“Aku rasa perkataanku sudah cukup jelas. Kamu tajir dan mandiri secara finansial. Tanpa bekerja pun kamu dapat passive income dari saham Aliasta.” Moses menyandarkan punggungnya ke sofa. “Bahkan statusku sebagai suami hanya untuk memberimu seorang anak.”
“Itu tidak benar, Moses. Aku sangat me—“
Suara erangan yang lirih terdengar dari belakang Sandra.
“Jessica!” Moses langsung beranjak bangkit dan berlari ke sisi kasur.
Jari-jari Jessica duluan yang bergerak, lalu dia membuka matanya perlahan. Wajahnya sangat pucat dan bibirnya kering. Dia butuh beberapa detik sebelum matanya bisa fokus melihat Moses.
“Jess, aku di sini. Kamu baik-baik saja,” ucap Moses dengan lembut. “Aku akan memanggil dokter.” Dia menekan tombol yang ada di atas kasur.
Tidak menunggu lama, seorang dokter dan perawat masuk ke dalam kamar sedangkan Sandra dan Moses diminta untuk menunggu di luar.
Sandra memijat pinggangnya yang pegal. Lalu dia duduk di ku
Bab ini didedikasikan utk Kak Zul, Ciplluk, LJ Thank you uda vote dan support SSS ღ
Sandra sedang menaiki tangga ketika Andrew menelepon. Dia melirik ke bawah dan melihat Moses sudah berbelok menuju ruang kantor pribadinya. “San, sepertinya aku ke Kanada melalui jalur darat saja. Aku takut kalau dia juga memiliki orang dalam di imigrasi bandara,” ucap Andrew dari ujung telepon. Sandra menutup pintu kamarnya. “Aku hanya butuh mobil untuk pergi. Kamu bisa membantuku mencarikan mobil bekas? Asalkan hidup dan bisa berjalan saja. Tidak perlu yang mahal.” Andrew sudah gelisah selama beberapa hari ini. Dia terus mengatakan keinginannya untuk segera menyeberangi perbatasan Amerika/Kanada. Dengan mengendarai mobil, dia bisa sampai ke Toronto dalam waktu kurang dari 9 jam. “Setelah sampai di Kanada, apa rencanamu selanjutnya?” tanya Sandra sambil memijat pelan pelipisnya. “Belum kupikirkan. Aku hanya ingin cepat-cepat pergi dari AS. Berada dalam satu negara yang sama dengannya membuatku tidak tenang.” “Kalau kam
“Kamu dengar? Aku sudah tidak berguna, aku tidak bisa berjalan lagi…” Jessica menangis dengan kencang. Lalu terdengar kegaduhan. “Jessica! Apa yang kamu lakukan sampai jatuh ke lantai??” jerit Nyonya Whitman. “Aku baru pergi sebentar, kamu sudah menelepon dia?” TUT! TUT! TUT! “Siapa?” gumam Moses yang sudah terbangun. Sandra menurunkan ponsel dari telinganya. “Jessica. Dia menyuruhmu pergi ke rumah sakit.” Moses langsung bangkit duduk dan mengucek kedua matanya dengan cepat. “Ini jam berapa? Sial! Aku meninggalkan ponselku di ruang kerja.” “Kamu baru tidur satu setengah jam.” Sandra melihatnya turun dari kasur. “Aku mau ikut.” Moses membuka mulutnya seperti tidak setuju, namun dia mengangguk. “Jangan lupa pakai jaketmu. Aku tunggu di bawah lima menit lagi.” Setelah merenggangkan kedua kakinya yang kebas, Sandra langsung menyambar coat hitam dan menyusul Moses. Mereka tiba di rumah sakit setengah jam kemudian dan
“Keajaiban tidak pernah berhenti terjadi.” Suara Jessica menggema ke seluruh ruangan.Dia dapat melihat wajah pucat Sandra. Wanita muda ini benar-benar mencintai Moses.Jessica jadi gemas sendiri dengan mereka berdua. Dia teringat bagaimana kegelisahan Moses saat datang ke rumahnya membawa Audi R8, mobil yang pernah sekali dia katakan sangat dia inginkan.Ternyata itu adalah hadiah perpisahan sekaligus sebagai bentuk maaf karena Moses tidak bisa menepati janji untuk menikahinya.Moses bahkan berani berkata bahwa sekarang yang dia pikirkan hanya Sandra, walaupun dia belum tau apa yang dia rasakan adalah cinta.Saat itu Jessica benar-benar kesal sehingga dia rela berbohong untuk meretakkan hubungan Sandra dan Moses. Tapi Tuhan juga memberinya hukuman yang setimpal.Kecelakaan ini membuatnya lumpuh.Dia sangat takut saat kakinya tidak bisa digerakkan. Dia takut tidak bisa menggendong Kylie dan mengajaknya jalan-jalan. Putriny
