Share

SUAMI PERHITUNGAN

Author: Sri_Eahyuni
last update Last Updated: 2024-03-29 16:23:41

Kipas angin tergelatak di lantai, dan terlihat ada dua kaki yang bergerak. Mira segera menghampiri lalu mengambil kipas yang ternyata menimpa tubuh mungil Celin.

"Ya Allah, Celin, kenapa bisa begini. Apa yang sudah kamu lakuin, Nak."

Seperti inilah ada saja tingkah Celin yang selalu membuat Mira was-was dan tak bisa meninggalkannya dengan tenang. Entah apa yang di lakukan putrinya sehingga kipas yang berdiri di samping televisi itu bisa ambruk menghantam tubuh Celin.

Mira menggendong Celin dan membawanya ke dalam kamar, ia baringkan tubuh mungil itu di atas ranjang. Mira membiarkan Celin menangis kejer, walau tak tega ia harus segera mencari baju ganti dan memakai daster yang tak ribet.

"Mira, kenapa Celin nangis nggak diam-diam sih. Pasti habis jatuh lagi kan, kamu ngurus satu anak saja enggak becus selalu saja jatuh dan jatuh terus!!" omel bu Fatma. Ia nyelonong masuk begitu saja ke dalam kamar Mira, dan untungnya Mira sudah selesai memakai baju.

"Maaf 'Bu, tadi aku mandi sebentar, Celin malah jatuh tertimpa kipas angin," balas Mira segera menggendong Celin.

"Astaga jam segini kamu baru mandi. Sudah berapa kali Ibu bilang sama kamu kalau magrib-mangrib itu jangan mandi apalagi ninggalin anak sendiri, PAMALI. Bebal banget kamu di bilangin, kalau sudah begini susah sendiri kan, lalu di mana Irfan enggak mungkin kan dia belum pulang?" ujar Bu Fatma dengan nada tinggi. Wanita paruh baya itu selalu merasa benar dengan apa yang di ucapnya, ia merasa geram saat sang menantu tak pernah mendengar perintahnya.

"Habis pulang kerja bang Irfan keluar lagi, 'Bu," balas Mira dengan datar. Di dalam kamar yang tak begitu luas ia sibuk menenangkan Celin agar tangisnya segera mereda.

"Ya jelas dia pergi lagi, di rumah pasti dia bosan karena kamu tidak bisa memanjakannya. Makanya jadi istri itu yang pinter memanjakan suami biar suami betah di rumah dan enggak suka jajan di luar. Sebelum Irfan pulang kerja harusnya kamu tuh udah mandi, dandan yang cantik untuk menyambut suami pulang. Jadi suami tuh seneng lihat pemandangan yang segar bukan yang kucel dekil kayak kamu!" ucap Bu Fatma. Ia melenggang pergi begitu saja dan justru membela putranya tanpa mau membantu Mira menenangkan cucunya.

Hati Mira terasa perih dengan semua hinaan itu namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain diam pasrah dan menerima.

**

Keesokan paginya saat Irfan belum bangun, dengan ragu Mira membangunkannya untuk meminta uang. Ia harus segera membeli gas agar bisa memasak, segala ocehan yang akan keluar dari bibir Irfan sudah siap Mira terima.

"Bang, minta uang buat beli gas," ujar Mira.

"Hmm, perasaan beli gas baru satu minggu yang lalu masa udah habis. Memangnya kamu masak apa sih kok boros banget, kalau masak itu jangan boros-boros biar gasnya enggak cepat habis." Dengan suara serak khas bangun tidur Irfan mengomel panjang lebar padahal pertanyaan sang istri sangat singkat.

"Nih, jangan lupa kembaliannya dibalikin. Jangan korupsi," ujar Irfan. Ia menyodorkan uang pecahan lima puluh ribu yang diambilnya dari dompet yang berada di atas nakas samping ranjang.

Mira segera mengambilnya dan berlalu menuju ke warung. Dalam perjalanan ia terus menggerutu, "Bagaimana bisa lelaki itu mengatakan bahwa beli gas baru seminggu padahal beli gas sudah dua minggu yang lalu. Terus gas disuruh menghemat bagaimana bisa coba!"

