Elegi Cinta Raisa

Elegi Cinta Raisa

Oleh:  Haris Fayadh  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
24 Peringkat
57Bab
4.5KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Ada beberapa faktor kenapa Raisa menerima pinangan Kun. Pertama, sebab kecewa pada pria yang sudah dua tahun menjadi kekasihnya, Pras. Pria itu dikabarkan melakukan tindakan asusila pada seorang gadis. Kedua, mengikuti keinginan sang bapak untuk menikah dengan Kun. Ketiga, di samping terkenal dengan perangainya yang ramah, Kun dianggap satu-satunya orang yang dapat menolong bapak Raisa dari lilitan hutang yang harus segera lunas dalam waktu dekat. Namun, siapa sangka menikah dengan Kun adalah pilihan yang sangat keliru. Raisa dinikahi pria tersebut atas nafsu belaka. Penderitaan Raisa berlipat saat dirinya ternyata mengidap penyakit langka Vaginismus yang membuat Kun benci karena birahinya tidak dapat tersalurkan.

Lihat lebih banyak
Elegi Cinta Raisa Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
heri saputra
udah tamat rupanya, keren Thor
2021-10-03 13:38:25
1
user avatar
Dito Adimia
mantap kak
2021-09-11 16:49:06
1
user avatar
Haris Fayadh
Baca ya, dijamin seru
2021-09-09 05:56:24
0
user avatar
RENA ARIANA
lanjutt ya
2021-09-08 20:49:48
1
user avatar
Li Na
Semangaat kak, salam dari Gadis yang Ternoda
2021-09-08 19:54:56
1
user avatar
Cynthia ES
Semangat kaakk
2021-09-08 13:26:08
1
user avatar
Neeta suyatno
Wah keren kak, lanjuutt
2021-09-08 11:18:39
1
user avatar
Neeta suyatno
Waaah, suka banget sama alurnya...next dong
2021-09-08 10:59:53
1
user avatar
Novi Aprilia
keren! lanjut!
2021-09-08 10:43:45
1
user avatar
Gadis Cantik
whaatt?? penyakit apa itu?? aku langsung browsing dooonggg.... tenyata itu penyakit yang sangat menyakitkan bagi wanita. Huuuffftttt
2021-09-07 22:55:53
1
user avatar
Evhae Naffae
keren kak, lanjuut dan semangatt ya .........
2021-09-07 21:30:38
1
user avatar
Evhae Naffae
Keren kak, lanjut dan semangat ya .........
2021-09-07 21:22:15
1
user avatar
Ana Sh
Semangat Kak...
2021-09-07 19:50:12
1
user avatar
Novica Ayu
Penulisan ceritanya rapi. Penasaran dengan kisah Raisa dan Kun selanjutnya...
2021-09-07 17:44:11
0
user avatar
Neeta suyatno
Lanjut thor..menarik
2021-09-07 14:49:10
1
  • 1
  • 2
57 Bab
Bermula dari Utang Bapak
“Kamu mau kuliah di mana, Raisa?”Raisa yang sedang membaca artikel pada layar ponsel, mendongak. Gadis itu tidak segera menjawab pertanyaan Sulaiman—bapaknya. Bukan tidak setuju dengan keinginan sang bapak. Bukan. Hanya saja, banyak hal yang harus dipertimbangkan secara matang, terutama masalah finansial. Mereka hanya keluarga biasa dengan level ekonomi menengah ke bawah. Belum lagi, kabarnya sekolah di universitas memerlukan biaya yang tidak sedikit. Bapaknya tidak akan mempu membiayai jika hanya dengan pekerjaannya yang serabutan.“Raisa mau kerja saja, Pak.” Gadis itu berkata ragu. Meskipun keinginannya untuk melanjutkan belajar begitu kuat. Akan tetapi, Raisa tidak akan tega jika harus membiarkan bapaknya bekerja lebih keras lagi untuk membiayainya kuliah. Lagipula, Sulaiman sudah tidak muda lagi, seharusnya dirinya membantu meringankan beban orangtua satu-satunya itu.Kebanyakan teman-teman Raisa di desanya tidak
Baca selengkapnya
Perjanjian
Mata Sulaiman membulat melihat uang seratus juta teronggok di atas meja. Bukan pertama kali dia melihat uang sebanyak itu, tetapi dia merasa tidak percaya bahwa Kun ternyata tidak main-main dengan ucapannya tadi malam. Terbetik rasa penasaran dalam benakya bagaimana mungkin Kun bisa dengan mudahnya meminjamkan uang padanya yang terhitung orang miskin? Bagaimana kalau ia tidak mampu mengembalikannya? Bagaimana kalau ...."Ini, Pak Sulaiman, silahkan diambil."Sekali lagi, Sulaiman menatap Kun dengan tatapan penuh terima kasih sekaligus bingung hendak berkata apa."Ta-tapi saya tidak bisa berjanji kapan bisa mengembalikannya, Pak Kun," ucap Sulaiman terbata.Kun tertawa kecil demi mendapatkan lelaki didepannya berkata ragu."Pak Sulaiman tidak perlu mengembalikannya."Terkesiap Sulaiman mendapati Kun berbicara demikian. Matanya membelalak tidak percaya."Maksud ... Pak Kun?" tanya Sulaiman dengan dahi mengkerut."Bapak tida
