Share

Chapter 3

Author: Rara
last update Huling Na-update: 2022-05-18 10:24:36

Beberapa pasang mata menatap wanita dengan t-shirt putih yang di balut jaket bernilai ratusan dollar itu saat memasuki area kampus. Bukan karena kagum seperti biasanya. Maklum Rey adalah salah satu mahasiswa cukup terkenal di kampus. Bukan hanya terkenal cantik dengan pakaian mahal yang selalu membalut tubuh indahnya. Namun juga Rey terkenal sebagai gadis bar-bar dengan emosi tak terkontrol.

Menjadi pusat perhatian sudah biasa untuk Rey. Tapi kali ini ada yang berbeda. Tak hanya menatap, beberapa ada yang berbisik membicarakannya.

"Bukankah orang tuanya baru saja meninggal?"

"Kau benar. Dasar wanita tak berperasaan!"

"Aku dengar dia memang membenci orang tuanya."

"Tapi haruskah sampai seperti itu?"

"Dia sungguh sangat mengerikan."

Rey terus melanjutkan langkahnya menuju ruang kelas. Saat sampai di sana pun pandangan kaget serta bisik-bisik tentang dirinya masih dia terima. Apakah seaneh itu Rey datang ke kampus sehari setelah kematian orang tuanya? Seperti dia baru saja melakukan kejahatan besar.

Wanita itu menghela napas pelan lalu melanjutkan langkahnya menuju mejanya yang berada di pojok ruangan itu. Memasang earphone agar tak lagi mendengar ocehan dari mereka.

Rey meletakkan kepalanya di atas meja sambil melihat keluar jendela.

"Wanita tak berperasaan," gumam Rey pelan. "Kurasa itu julukan yang memang cocok untukku," gumannya lagi diakhiri dengan sebuah kekehan miris.

Rey tidak tahu sudah berapa lama ia tidur di sana. Sungguh dia merasa sangat lelah. Dia bangun saat mejanya diketuk seseorang. Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya, Rey mendongak melihat siapa yang telah mengganggu tidurnya.

"Hai, Rey!" sapa wanita itu melambaikan tangannya.

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Rey dengan nada ketus.

"Jangan marah begitu, Rey," celetuk yang lainnya.

"Ck! Cepat katakan apa yang kalian inginkan!" kata Rey mulai jengah. Jujur saja dia masih ingin tidur sekarang.

Ketiga wanita itu; Sinta, Farah dan Indah, saling memandang dengan senyuman yang menurut Rey sangat aneh.

Sinta duduk di samping Rey seraya merangkulnya. "Kami tahu kau pasti sangat kesepian," kata wanita itu.

"Lalu?"

"Kami ingin mengajakmu untuk bersenang-senang. Bagaimana?" tanya Farah dengan mata berbinar.

"Ikut saja, Rey. Lagipula sekarang kau bebas. Iya 'kan teman-teman?" tambah Indah yang langsung diangguki setuju oleh kedua temannya.

Bebas.

Rey bahkan tidak tahu definisi bebas dalam hidupnya. Sejak ia sudah legal untuk masuk ke dalam kelab malam, setidaknya sekali seminggu dia akan pergi bersama ketiga wanita itu. Bukankah bisa dikatakan jika Rey memang sudah bebas sejak dulu? Entahlah. Wanita dengan mata bulat itu tidak ingin memikirkannya.

"Kurasa kalian benar. Aku akan ikut," jawab Rey membuat ketiga wanita itu bersorak gembira.

"Baiklah. Aku akan menjemputmu pukul delapan malam nanti. See you!" pamit Sinta diikuti kedua temannya meninggalkan Rey yang sepertinya akan melanjutkan acara tidurnya.

***

Pakaian ketat berwarna hitam dengan potongan terbuka di dada menjadi pilihan Rey. Gaun itu pun hanya menutupi seperdua pahanya. Tak lupa ia mengenakan heels berwarna senada membuat penampilannya semakin sempurna. Atau justru sangat nakal. Rey lebih suka kata yang kedua. Entah apa yang merasuki gadis itu. Baju yang dia beli beberapa bulan lalu dan dia sudah mengatakan tidak akan mengenakannya sampai kapan pun kini justru membalut tubuhnya dengan sempurna.

