.

"Aku... sungguh kecewa mendengar kabar yang beredar pagi ini, Baron," ucap Viscount Rohan perlahan, matanya tidak lepas dari wajah Sienna. 

"Orang-orang bilang putri Anda terlihat keluar dari pub Madam Irene dini hari tadi. Dengan penampilan yang... tidak senonoh."

"Fitnah! Itu semua fitnah keji, Tuan Viscount!" potong Baron Borgia cepat. Ia tertawa gugup. "Anda tahu bagaimana orang-orang miskin itu, mereka suka mengarang cerita untuk menjatuhkan bangsawan seperti kita. Sienna ada di rumah seharian! Dia sakit! Benar kan, Sienna?"

Baron menyikut pinggang Sienna lagi, kali ini lebih keras hingga Sienna meringis.

"Katakan pada Viscount, Sienna. Katakan kau ada di kamarmu semalam."

Sienna membisu. Lidahnya terasa kelu. Kebohongan itu tertahan di tenggorokannya. Ia ingin berteriak bahwa itu benar, bahwa ia sudah kotor, bahwa ia sudah tidur dengan pria lain agar pernikahan gila ini batal.

Namun bayangan ancaman ayahnya, membuat nyali Sienna  menciut.

Keheningan yang canggung mengisi ruangan itu. Baron Borgia semakin panik, keringat dingin membanjiri pelipisnya.

“Sayang.” Baron beralih pada istrinya yang masih diam sambil memeprhatikan mereka. “Katakan pada Sienna untuk menjelaskan semuanya.

Viscount Rohan mendengus pelan. Ia meletakkan cangkir tehnya dengan bunyi klang yang memekakkan.

"Cukup, Baron. Hentikan sandiwara menyedihkan ini."

Baron Borgia seketika bungkam, wajahnya memucat.

Rohan mencondongkan tubuhnya ke depan, menatap lurus ke arah Sienna.

"Aku punya mata-mata di mana-mana, Baron. Aku tahu putrimu itu memang berada di sana. Aku bahkan tahu dia masuk ke kamar 'khusus' di lantai dua."

Akhirnya, pikir Sienna. Akhirnya dia akan membatalkannya. Dia jijik padanya.

Sienna mengangkat wajahnya sedikit, menunggu kata-kata penolakan itu keluar. Menunggu Viscount Rohan meludahi wajahnya.

Namun, yang terjadi selanjutnya justru membuat darah Sienna membeku.

Viscount Rohan justru tersenyum pada dirinya.

"Sayang sekali," gumam pria itu sambil menggelengkan kepalanya. "Padahal aku sangat menantikan untuk menjadi yang pertama."

"T-tapi... Tuanku..." Baron Borgia tergagap.

"Nilai jualnya sudah jatuh, Baron," lanjut Rohan dingin, beralih menatap ayah Sienna seolah sedang menawar harga kuda di pasar ternak. 

"Seorang gadis yang tidak suci tidak pantas dihargai mahal. Kesepakatan awal kita adalah aku akan menganggap lunas seluruh hutang judimu sebagai ganti Sienna."

Rohan bersandar kembali ke sofa, menyilangkan kakinya dengan santai.

"Tapi sekarang? Barang cacat tidak layak dihargai setinggi itu."

Ruangan itu hening sejenak, Sienna bahkan tidak berani bernafas.

"Aku akan tetap akan menikahi Sienna," putus Viscount Rohan.

Sienna tersentak, matanya membelalak lebar. "A... apa?" ucapnya tanpa sadar.

Viscount Rohan menatapnya dengan senyuman yang semakin lebar. "Kau pikir aku akan melepaskanmu hanya karena kau sudah ditiduri pria lain? Tidak, Sienna. Kau adalah wanita tercantik di kerajaan ini. Bekas pakai atau tidak, aku tetap menginginkan wajah cantik itu di tempat tidurku."

Ia kembali menatap Baron Borgia yang tampak lega.