Baca selengkapnya
Hari Pernikahan
Raisa tidak membalas setiap pesan yang masuk ke dalam gawainya, membacanya pun tidak. Pun panggilan-panggilan dari lelaki itu dibiarkannya berakhir begitu saja. Seminggu terakhir, Raisa telah menyiapkan segenap jiwa raganya untuk menghadapi hari pernikahannya dengan Kun yang terbilang cukup tergesa. Berlalu tujuh hari, pernikahan itu akan dilaksanakan beberapa menit lagi, dirumahnya, dengan cara yang sangat sederhana. Hanya akan dihadiri oleh penghulu, dua saksi, dan beberapa keluarga dekat serta tetua kampung.Untuk kesekian kalinya, gawainya bergetar. Hatinya kian dongkol, untuk apa lelaki yang bersamanya dua tahun terakhir itu kembali meneleponnya? Untuk apa laki-laki yang telah menorehkan luka di hatinya itu kembali memasuki kehidupannya? Untuk apa ....Raisa menarik napas dalam-dalam. Mungkin jika ia mengatakan bahwa akan menikah hari ini lelaki itu berhenti mengganggunya. Melupakan semua omong kosong yang sempat membuat Raisa menaruh harap padanya. G
Baca selengkapnya
Bukan Malam Pertama
Kun menurunkan Raisa di depan pintu kamar. Perempuan itu kembali dibuat takjub saat melihat ke dalam kamar yang luasnya hampir menyerupai luas rumahnya di desa. Setelah tubuh keduanya berada di dalam, Kun bergegas menarik Raisa menuju ranjang empuk dan mendorongnya dengan kasar. Kun tidak dapat lagi menguasai nafsunya yang memburu.“Mas, aku capek. Nanti saja, ya.”Terlihat Kun tidak peduli dengan ucapan Raisa. Dadanya yang sudah terbuka, terlihat turun naik menahan gejolak birahi yang memberontak. Maka, pasrah adalah pilihan satu-satunya yang bisa Raisa lakukan. Toh, dirinya sudah menjadi milik Kun seutuhnya, baiknya dia juga menikmati surga dunia yang banyak dibicarakan orang-orang.Ketika ritual foreplay baru saja dimulai, Kun dibuat kesal oleh suara dering ponsel yang melengking dari dalam tas kecil Raisa.Kun mendengkus kesal, “Sial!”Pria yang sudah bertelanjang dada itu bangkit dan bergegas merogoh ponsel yang terus m
Baca selengkapnya
Pras yang Malang
 Sepanjang jalan taxi online yang ditumpangi Pras lengang, hanya terdengar deru halus dari mesin mobil. Sesekali driver melirik kaca spion kecil di atas kepalanya, mencari tahu apa sebab laki-laki di bangku belakang terlihat sedih.Pras menatap keluar, menyapu kampung halaman yang tidak banyak berubah sejak setahun lalu. Hanya perubahan-perubahan kecil seperti tanah-tanah kosong yang sudah mulai ditanami bangunan-bangunan dengan folding gate. Sepertinya orang-orang desa sudah mulai berpikir maju dengan mendirikan ruko-ruko kecil sebagai tempat usaha, pikirnya.“Pak ... Pak, berhenti sebentar.” Pras meminta driver untuk menghentikan mobil ketika berada di depan rumah Sulaiman. Dia memasang mata dengan seksama, memperhatikan setiap jengkal halaman dan rumah tua itu. Pras memicingkan mata, benaknya mulai menduga-duga bahwa Raisa telah berbohong jika telah menikah, sebab Pras tidak melihat tanda-tanda diadakannya pesta pernikahan.“Ini
Baca selengkapnya
Pria Paruh Baya di Kamar
Kun yang ingin melangkah ke dalam terpaksa urung setelah melihat Raisa tengah berdiri di samping tembok pembatas teras. Entah sejak kapan Raisa berada disitu? Keterkejutan jelas berjejak di mata Kun yang membulat.  “Raisa!” Kun terlonjak. Mendapati ekspresi Kun, Raisa mengernyit bingung. “Kenapa, Mas? Kok, seperti lihat hantu gitu?” Kun mengembuskan napas pelan saat tidak melihat gurat curiga dari wajah sang istri. Ia menyunggingkan senyum, keterkejutannya seketika menghilang. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. “Em, tidak.” Kun mengangkat bahu. Lalu pandangan Raisa beralih pada sosok wanita yang berada di belakang Kun. Kepalanya dijubeli tanda tanya saat wanita itu terlihat habis menangis. Kun memutar kepalanya kebelakang. “Sayang, perkenalkan dia Delila.” Kun menunjuk Delila yang mematung dengan wajah datar. Raisa melangkah mendekat sambil tersenyum, meskipun rasa heran masih menggantung di wajahnya, bertanya-tanya kenap