Seorang anak kecil berusia 4 tahun melompat turun dari mobil SUV putih dengan pandangan takjub. Dia memakai dress tutu berwarna pink cerah dengan gambar putri Cinderella, legging putih dan sepatu model Mary Jane. “Yayyy! Kylie tinggal di rumah Om Moses dan Onty Sandra yang besar! Kylie seperti tinggal di kastil princess!” serunya sambil memutar-mutar badannya bak balerina. Sandra menyusul keluar dari mobil yang dikendarai James dan tersenyum melihat tingkah Kylie. Bagi anak kecil itu, menginap di mansion besar seperti istana kerajaan yang hanya pernah sekali dia kunjungi merupakan rekreasi, tentu saja dia tidak tahu alasan sebenarnya. Suara ban mobil berdecit membuat Sandra menoleh. Di bawah terik matahari, Porsche hitam berhenti di belakang mobilnya dan sang pengemudi keluar dengan gagah. Kacamata hitam membingkai wajah tampan, dia memakai t-shirt putih polos, jaket bomber dan celana jeans Versace seharga 800 dolar AS. Moses mel
Dia berlari untuk memeluk kaki Agatha. "Great-great-Grandma!""Oh dear. Kamu membuatku terdengar sangat tua. Panggil Agatha saja, ok?"Mereka semua diam-diam tertawa kecil. Agatha memang tidak suka dipanggil Nenek Buyut, karena itu hanya mengingatkan dia kalau dia sudah tua.Kylie yang sopan seringkali lupa. "Ups! Sorry, Agatha."Agatha mengelus kepalanya, mengatakan kalau dia membeli banyak oleh-oleh yang unik untuk Kylie. Tapi harus menunggu besok, karena hari ini dia sudah sangat capek. Tidak ada tenaga lagi untuk membongkar isi kopernya.Beberapa pelayan tampak menurunkan tiga koper besar dari mobil dan mengangkatnya masuk.“Oh ya, Mos. Kamu ingat Phoebe Gates, cucu Nyonya Gates? Kalian pernah bertemu sekali saat dia masih kecil.”Samar-samar Moses ingat akan nama itu. Tapi dia tidak ingat bagaimana rupa wanita bernama Phoebe Gates.“Sudah lupa. Tapi kalau Nyonya Gates, aku masih ingat.”Nyony
“Bukankah istrimu itu Sandra?” Phoebe menunjuk orang yang dimaksud. Moses melirik Sandra yang duduk di sampingnya dan berdehem. “It’s complicated.” Sandra memotong barbecue chicken dengan pisau makannya. “Tidak rumit sama sekali. Moses pernah berpacaran dengan Jessica sebelum dia menikah denganku.” Bibir semerah cherry milik Phoebe juga ikut membulat. “Ohh, I see. Kamu tidak keberatan mantan pacar suamimu tinggal serumah bersama?” Phoebe berdecak. “Langka sekali ada istri sebaik kamu, Sandra. Aku mungkin tidak sanggup dan memilih untuk angkat kaki dari rumah ini.” Jarang-jarang ada yang bisa menyaingi mulut tajam Jessica. Baru kali ini dia temui ada yang berani berkata secara terus terang seperti Phoebe. Jessica saja hanya berani begitu saat berbicara empat mata dengan targetnya. Phoebe memang gadis muda yang mengerikan. Oma angkat bicara. “Kecelakaan yang dialami Jessica menyebabkan kakinya lumpuh. Dia harus rehabilitasi dan fokus pad
“Oh. My. Gosh.” Phoebe terpukau dengan isi garasi besar yang ditunjukkan oleh Sandra. Dia berhenti beberapa saat di anak tangga marbel putih itu untuk menatap takjub. Mobil-mobil sports yang berkilap berjejer rapi dengan berbagai macam warna seperti permen coklat M&M. “Baru pertama kali aku melihat isi garasi mobil seorang billionaire. Ini semua mobil koleksi Moses? Holy shit.” Phoebe berlari kecil menuruni tangga dan menyentuh sisi depan McLaren merah yang paling dekat dengannya. Karena ini hari minggu, Moses mengantarkan Kylie dan Jessica untuk bertemu orang tuanya sedangkan Agatha pergi arisan yang diadakan bersama teman-temannya di gedung hotel bintang lima. Jadi hanya ada mereka berdua di rumah. Sesuai dengan janji Phoebe, dia akan menemani Sandra pergi membeli mobil bekas. “Kamu bisa pilih satu yang paling kamu sukai.” Mata Phoebe sudah mengincar mobil yang akan dikendarainya. “Really? Aku tidak akan segan kalau
“How dare you!” desis Phoebe, mengangkat tangan kanannya untuk menampar Tristan.Sebelum telapak tangan Phoebe menyentuh pipinya, Tristan mencengkeram erat tangan itu, mendorong tubuh Phoebe ke atas kap mobil dan memenjarakan kedua tangannya ke atas kepala.Tristan memicingkan mata setajam elang. “Aku akan bertanya sekali lagi. Siapa kamu sebenarnya?”Setengah tahun yang lalu, Moses dan Tristan pergi ke Los Angeles untuk membicarakan tentang bisnis pesawat tempur yang dibutuhkan angkatan militer.Aliasta Company adalah salah satu kandidat yang diperhitungkan untuk menjalin kerja sama dengan pemerintah.Dari pertama kali dia melihat gadis muda berambut panjang bergelombang itu duduk sendirian di meja bar, Tristan sudah menginginkannya.Setelah perjamuan selesai, Tristan menghampiri wanita yang selalu melirik ke arah meja mereka. Dia berpikir bahwa ada sesuatu yang tidak biasa di antara mereka berdua.Itu s