"Pernikahan akan tetap dilaksanakan bulan depan, aku bisa mengurus utusan kuil. Tapi, aku tidak akan menganggap lunas seluruh hutangmu. Aku hanya akan mengampuni setengahnya. Sisanya... itu urusanmu sendiri, Baron. Anggap saja itu denda karena kau gagal menjaga barang daganganmu."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Satu Malam Bersama Duke   BAB 6

    Tamparan yang dilayangkan oleh ayahnya itu begitu kuat, membuat Sienna hampir terjatuh dari tempat tidurnya.Telinganya berdengung keras. Rasa asin darah merembes di sudut bibirnya, namun di balik rasa sakit yang menyengat itu, sebuah pemikiran melintas di benak Sienna.Ah... Berita itu sudah tersebar.Rencananya berhasil. Orang-orang di pub itu pasti sudah bergosip tentang dirinya.Namun, harapan Sienna hancur berkeping-keping detik berikutnya."Kau pikir kau pintar, hah?" Baron Borgia mencengkeram rahang Sienna, memaksanya menatap wajah ayahnya yang bengis. "Kau pikir dengan menghancurkan reputasimu, kau bisa lepas dari tanggung jawabmu pada keluarga ini?!"Napas ayahnya yang tercium seperti alkohol basi, membuat perut Sienna mual."Dengar baik-baik, Anak Sialan. Viscount Rohan sudah mendengar rumor memalukan itu. Tapi dia... dia pria yang sangat murah hati. Dia berbaik hati untuk tetap datang kemari pagi ini."Mata Sienna membelalak. Jantungnya seolah berhenti berdetak."Apa...?" s

  • Satu Malam Bersama Duke   BAB 5

    Sienna menghela napas panjang, bahunya merosot lega saat menyadari sosok yang memegang lilin itu hanyalah Marie.Satu-satunya pelayan yang tersisa di mansion milik keluarganya ini. Keluarga Marie sudah melayani keluarga Borgia sejak kakek Sienna masih memegang gelar Baron.Dan kesetiaanlah satu-satunya hal yang membuat Marie bertahan di rumah terkutuk ini, bekerja tanpa upah selama berbulan-bulan."Nona Sienna!" pekik Marie tertahan, matanya membelalak melihat kondisi nonanya."Ssshh!" Sienna meletakkan telunjuk di bibirnya dengan cepat, melarang Marie melanjutkan perkataannya atau membuat keributan yang bisa membangunkan kedua orang tuanya.Isyarat itu berhasil membuat Marie bungkam seketika. Wanita paruh baya itu mengangguk kaku sambil menutup mulut dengan tangannya sendiri, lalu segera membawa tubuhnya untuk mengikuti Sienna yang bergegas menaiki tangga menuju lantai dua.Mereka berjalan dalam diam, hanya suara derit lantai kayu tua yang menemani langkah mereka hingga sampai di ka

  • Satu Malam Bersama Duke   BAB 4

    Sienna berteriak, punggungnya melengkung tanpa dapat ia kendalikan.Rasanya seolah seluruh tubuhnya dikoyak dari dalam. Rasa sakit yang tajam dan asing menusuk dirinya, menandakan bahwa sesuatu yang sakral telah direnggut paksa darinya.Akhirnya... akhirnya ia telah menjadi barang rusak yang tidak diinginkan.Air mata merembes dari sudut mata Sienna, meluncur turun membasahi bantal. Itu adalah air mata campuran antara rasa sakit fisik yang menyengat, rasa malu dan... kelegaan yang memenuhi rongga dadanya.Karena ia tahu, setelah ini, Viscount Rohan tidak akan lagi menginginkannya lagi. Namun, pria itu masih diam, dan Sienna tidak tahu apa yang harus ia lakukan selanjutnya.Ingatan Sienna melayang pada percakapan saat ayahnya masih memiliki sedikit kekayaan, saat ia masih diizinkan duduk di pesta minum teh bersama putri bangsawan lainnya."Kau harus diam seperti mayat," bisik salah satu temannya dulu, wajahnya pucat saat menceritakan malam pertamanya. "Jika suamimu memintamu melayaniny

