Home / Romansa / Selingkuh di Dunia Maya / 6. Bertemu Adik Ipar

Share

6. Bertemu Adik Ipar

Author: Sooya
last update Last Updated: 2022-02-26 12:31:03

“Mama ... Mama ....”

Weni yang tengah tertidur, terbangun oleh suara kecil dan guncangan tangan kecil Rena di lengannya. Dengan mata yang masih berat, Weni mencoba membuka matanya.

“Ah ...,” rintih Weni saat merasakan pipinya yang sedikit perih.

Ia dengan berat hati mendudukkan tubuhnya dan menutup pipi yang terasa sakit dengan tangan dinginnya. Weni baru ingat apa yang terjadi semalam.

Matanya yang bengkak dan rambut yang berantakan, terpantul dari kaca meja rias di hadapannya. Weni menghela napas berat dan beranjak dari duduknya.

“Rena tunggu sini ya, Mama ke kamar mandi dulu.”

Weni mencoba tersenyum perlahan karena sudut bibirnya terasa sakit. Namun tangan kecil Rena justru mencegahnya, ia menunjuk ponsel yang berada di atas kasurnya.

“Itu, bunyi ....” Rena mencoba menjelaskan bahwa ponsel Weni terus berbunyi.

Weni dengan sigap mengambil ponselnya dan melihat yang di maksud Rena. Benar saja panggilan tak terjawab dan beberapa pesan muncul saat aplikasi yang digunakannya di buka.

Weni terkejut saat melihat semua telepon dan pesan di kirim oleh Hajoon. Belum sempat dirinya membalas salah satu pesan tersebut, panggilan video masuk dan tidak sengaja terangkat olehnya.

“Ada apa dengan wajahmu?”

Hajoon yang berada di seberang panggilan video langsung bertanya saat panggilan tersambung. Weni yang lupa akan kondisinya dengan segera menutup panggilan dan segera merapikan dirinya.

Beberapa kali panggilan kembali masuk, tapi Weni mengabaikannya dan memilih untuk merias dirinya. Ia merasa malu bila Hajoon tahu apa yang dilakukan Haris padanya.

“Rena lapar?” tanya Weni dengan tangan yang sibuk menutupi lukanya.

Rena mengangguk pasti dengan mata yang tak lepas dari mainannya. Weni menggendong Rena, setelah mengirim pesan singkat pada Hajoon.

‘Rena lapar, aku akan menelepon balik nanti.’

Begitulah isi pesan Weni, yang berakhir ponselnya ia lempar ke kasur. Dirinya hari ini malas untuk masak, jadi memutuskan untuk membeli makanan di luar.

“Mama, makan ayam.”

Rena menunjuk sebuah etalase ayam crispy yang biasa di belinya, tentu Weni kini bisa menyanggupinya.

“Mas, beli dua sama nasi ya.” Weni berbicara pada penjual ayam crispy tersebut.

“Saus atau sambal geprek Mbak Wen?” tanya si Mas-nya.

“Satu saus tomat, satu sambal Mas.” Weni mengeluarkan uang dan menaruhnya di etalase. “Mbak Linda mana?” tanya Weni melihat sekeliling dan tak menemukan Istri dari penjual ayam tersebut.

“Linda lagi pergi ke pasar,” jawabnya.

Weni hanya mengangguk mengerti. “Terima kasih ya Mas,” ucap Weni saat menerima kembalian.

“Sama-sama.”

“Mama, mau es.” Rena meronta untuk turun dan berlari ke warung yang kebetulan menjual es krim.

Weni hanya bisa menggeleng dan tak lama tersenyum, ia mengejar Rena yang sudah sibuk menggapai pintu chiller es krim.

“Rena mau yang mana?” tanya Weni seraya menggendong Rena kembali.

“Itu,” jawab Rena penuh semangat.

“Tumben keluar Mbak?” Suara yang sangat dikenal Weni, cukup mengejutkannya. Dengan segera ia menoleh ke arah suara tersebut.

“Kayla,” sebut Weni.

“Tante Kai,” seru Rena senang.

Kayla Darmawan atau biasa dipanggil Kay adalah Adik kandung Haris. Rumah kedua orang tua Haris tak terlalu jauh dari rumahnya, jadi sesekali pasti mereka akan bertemu.

Weni sendiri jarang datang ke rumah keluarga Haris, itu karena permintaan dari keluarganya. Mereka sangat terang-terangan menunjukkan ke tidak sukaannya pada Weni, jadi Weni hanya bisa menurut.