Make up tipis menghiasi wajah cantiknya. Sekarang hanya tinggal menunggu Sinta dan teman-temannya datang.

Panjang umur. Suara klakson dari mobil yang dikendarai ketiga gadis itu sudah terparkir dengan epik di depan rumah Rey. Wanita itu buru-buru keluar untuk menemui mereka.

"Wow! Apakah ini sungguh Reyna?" tanya Farah terlihat begitu takjub.

"Menurutmu?" tanya Rey berpose sok cantik di depan mereka.

"Kau terlihat sangat seksi, Rey," kata Sinta.

"Kau benar sekali, Sinta. Aku sampai pangling," tambah Farah.

Jujur saja ini pertama kalinya mereka melihat Rey begitu berani pada pakaiannya. Selama ini mereka hanya melihat Rey dengan balutan pakaian casual bermerek dengan harga mahal, bahkan saat mereka ke kelab namun malam ini, mereka sebagai wanita saja begitu takjub. Ternyata Rey bisa mengenakan pakaian yang menunjukkan tubuhnya dengan sempurna.

"Tolong hentikan itu! Aku tidak akan mau jika kalian sampai jatuh cinta padaku," canda Rey membuat mereka semua tertawa.

"Ayo cepat masuk! Pesta akan segera dimulai," ucap Farah membuka pintu agar Rey bisa masuk.

Mobil itu pun melaju dengan kecepatan sedang membela jalan raya Alatha yang tidak begitu padat.

Rey disambut dengan suara musik yang terasa memekakkan telinga. Bau alkohol serta rokok pun menyeruak begitu kuat.

"Siap untuk berpesta?" tanya Sinta pada teman-temannya.

"Tentu saja!!!" teriak Farah dan Indah bersamaan.

Rey hanya menatap datar ketiga temannya yang sudah mulai masuk ke dalam kerumunan. Wanita itu lebih memilih untuk minum dulu. Bukan alkohol karena Rey sendiri punya toleransi rendah pada minuman yang terasa membakar tenggorokan itu.

"Tolong berikan aku segelas soda!" ujar Rey sedikit meninggikan suaranya karena suara musik yang sangat keras.

"Aku juga!"

Rey menoleh. Seorang pria dengan kemeja hitam dan jeans biru duduk di samping Rey.

"Hai!" sapa pria itu.

Rey tersenyum tipis. "Hai!"

"Adit," kata pria itu mengulurkan tangannya.

"Reyna," balas Rey menjabat tangan pria itu.

"Tidak ikut berpesta?" tanya Adit tak ingin pembicaraan mereka hanya berakhir dengan perkenalan.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Hanya tidak ingin," jawab Rey pelan.

"Ada dua tipe orang yang datang kemari. Tipe pertama mereka memang ingin bersenang-senang. Tipe kedua karena tak ingin merasa kesepian," kata Adit membuat Rey menatapnya.

"Menurutmu aku tipe kedua?"

Adit menggidikkan bahunya. "Entahlah. Hanya kau yang tahu."

"Ck!" Rey mendengus pelan. Sial pria itu membuatnya kesal saja. Apakah wajah Rey begitu menyedihkan hingga pria itu bisa menebak dengan benar?

"Silakan menikmati!" ujar bartender meletakkan dua gelas soda. Dengan cepat Rey meneguk minuman itu hingga setengahnya.

"Hei! Pelan-pelan saja," kata Adit.

Rey meletakkan gelasnya dengan kasar di atas meja. Menoleh menatap Adit. Pria itu cukup tampan.

"Ingin berpesta denganku?" tanya Rey.

Adit yang seakan diberi lampu hijau mengulurkan tangannya. "Tentu. Aku tidak mungkin bisa menolak ajakan dari gadis secantik dirimu."

Rey tersenyum manis mengikuti langkah Adit menuju lantai dansa. Tubuh kecil itu meliuk dengan bebas di depan Adit. Tak lupa wanita itu juga tersenyum nakal. Tak sampai di situ, Rey juga sesekali memberikan belaian erotis yang membuat tubuh Adit bergetar.

Sial! Gerakannya membuatku tegang. Batin Adit merasa panas pada tubuhnya.

Adit mendekatkan tubuhnya ke arah Rey. Tujuan utamanya adalah bibir ranum wanita itu. Namun dengan cepat Rey menghindar.

"Kenapa?" tanya Adit.

