Share

04. Membuka Celah

Bagi Danial, menikahi Liya adalah bagian dari kebutuhan bisnis keluarganya semata dan memenuhi keinginan orang tuanya. Liya bukanlah anak yang berasal dari keluarga sembarangan, Ayah nya merupakan seorang Duta Besar, sementara Mama nya seorang Dokter Bedah. Dua keluarga Konglomerat itu sangat sempurna untuk menyatu dan memperkuat bisnis mereka. Tanpa memberi kesempatan Danial untuk berpendapat, pria itu dipaksa untuk meminang hidup seorang gadis dari keluarga petinggi negara, Liya Katresa.

"Sidney?"

Liya mengangguk. Ia baru saja membicarakan tentang keinginannya mengambil gelar profesor di Sidney, Australia.

"Kenapa kau baru membicarakannya sekarang? Apa Mama sudah tau hal ini?" tanya Danial, Liya menggelengkan kepalanya.

Danial membuang napa samar, seharusnya masalah seperti ini Liya bicarakan sebelum mereka menikah. Kalau tau akan begini Gracia pasti tidak akan menikahinya dengan Liya. Karena Gracia mencari wanita yang dapat memberikan Danial keturunan dalam waktu secepat mungkin. Jika Liya akan melanjutkan studinya, wanita itu pasti memiliki niat untuk menunda memiliki anak.

"Apa kau keberatan?" tanya Liya, bibir wanita itu mempout melihat ekspresi Danial yang terlihat tidak suka dengan keinginan. "Apa kau akan melarangku untuk pergi?" sambung Liya cemas.

Danial menggeleng singkat. "Aku tidak masalah. Tapi, bagaimana dengan anak? apa kau tidak ingin memiliki anak setelah ini?"

Senyuman tipis berkibar di bibir ranum Liya, seakan memberikan sinyal ke suaminya untuk tidak mengkhawatirkan hal tersebut.

"Kita tidak perlu menundanya. Aku siap kapan saja untuk mengandung anakmu. Studiku tidak akan menjadi penghalang."

"Tapi kau pasti akan kerepotan jika kuliah saat sedang hamil."

Liya menggeleng, kedua tangannya melingkar di leher Danial kemudian memajukan wajahnya lebih dekat dengan rupa suaminya yang tampan itu. "Tenang saja, aku pasti bisa."

"Kalau begitu, aku juga memiliki permintaan."

Liya mengangkat kedua alisnya, ia menjauhkan wajahnya guna mendengarkan apa permintaan Danial.

"Apa itu? Katakan saja!"

"Aku ingin pindah ke Bandung dan mengambil posisi Direktur di kantor cabang Aktaraja."

* * *

Wanita cantik dengan coat coklat itu terlihat cemas, ia melirik arlojinya sebanyak lima kali dalam waktu dua menit. Diantara ramainya suasana airport sore ini, hanya wanita itu yang duduk menunggu sendirian bersama tas kecil di atas pangkuan. Dia Liya, gelisah menunggu kedatangan Danial sementara jarum jam terus berputar mendekati waktu keberangkatan pesawat yang akan membawanya melintasi negara lain.

Belum puas dengan beberapa gelar yang berhasil ia sandang di umur yang terbilang muda. Kini Liya memiliki ambisi untuk mengejar gelar profesor di kampus bergengsi, tepatnya di Sidney. Tak peduli meski baru satu bulan yang lalu ia mendapat status barunya sebagai seorang istri. Nyatanya, ambisi wanita itu lebih tinggi dari pada rasa tanggung jawab nya sebagai wanita yang telah bersuami.

"Liya,"

Mendengar namanya dipanggil, Liya praktis mendongak. Wanita cantik itu lantas tersenyum dan bangkit dari duduknya saat melihat kehadiran Danial.

"Maaf membuatmu menunggu lama," ujar Danial seraya memeluk sekilas tubuh ramping Liya.

"Tidak apa-apa. Aku mengerti kau sedang sibuk."

Danial tersenyum simpul. Ia menggenggam tangan mungil Liya dan mengajak istrinya itu untuk duduk kembali kalau saja suara pengumuman keberangkatan pesawat ke Sidney tidak mengintrupsi interaksi pasangan itu.

"Sepertinya aku harus segera pergi," kata Liya. Meski sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi momen ini sejak minggu lalu, tetap saja rasanya sangat berat saat menjalaninya secara langsung. Dada Liya terasa sesak karena setelah ini ia akan berpisah ribuan jarak dengan suaminya tercinta.

"Ternyata, rasanya lebih berat dari yang aku bayangkan." sambung Liya, kepalanya menunduk dalam, tak ingin memperlihatkan kesedihannya di hadapan Danial saat ini.

Danial menghembuskan napas, kemudian ia mengambil langkah untuk membawa Liya ke dalam dekapan hangatnya.

Merasa sudah cukup tenang, Liya menarik diri dari pelukan Danial. Namun mereka tetap mempertahankan jarak wajahnya yang hanya selembar kertas, bahkan Liya dapat merasakan hembusan napas hangat Danial yang menyapu kulit wajahnya.

Tangan Danial bergerak, membelai wajah putih nan mulus milik sang istri. Saat ini, mereka saling memandang tanpa berujar kata seakan tatapan mata mereka yang berbicara. Sejak memasuki usia remaja, Danial menyadari kalau Liya adalah gadis yang cantik, belum lagi kepintaran yang dia miliki selalu membuat Danial kagum padanya. Wanita itu sempurna luar dan dalam serta latar belakang. Tetapi, Liya tidak pernah bisa membuat Danial tertarik. Meski semasa sekolah Liya selalu menonjol dari menjadi center berkat kecantikan dan kecerdasannya.

"Kembalilah dengan selamat, Li."

Tidak memiliki perasaan kepada Liya bukan berarti Danial harus memperlakukan istrinya itu dengan buruk, bukan? Danial mengenal Liya selama separuh umurnya di dunia, menurutnya sangat tidak dewasa jika ia memperlakukan Liya dengan buruk hanya karena wanita itu terpaksa menjadi istrinya.

Danial hanya melaksanakan kewajibannya sebagai seorang suami, masalah mencintainya atau tidak itu bukan sebuah keharusan untuknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status