“Rena beli apa?” Kayla menyambut Rena yang minta di gendongnya.

“Es,” jawab Rena penuh semangat.

“Sudah makan?” Rena menggeleng saat Kayla kembali bertanya. “Mbak gimana sih? Mbak mau buat Rena sakit?” omel Kayla di hadapan beberapa orang yang juga ingin berbelanja.

Weni terdiam, ia ingin sekali menjawab apa yang dikatakan Kayla. Namun dirinya sangat tahu, apa yang akan terjadi bila dirinya menjawab.

“Kalau bisa, Rena suruh makan dulu Mbak Weni. Lagi pula sekarang cuca sedang tidak bersahabat, salah-salah nanti malah Anaknya sakit.”

Salah satu Ibu-ibu yang sedang berbelanja, melontarkan pendapatnya yang diikuti anggukan beberapa orang. Kayla tersenyum dan memeluk erat Rena, seakan menunjukkan rasa kasihannya.

“Saya ....”

“Mama pulang, Lena mau makan.” Rena mencoba menggapai Weni, melepaskan pelukannya pada Kayla.

Weni dengan senang hati menyambut Rena, hanya saja Kayla kembali menarik Rena ke pelukannya. Weni dan Rena terkejut bersamaan.

“Rena ikut Tante saja, kebetulan Tante habis bikin puding coklat kesukaan Rena.” Kayla mencoba membujuk Rena. “Nenek juga masak sup kesukaan Rena,” lanjutnya.

“Ikut!” seru Rena semangat.

“Mbak, Rena aku bawa ya.” Kayla meminta izin pada Weni.

Weni yang ditanya, mau tak mau mengangguk. Pasalnya semua orang yang berada di sekitar sudah berbisik-bisik, mengatakan dirinya tidak becus mengurus Anak.

Tak butuh waktu lama, Kayla dan Rena sudah pergi meninggalkan warung dengan motor meninggalkan Weni yang masih di pandang aneh.

“Lain kali masak makanan yang sehat, Mbak.” Seorang wanita lainnya, menyindir Weni.

Weni kembali tidak menggubrisnya dan memilih untuk mengambil beberapa es krim, membayarnya lalu pergi.

Sepanjang perjalanan dirinya merasa kesal, ingin sekali menimpali ucapan orang-orang tersebut. Hanya saja dirinya benar-benar lelah, ada banyak hal lain yang harus di pikirannya.

“Ngomong-ngomong urusan, aku lupa harus mengabari dia.” Weni menepuk keningnya dan berlari menuju rumahnya, tanpa memedulikan sekitarnya.

Sesampainya di rumah, ia segera mengambil ponsel dan mendapati banyak panggilan tak terjawab. Nomor itu bukanlah milik Hajoon, melainkan dari Bianca.

Weni sedikit mengabaikan panggilan tersebut dan membuka aplikasi chatting. Beruntung Hajoon tidak membombardir panggilan dan pesan lagi.

Ia pun melakukan panggilan video Dengan Hajoon, tidak lupa menggunakan earphone. Ia tak mau seseorang akan mendengar suara Hajoon.

Tidak butuh waktu lama, Hajoon mengangkat panggilan videonya. Terlihat Hajoon yang memakai setelan jas, menatap ke arah yang berbeda beberapa kali.

“Apa kamu sedang sibuk?” tanya Weni.

“Beri waktu aku lima menit, jangan tutup panggilannya.” Hajoon menatap layar dan mematikan microphone nya, membuat Weni tak bisa mendengar suara di sana.

Hajoon terlihat tengah menerima beberapa berkas, menandatanganinya dan kembali menyerahkan berkas tersebut pada seseorang di hadapannya.

“Maaf, ada beberapa pekerjaan yang harus aku kerjakan.” Hajoon melonggarkan dasinya dan sedikit merebahkan tubuhnya di kursi kerjanya yang terlihat nyaman. “Di mana Rena?” tanya Hajoon menatap layar dengan seksama.

“Dia bersama Adikku, tadi tidak sengaja bertemu di jalan.”

“Apa dia sudah makan?” tanya Hajoon kembali.

Weni hanya bisa tersenyum kecil, ia sangat suka saat Hajoon perhatian seperti sekarang. “Kamu sendiri sudah makan belum?” balas Weni sedikit menyindir.