"Kau tidak akan puas jika kita lakukan di sini," jawab Rey berbisik intens.

"Haruskah kita menyewa hotel?"

Wow! Penampilan pria itu bisa saja terlihat seperti pria baik-baik tapi ternyata dia tetaplah pria normal. Seorang pria yang tidak mungkin menolak ajakan seorang wanita. Apalagi berkaitan dengan saling memuaskan di atas ranjang.

"Ikut denganku!" kata Rey berjalan lebih dulu menjauhi area kerumunan.

Mereka sekarang berada di lorong ruangan kamar VIP. Adit yang memang sudah tidak sabar untuk menjamah tubuh Rey langsung menghimpit tubuh kecil itu ke dinding.

"Hei! Pelan-pelan saja," bisik Rey mengulang ucapan Adit tadi.

Adit terkekeh. "Kau sangat menggoda, Sayang. Mana mungkin aku bisa menahannya?"

Rey membelai wajah Adit yang terasa sedikit kasar karena bulu-bulu halus yang tumbuh di sana.

"Kalau begitu ... ayo kita lakukan."

Hanya berselang tiga detik bibir itu akhirnya saling bertautan dengan panas. Rey benar-benar sudah tidak peduli lagi jika harus melepas apa yang selama ini dia jaga pada pria asing itu. Yang dia inginkan hanya melepas segala beban yang ada dalam hati dan pikirannya dengan cara paling nikmat.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 49

    Sampai Rey meninggalkannya sendirian di sana Anita terus berpikir. Apakah sungguh sikapnya kekanak-kanakan karena cemburu pada Julian? Bagi Anita itu bukan cemburu, dia hanya sedikit posesif terhadap apa yang dimilikinya.Anita hanya punya Julian. Tidak ada yang lain lagi. Bukankah wajar Anita bersikap demikian? Namun dia juga tidak menampik apa yang dikatakan Rey benar.Anita menginginkan anak itu dan tidak seharusnya dia egois seperti ini. Sekarang sudah tidak ada penghalang lagi. Janin--calon anak Anggun--yang sempat menjadi rasa takut terbesar Anita kini telah tiada. Kini Anita bisa memimpin permainan jika Rey benar-benar bisa hamil secepatnya.Wanita itu tersenyum manis sebelum memutuskan untuk bangkit dari sana menuju kamarnya. Kali ini dia tidak akan membiarkan kesempatannya terbuang sia-sia.***Pukul delapan malam Julian tiba di rumah. Anita yang sejak tadi sudah menunggunya menyambut pria itu dengan senyuman hangat. Di sana juga ada Rey yang sedang menikmati cemilan seraya m

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 48

    Selalu berada di pihak Anita. Hal itu sudah Julian janjikan sejak dulu. Lalu sekarang hanya karena seorang Reyna Anindira, Julian akan mengingkari janjinya?Tidak. Julian tidak akan membiarkan hal itu terjadi. Anita benar. Rey hanya seorang wanita yang dia jadikan istri untuk melahirkan anak mereka. Tidak lebih dari itu. Julian tidak perlu memperlakukan wanita itu istimewa.Setelah itu Julian benar-benar berubah pada Rey. Jika setiap pagi sebelum berangkat ke kantor Julian akan menawari tumpangan maka mulai hari ini dia membiarkan Rey berangkat sendirian dengan berbagai alasan yang dia pikirkan dari semalam."Aku ada rapat pagi ini. Maaf tidak bisa mengantarmu."Atau...."Anita ingin berkunjung ke kantor jadi aku harus menunggunya dan mungkin itu bisa membuatmu terlambat."Dan masih banyak lagi alasan yang lain yang membuat Rey tak tahu harus berbuat apa. Dan hal itu terjadi berulang kali membuat Rey semakin kesal. Wanita itu tahu jika Julian sedang berusaha menghindarinya. Siapa lag

