Share

Scorpio
Scorpio
Penulis: Ananda_putri

Scorpio part 1 [ Regina Ancella]

Pagi ini Regina di panggil oleh Bu Karen untuk ke UKS karena salah satu adik kelasnya bertengkar. Ia menyimpan buku diary nya di tas, setelah itu bangkit dan berjalan keluar kelas. Di koridor Regina menjadi pusat perhatian, selalu saat ia keluar dari kelas menjadi atensi mereka.

Rambut pendek sebahu, kulit putih dan mulus, cantik dan pintar, berhati bak malaikat yang selalu menolong. Tapi sayang Regina terlalu cuek di lingkungan sekitar, ia tidak memiliki teman karena terlalu memilih. Hingga satu cewek di kelasnya pun menjauh tidak ada yang mau berteman dengan Regina.

Langkah perempuan itu masuk dalam UKS. Selalu dia melihat korbannya adalah laki-laki berkacamata ini. Gina duduk di kursi ia menarik paksa tangan laki-laki itu untuk mengobatinya. Terdengar ringisan keluar dari bibir cowok itu.

"Mau sampe kapan hidup lo kaya gitu? jadi orang jangan pengecut, bangun jangan jadi pecundang, hadapi semua orang yang udah pernah buly lo! Buat mereka bertekuk lutut di hadapan lo. gue yakin cowok banci kaya lo bisa berubah," ujar Gina menatap dalam Rava yang sedang menatapnya juga. Gina menekan luka itu semakin kuat, emosinya selalu tinggi jika melihat adik kelasnya yang satu ini.

Terlalu lemah? Atau memang tidak bisa menjaga dirinya sendiri? Hingga empuk untuk menjadi sasaran buly dengan murid SMA Melorine. Ataupun memang sudah lelah dengan keadaan hidupnya yang hanya di permainkan begitu saja oleh orang lain? Entah Gina sendiri juga tidak mengerti kenapa dia sepeduli itu denganya.

"Nggak ada hak buat gue bales dendam sama mereka. Gue bikin satu kesalahan, siap untuk keluar dari sekolah ini. Selagi gue baik-baik aja, it's okey," balas Rava tersenyum manis menatap Gina yang melongo.

Bagaimana bisa cowok itu berkata akan baik-baik saja. Setiap hari selalu di buly, tidak diperbolehkan ikut pelajaran. Tidak bisa hidup dengan tenang, selalau terbayang-bayang dengan kejadian yang membuat dirinya trauma. Dan dengan gampangnya laki-laki itu berbicara baik-baik saja? Gina pikir Rava harus berobat ke psikater untuk menyembuhkan ketololannya itu.

"Gila ya lo? Kena mental kan tuh kelihatan. Dibuly tiap detika aja masih bilang baik-baik aja," decak Gina menyentuh kening Rava yang lebam. Ia memasang ekspresi ngeri dan tak terbayangkan. Sedangkan Rava melihatnya hanya tersenyum, mungkin saja yang dikatakan oleh Perempuan di depannya memang benar kalau Rava sudah gila karena kasus pembulyan itu.

"Ravangga Megantara," ujar Rava menyodorkan tanganya di hadapan Gina yang telah selesai di obati. Gina menatap uluran tangan itu tanpa berkedip.

"Regina Ancella, inget gue senior lo! Mana sopan santunya?" balas Gina berjabat tangan dengan Rava yang memasang wajah datar, sepertinya Rava mengerti kenapa Gina ini tidak pernah memiliki teman. Gadis ini terlalu memilih, hingga tidak menemukan yang cocok denganya. Rava bisa menebak dengan baik.

Rava tersadar dari lamunanya, Regina sudah melepaskan jabatan tangan itu. Ia melirik ke cewek itu yang sedang meletakan obat-obatan di laci. Rava mengangguk mantap, ia menarik napas dan menghembuskannya secara perlahan.

"Regina Ancella, pacaran yuk?" ajak Rava dengan muka konyol. Ia langsung memejamkan mata lalu menggigit bibir bawahnya. Satu tanganya lagi menutup kedua matanya. 

Regina mematung ia membalikan  badan menghadap ke arah juniornya ini. Tanganya terulur menyentuh tangan Rava yang menutupi matanya. Regina berhasil menyingkirkan tangan yang menghalangi wajah Rava. Wajah gadis itu semakin mendekat dan.

Cup

Regina mencium pipi Rava yang mulus. Tubuh Rava menegang, ia hampir kehabisan nafas karena kecupan di pipinya. Dengan tangan yang gemetar, ia perlahan membuka kedua matanya. Wajah cantik Regina yang pertama kali Rava lihat.

"Jadi gimana Ravangga Megantara? Lo serius nembak gue? Tapi sayang cara lo nggak aestehtic," cibir Regina merapikan rambut cowok itu dan memakaikan kaca mata hitamnya kembali.

"Kenapa? Gue tauh jawaban lo pasti nggak mau. Mana mungkin cewek secantik lo pacaran sama gue." timpal Rava memajukan wajahnya ke hadapan Regina, gadis itu membeku kali ini dia yang mendapat perlakuan meneggangkan dari Rava. 

Apa Regina tidak salah mendengar kalau Rava mengajaknya untuk berpacaran? Baru beberapa menit yang lalu mereka saling kenal. Dengan tidak malunya Rava mengajak dirinya untuk berpacaran. Regina hanya syok mendengar penuturan dari cowok itu, selebihnya lihat saja nanti

"Kalau gue mau, apa lo mau berhenti buat diem aja saat dibuly? Dan merubah kehidupan lo buat gue?" tanya Regina masih menatap Rava yang kali ini diam. Sepersekian detik cowok itu mengangguk, Rava menangkup wajah Regina dan mencium sekilas pada bibirnya.

Cup

"Apapun gue lakuin buat lo Regina Ancella," Rava bangkit dari ranjang UKS, ia mengacak rambut Regina dan berlari dari tempat itu sebelum perempuan itu marah dan mengamuk. Regina tersadar, ia menyentuh bibirnya merasakan sesuatu  benda sempat menempel pada bibir Gina. Rava cowok itu yang sudah mencium Regina dalam hitungan detik.

"RAVANGGA MENGANTARA GUE BUNUH LO KALAU KETEMU!"  ujar Regina dengan keras, ia membayangkan kejadian tadi refleks menahan senyuman. Bagaimana tidak tersenyum sosok seperti Rava mampu membuat detak jantungya menggila. Sebelumnya Regina tidak pernah merasakan hal seperti ini. Baru sekarang dan penyebapnya karena Ravangga Megantara.

Regina bangkit meraih ponselnya dan keluar dari UKS. Gina berjalan dikoridor dengan perasaan bahagianya ia memasuki kelas, bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Kelas juga sudah sepi, beruntung supirnya sudah menjemput sedaritadi.

Setelah berlari dari UKS menuju kantin, akhirnya ia selesai. Bu Ceci sudah menutup pintu kantin. Rava telat untuk membantu perempuan itu. Ia berbalik memutuskan untuk segera pulang kerumahnya. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eljanes Crocus
katanya sih,cewek agak lemah sama cowok pertama. gapapa culun yang penting pro!bisa bikin Regina mleyot
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status