Baca selengkapnya
Suara Aneh di Kamar Sebelah
“Pakai ini!”Kun melemparkan sepotong lingerie di depan Raisa yang sedang mengotak-atik ponselnya. Raisa mengernyit melihat pakaian aneh itu, pakaian yang tidak pernah terbayangkan untuk dikenakannya.“Apa ini, Mas?”“Aku ingin kamu mengenakannya setiap akan tidur.” Kun duduk di dekat Raisa seraya menjulurkan tangan untuk menyentuh wajah lembut perempuan itu. Namun, Raisa mengelak saat tangan itu tinggal beberapa senti dari pipinya. Senyum manis Kun seketika menguncup, menandakan bahwa dia tidak suka dengan sikap Raisa.“Aku ... aku tidak biasa pakai itu, Mas.”“Makanya harus dibiasakan mulai sekarang. Kamu akan terlihat cantik dengan pakaian itu, Sayang.” Kun tersenyum genit. Matanya yang tajam menatap lamat-lamat Raisa. Nafasnya mulai memburu menahan gejolak nafsu. Dada Raisa berdegup kencang saat nafas Kun menyapu wajahnya.“Cepatlah, Sayang. Aku tidak bisa menunggu lebih l
Baca selengkapnya
Rahasia Kun
Raisa segera melangkah menuju kamarnya setelah memberikan teh tawar pada Sanjaya, mertuanya. Dengan perasaan bimbang, perempuan itu meniti satu-persatu tangga menuju lantai dua. Perempuan itu berhenti di depan kamar, kembali mengingat suara erangan, baju Delila yang kancing bagian atasnya tidak terpasang, serta tingkahnya yang gugup saat bertemu Raisa. Apa mungkin Kun ... ah, Raisa segera menepis pikiran itu untuk kesekian kalinya.Perempuan itu mulai membuka pintu kamar dan masuk. Alangkah leganya saat matanya menangkap Kun tengah berbaring di atas kasur sambil memainkan ponsel. Sejak kapan Kun berada di dalam kamar? Ah, itu tidak penting. Yang penting saat ini adalah dugaan-dugaan negatif yang sejak tadi menderanya tidak benar-benar terjadi.“Mas ke mana?”“Aku?”“Iya. Siapa lagi? Memangnya aku bicara dengan siapa lagi?”Kun mengernyit, menatap sang istri lamat-lamat.“Bukannya aku ada
Baca selengkapnya
Kemana Kun?
Raisa mengirimi Kun pesan WhatsApp. [Mas, pulang kan hari ini?] Sudah beberapa hari Kun tidak pulang. Benak Raisa tentu saja meraba-raba sebab apa Kun mulai berubah menjadi tidak acuh dan seolah menjauhinya. Suami mana yang tidak kecewa karena sang isteri tidak bisa memuaskan kebutuhan biologisnya. Setengah bulan sudah mereka menikah, tapi Raisa masih seperti gadis perawan ketika berhubungan badan. Raisa tidak bisa berpura-pura baik-baik saja ketika rasa sakit mendera, sehingga membuat Kun selalu keluar kamar meninggalkan Raisa dengan perasaan kesal.Kun memang hanya izin bekerja sebelum pergi, tapi pekerjaan apa yang membuatnya tidak bisa pulang hingga tiga hari?[Tidak tahu]Raisa kembali menahan sakit saat membaca pesan Kun. Bukan hanya karena Kun tidak akan pulang lagi, tapi karena pesannya terlihat yang sangat cuek. Terlepas dari itu, Raisa sudah menyadari bahwa perubahan Kun sedikit banyak disebabkan oleh dirinya yang
Baca selengkapnya
Bertemu Pras
Dering ponsel membuat tidur Kun terusik. Siapa yang pagi-pagi begini meneleponnya? Dengan susah payah Kun meraih ponsel yang terus melengking memekakkan telinganya. Dia menggeser tombol berwarna hijau tanpa melihat siapa yang sedang menelepon.“Halo?” seru Kun dengan suara serak.“Halo. Mas, kamu di mana?”Ketika mendengar suara perempuan di ujung telepon, Kun melebarkan jarak ponsel dari telinganya, menatap layarnya dengan mata terpicing. Ah, Delila. Kun mendesah malas.“Ada apa?”“Mas jangan mengelak terus. Aku mohon, Mas. Perutku semakin hari semakin membesar. Kapan Mas akan menikahiku?” Dari seberang telepon suara Delila terdengar mengiba. Namun, Kun benar-benar terganggu dengan telepon dari perempuan itu, apalagi dengan topik yang kontan membuat kepala Kun berdenyut.“Aku sudah berkali-kali bilang sama kamu, Delila, aku pasti bertanggung jawab. Tapi tidak sekarang. Aku s
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status