Hajoon menggeser ponselnya sedikit menjauh dan menjatuhkan dagunya di atas meja dengan tumpuan kedua tangannya. “Aku malas makan,” ucapnya sedikit lesu.

“Sayangku harus makan, aku tidak mau kamu sakit.” Weni mengubah suaranya sedikit manja. “Kamu ....”

Belum sempat Weni menyelesaikan kalimatnya, ia terkejut dengan pergerakan tiba-tiba Hajoon. Posisinya yang sedikit menunduk kini duduk tegak, bahkan ponselnya ia ambil dan dekatkan.

“Kenapa wajahmu terluka tadi? Apa pria itu melakukan hal yang tidak baik padamu?” tanya Hajoon dengan wajah yang terlihat marah.

“Aku jatuh dan menabrak tembok, jadi ....”

“Itu bukan luka kamu terbentur, itu seperti luka pukulan atau tamparan.” Hajoon tidak mudah untuk dikelabui. “Katakan dengan jujur!” tegasnya yang membuat Weni justru terdiam.

Weni tanpa sadar menangis, melimpahkan segala perasaannya di hadapan Hajoon. Ia tak mengatakan apa pun dan hanya terus menangis.

Hajoon sendiri dengan perhatian menunggu Weni berhenti menangis, perasaannya entah mengapa terasa ikut sakit saat melihat Weni menangis.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Selingkuh di Dunia Maya   71. Tamu Tak di Undang

    Weni terbangun dengan cukup kaget, mengingat kamar yang semula terlihat gelap kini sangat terang. Tangannya segera meraba nakas, mencari keberadaan ponselnya untuk mengetahui jam berapa sekarang.Namun tak lama pergerakannya tertahan, ada tangan besar yang kini menariknya untuk kembali tidur. Bahkan tangan itu kini memeluknya erat dengan balutan selimut tebal.“Kamu tidak bekerja?” tanya Weni menyerah saat tubuh hangat sang pemilik tangan kini bisa ia rasakan.“Aku ambil cuti hari ini.”“Bukannya kamu sedang banyak pekerjaan?” Weni melepaskan pelukan sang pria, membalik tubuhnya dan menatap pria yang selalu membuatnya terpesona itu. “Aku Ngga mau kamu sering mengabaikan pekerjaan karena aku,” tutur Weni memegang wajah tampan kekasihnya, Hajoon.Hajoon tersenyum, ia menghilang di dekapan Weni. Menghirup wangi tubuh Weni yang tembus oleh selimut tebal yang melilit tubuh kecil wanitanya. Rasanya sudah la

  • Selingkuh di Dunia Maya   70. Sebuah Kebenaran

    Weni menatap ruangan yang cukup sepi saat siang hari, Rena tengah tertidur siang dan ia baru saja menyelesaikan pekerjaan rumahnya. Tak banyak yang dilakukan di kediaman Hajoon karena ada seorang Wanita paruh baya yang membantunya pada pagi hari dan ia akan menyelesaikannya sisanya.Bahkan kegiatan berbenah sangat mudah karena ada alat-alat yang cukup canggih untuk membersihkan rumah. Weni cukup sedikit kesulitan pada awal pengoperasian alat-alat canggih itu, beruntung Wanita paruh baya yang Bernama Bibi Jang sangat membantunya, meski mereka berbicara dengan Bahasa Korea yang minim.“Apa yang harus aku lakukan lagi?” gumam Weni menyalakan Televisi di hadapannya.Beruntung saluran TV tidak hanya berbahasa Korea, banyak penayangan film luar dan acara-acara yang berbahasa Inggris. Weni sedikit terhibur, hanya saja tetap ada rasa bosan tersendiri untuknya.Hal itu terus berulang sampai tak terasa sudah seminggu lamanya ia berada di negeri orang. Hal yang sangat menghibur bagi Weni ada

  • Selingkuh di Dunia Maya   69. Dunia Hajoon

    Weni menatap wanita bak bidadari tepat di hadapannya, wanita dengan wajah yang kecil dan cantik. Kulit putih bersih, bibir yang tipis, rambut sebahu yang indah terurai.Bahkan saat wanita itu mendekat wangi lembut semerbak mengisi indra penciuman Weni. Semua kepercayaan diri Weni hancur luluh lantah tepat di saat wanita itu duduk di dekatnya.“Maaf membuatmu terkejut akan kehadiranku,” ucap Yerim untuk membuka pembicaraan di antara mereka.Weni tak menjawab, ia bingung, kesal, marah, rendah hati, dan merasa minder. Semua perasaan itu akan meledak, andai Weni membuka mulutnya. Ia menahan segalanya, berharap masih bisa mempertahankan harga dirinya.Weni sepenuhnya tahu bahwa dirinyalah yang salah, ia yang berselingkuh. Weni bisa merasakan posisi Yerim, karena belum lama itu adalah posisinya.“Aku dan Hajoon bertunangan bukan karena cinta.” Yerim cukup fasih dengan bahas Inggris, jadi Weni bisa mengerti ucapannya. “Kami bertunangan karena aku sakit, Hajoon menerimanya begitu saja. Tapi s