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 47

    Julian tersenyum tipis mengingat kenangan pertama kali dia datang di keluarga Artemio. Ajakan Anita untuk bermain dengannya malam itu berakhir dia menjadi teman baik wanita itu. Tak hanya menjadi teman baik, bahkan Julian diberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan bersama Anita. Tuan Artemio itu sangat baik. Sungguh. Karena sudi menolong anak seperti Julian. Sebenarnya Tuan Artemio pun punya alasan sendiri kenapa dia menolong Julian. Pertama, karena Julian memiliki bakat yang besar yang sayang jika tidak dikembangkan. Kedua, karena Tuan Artemio punya permintaan khusus yang hanya Julian yang bisa melakukannya.Saat itu Julian merasa sangat beruntung seperti dewa Portuna sedang bersamanya. Namun hal itu tak ingin Julian dapatkan dengan cuma-cuma. Pria kecil itu bersih beras ingin diberi pekerjaan oleh Tuan Artemio."Aku ingin kau menjaga Anita," kata Tuan Artemio membuat kedua alis Julian saling bertaut. Dan itulah alasan kedua Tuan Artemio menolong Julian."Menjaga Anita?" Julian

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 46

    "Dia anak yang baik dan cerdas," ujar pria itu sambil menatap seorang anak laki-laki berusia sekitar tiga belas tahun yang berjarak lumayan jauh darinya. Anak itu sedang bekerja seperti orang dewasa kebanyakan di pabrik itu. Pria itu kembali menatap lawan bicaranya. "Hanya saja kurang beruntung. Dia lahir dari sepasang pria dan wanita yang tak menginginkannya membuat ia tumbuh besar di panti asuhan.""Lalu kenapa dia bisa berakhir di sini?" tanya lawan bicara pria tadi merasa penasaran."Dia ingin mendapatkan uang dari hasil kerja kerasnya. Itulah yang anak itu katakan padaku saat pertama kali datang kemari."Pria dengan potongan rambut yang hampir gundul itu menghela napas berat sebelum melanjutkan kembali ucapannya. "Sebenarnya aku tidak ingin mempekerjakan dia di sini. Jika sampai ada orang yang tahu aku mempekerjakan anak di bawah umur, aku pasti akan dihukum namun aku juga kasihan pada anak itu."Masih teringat jelas olehnya saat anak laki-la

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 45

    Rey terbangun saat hari sudah mulai sore. Efek obat yang dia minum sungguh luar biasa. Mampu membuatnya tertidur seharian. Rasa sakit pada kepala wanita itu juga sudah mulai mendingan. Wanita itu memperhatikan keadaan sekitar dengan mata yang masih sayu. Dia sendirian di sana, lalu kemana Julian? Bukankah pria itu mengatakan ingin menjaga Rey? Ada sedikit perasaan kecewa karena Rey tak melihat Julian saat pertama kali membuka matanya. Namun hal itu tidak berlangsung lama."Rey, kau mau ke mana?" tanya Julian yang baru saja datang dengan nampan di tangannya. Perasaan Rey membuncah gembira. Wanita itu menyandarkan tubuhnya di kepala tempat tidur. Menunggu Julian duduk di depannya."Aku baru saja ingin mencarimu." Jawaban untuk pertanyaan Julian tadi.Pria itu tersenyum kecil lalu menyodorkan nampan yang dia bawa tadi pada Rey. "Makanlah! Kau pasti lapar."Rey menganggukkan kepala. Kemudian mulai menyantap bubur ayam yang dibawa Julian untu

  • Sebatas Istri Bayaran   Chapter 44

    Saat kembali ke rumah Rey memilih mengurung diri di dalam kamarnya. Lagi pula di rumah besar itu tidak ada siapa-siapa saat dia datang. Bisa dia tebak suaminya sedang bersenang-senang bersama istri pertamanya meninggalkan Rey sendirian dalam kekacauan."Sial!" Mengingat itu Rey merasa kesal dan marah sendiri.Wanita itu beranjak dari tempat tidur. Ingin membersihkan diri dan pikirannya. Rey merendam tubuhnya yang telanjang ke dalam bathtub yang berisi air hangat. Rasanya nyaman sekali. Ditambah aroma terapi yang menyeruak dari lilin yang dia bakar tadi. Segalanya sempurna. Kenyamanan yang membuat Rey sedikit melupakan kegundahan hatinya.Di tengah Rey menikmati kegiatan itu, samar terdengar pintu kamarnya diketuk. Rey tidak memperdulikan hal itu dan kembali larut menikmati sensasi air hangat yang menyelimuti tubuhnya. Hingga pintu kamar mandi yang memang Rey sengaja tidak menguncinya terbuka. Wanita itu terlonjak kaget menatap sosok yang juga tengah menata

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status