  • Satu Malam Bersama Duke   BAB 3

    Sienna kembali menarik tangan pria itu sekuat tenaga. Pria itu jelas memiliki fisik yang jauh lebih kuat, namun di ambang kebingungannya, ia membiarkan tubuhnya tertarik ke bawah, mendekat ke arah wajah Sienna.Cahaya redup dari sisa bara api di perapian kini jatuh tepat di wajahnya, dan saat itulah Sienna melihatnya.Sepasang mata itu.Bukan cokelat, bukan biru, bahkan bukan hijau zamrud yang umum dimiliki bangsawan biasa. Iris mata pria itu berwarna merah darah yang menyala dalam kegelapan.Darah di wajah Sienna seketika surut. Jantungnya berhenti berdetak sesaat. Ia tahu arti warna mata itu. Di seluruh kekaisaran ini, hanya mereka yang memiliki darah langsung keluarga Kekaisaran yang diberkati dengan mata semerah darah.Sienna melepaskan cengkeramannya seolah tangan pria itu adalah bara api. Ia terhuyung mundur, napasnya tercekat di tenggorokan."Pernikahan apa maksudmu?" Pria itu bertanya, keningnya berkerut tajam. Tatapannya menuntut jawaban, jelas tidak mengerti apa hubungan ant

  • Satu Malam Bersama Duke   BAB 2

    Ruangan itu gelap, satu-satunya sumber cahaya hanyalah sisa bara api di perapian yang nyaris mati, menciptakan bayang-bayang panjang di dinding.Di tengah keremangan itu, seorang pria duduk di sofa yang berada di tengah ruangan. Tangannya menuangkan alkohol ke gelas kristal di hadapannya.Begitu Sienna melangkah lebih dekat, pria itu menoleh sedikit. Wajahnya masih tersembunyi dalam bayangan, namun Sienna bisa merasakan tatapannya yang tajam."Seseorang mengirimmu?" pria itu bertanya dengan nada yang begitu dingin. Sienna dapat merasakan ketidaksukaan dalam suaranya."I... iya... Tuan..." Sienna menunduk, meremas kain jubahnya dengan jari-jari yang berkeringat dingin. Ia tidak yakin apa yang harus dilakukannya. Apakah ia harus langsung membuka jubahnya?Ia menepuk sisi kosong di sebelahnya dengan santai.“Duduk.”Sienna berjalan dengan cepat dan menuju sofa. Ia duduk sedikit menjaga jarak dari pria itu, masih tidak yakin dengan apa yang harus ia lakukan.Pria itu meraih gelas kristaln

  • Satu Malam Bersama Duke   BAB 1

    “Penampilanmu membuat orang-orang tidak nyaman. Keluar jika kau tidak memiliki urusan.”Sienna mengintip wanita di hadapannya melalui ujung jubah yang ia tarik untuk menutupi wajahnya. Wanita itu terlihat berbeda dari wanita lain yang berada di pub itu.Jika wanita lain menggunakan gaun murahan dengan potongan dada yang rendah, wanita di hadapannya menggunakan gaun dan syal bulu hewan yang terlihat mahal.Apa ia ada pemilik tempat ini? Sienna pernah mendengarnya dulu, jika Sienna ingin melakukan rencananya, ia harus mencari wanita yang merupakan pemilik tempat itu.Sienna menelan ludah, merasakan kerongkongannya yang kering tercekat oleh rasa takut dan malu akan hal yang ingin ia katakan selanjutnya.“Saya ingin… menjual diri saya.”Kipas di tangan wanita itu berhenti bergerak.Hening sejenak di antara mereka, kontras dengan kegilaan yang terjadi di sekeliling. Pub itu sedang berada di puncak keramaiannya. Para ksatria yang baru pulang dari medan perang merayakan hidup mereka dengan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status