  • Selingkuh di Dunia Maya   68. Hari Pertama

    Weni menatap langit yang berbeda dari langit yang biasa menemani hidupnya selama ini. Udara yang cukup dingin menerpa wajahnya, memberikan kesejukan yang berbeda.“Mamah, ini dimana?”Weni berjongkok dan memakaikan syal pada leher Rena agar anak semata wayangnya itu tak sakit dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba. “Kita sedang berada di negara yang Bernama Korea Selatan,” jawab Weni.“Apa?”Rena menatap tak mengerti, ia bahkan sedikit mengernyitkan keningnya karena tak mengerti. Namun belum sempat Weni kembali menjelaskan, tangan besar nan kokoh sudah mengambil alih Rena darinya dan menggendong tubuh kecil Rena dengan erat.“Rena sekarang ada di tempat Om dilahirkan.” Hajoon menjelaskan dengan singkat dan di terima dengan cepat oleh Rena. “Apa Rena senang berada di tempat kelahiran Om?” tanya Hajoon dengan membawa Rena dan Weni ke sebuah mobil yang terparkir.Mereka masuk ke dalam mobil yang cukup bagus, bahkan saat masuk ke dalamnya Weni bisa merasakan kemewahan mobil itu. Bahkan so

  • Selingkuh di Dunia Maya   67. Keputusan

    Weni menghembuskan napasnya dalam, melangkahkan kakinya dengan pasti. Setelah ia keluar dari gedung tempatnya berada, kehidupan dan status baru kini di sandangnya.‘Janda’Ya, kini statusnya berubah dari seorang ‘Istri’ menjadi seseorang ‘janda’. Wanita yang telah bercerai dengan suaminya secara sah.Pengadilan memutuskan menerima gugatannya, begitu juga hak asuh sepenuhnya menjadi miliknya. Weni cukup merasa puas, meski ada rasa yang sedikit tertinggal kala semua diputuskan.Wajah Haris yang ia pikir akan sedikit menyesal, justru menunjukkan rasa senangnya. Bahkan salam perpisahan dengan menjabat tangan dilakukannya dengan senang hati.“Sudah selesai?”Suara berat yang kini lebih banyak menyita pikirannya, sukses membuat Weni terkejut. Bahkan ia terlihat seperti baru saja bertemu hantu.Pria tinggi nan tampan dengan gagahnya berdiri di hadapan Weni, ia seakan menanti kehadiran Weni sejak tadi. Bahkan wajah sang pria seakan menunggu kepastian yang sudah beberapa bulan ini di t

  • Selingkuh di Dunia Maya   66. Sebuah Pilihan

    Weni yang tak menau isi perjanjian ikut terkejut. Matanya kini teralihkan menatap pengacara wanita di sampingnya, dirinya juga butuh penjelasan.“Setelah bercerai, semua hubungan akan terputus baik dengan Istri atau Anak.” Pengacara itu berbicara dengan tegas, Weni dan Haris menatap dengan penuh penolakan. “Hal ini dimaksudkan agar tidak ada ancaman yang akan merugikan pihak mana pun.”“Wah, aku tidak tahu kalau kamu segila ini.” Haris menatap Weni dengan rendah. “Kamu dengan teganya memisahkan seorang Anak dan Ayah,” sindir Haris.“Aku ....” Weni merasa bersalah.“Baiklah, lagi pula ini semua menguntungkanku. Aku juga bisa memiliki anak lainnya dari kekasihku.” Dengan yakin Haris menandatangani surat itu, yang membuat kekecewaan besar pada hati Weni. “Ini, aku kembalikan.”Haris mengeluarkan ponsel di sakunya dan menaruh di meja, ponsel yang ia ambil untuk bisa menghubungi Hajoon. “Urus semua hingga tuntas, aku tidak mau mengeluarkan sedikit pun uang.”“Kamu benar-benar menerima uan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status