Kebutuhan rumah seperti gas, galon, token listrik, peralatan mandi, semua sudah di tanggung oleh Irfan. Mira hanya diberi nafkah lima belas ribu sehari untuk kebutuhan dapur, Irfan sama sekali tak mau tahu bagaimana saat bumbu-bumbu lainnya sedang habis.

Terlalu berbakti, setelah membeli gas isi ulang Mira segera pulang tanpa ingin membeli yang lainnya.

"Mana kembaliannya?" tanya Irfan. Ia duduk di teras saat melihat sang istri sudah kembali dari warung langsung menanyakan uang sisa. Saat itu juga Mira segera memberikan kembaliannya.

"Heh kamu jangan coba-coba korupsi ya, Dek. Gas itu harganya dua puluh lima ribu harusnya kembaliannya dua puluh lima ribu juga. Kamu korupsi lima ribu ya cepet kembalikan yang lima ribu," pinta Irfan dengan tatapan marah.

"Harga gas naik, Bang, jadi tiga puluh ribu," balas Mira kesal.

Irfan menuduh sang istri korupsi lima ribu, segitu perhitungannya kah dia.

"Kamu jangan coba-coba bohongi aku, Dek, aku enggak percaya," ujar Irfan. Ia memeriksa semua saku daster Mira, bahkan sampai tega membukanya di depan rumah. Ia berpikir istrinya menyembunyikan di dalam ke**luan.

Beruntung saat Irfan membuka pakaian Mira tak ada orang yang lewat, andai saja ada seseorang yang melihat tindakan Irfan, Mira akan merasa sangat malu.

"Stop, Bang! Ini di depan rumah kalau ada orang yang lewat bagaimana, bisa-bisanya Abang membuka aurat istri sendiri di luar," decap Mira dengan marah juga.

Mira yang menahan kesal segera meninggalkan Irfan sendiri, ia harus segera masak membuat sarapan sebelum putrinya terbangun.

"Jangan lupa kopinya, Dek," teriak Irfan yang masih bisa Mira dengar.

Mira tak menjawab, tanpa Irfan meminta pun ia sudah hapal dengan kebiasaan sang suami. Kopi sudah siap dan sarapan sudah matang Mira segera sarapan terlebih dahulu karena dari kemarin ia belum sempat makan.

Sehabis sarapan Mira merasakan badannya yang terasa pegal serta kepala pusing akibat kurang tidur membuat ia memutuskan untuk berjemur terlebih dahalu.

Semalam Celin demam dan menangis terus, walau sudah diberi obat parasetamol tetapi demamnya tak kunjung mereda membuat Mira begadang. Irfan baru pulang sekitar jam dua, sesampai di rumah dirinya pun langsung tertidur tanpa mau tahu betapa lelahnya Mira. Celin baru tidur sekitar jam empat membuat kepalanya terasa cenat-cenut.

"Maafin Bunda ya, Sayang. Kamu pasti kelaparan dan capek, semoga dengan hadirmu Ayah bisa berubah sayang dengan kita," gumam Mira sembari meraba-raba perutnya yang mulai buncit.

Ya, selain mempunyai balita ia juga tengah mengandung buah hati mereka yang kedua. Usia kandungan Mira empat bulan jalan lima bulan. Itulah yang membuat dirinya cepat lelah dan merasa pusing.

"Enak sekali ya, pagi-pagi sudah nyantai aja!"

Mira sudah hapal dengan suara itu, ia memilih untuk tak meladeni dan tetap menatap sinar matahari yang masih malu-malu menampakkan sinarnya.

Putri, Kakak Irfan itu merasa kesal karena diabaikan adik iparnya. Mereka tinggal satu desa namun berbeda Rt. Wanita berambut sebahu dan dandanan yang sedikit menor menatap benci ke arah Mira. Ia tak suka melihat Amira sedikit bersantai, ia akan merasa puas kalau Amira menderita dan tersiksa.

"Tuan putri jam segini ya sudah nyantai, rumah kayak kandang ya dibiarin aja. Kasihan sekali adikku punya istri tak tahu diri, bisanya cuma tiduran dan bermalas-malasan. Minta dilempar ke laut aja istri macam begitu," ucap Putri lagi dengan tangan bersedakap di dada serta wajah yang nampak angkuh.

Mira membuka mata dan menatap Putri yang tersenyum meremehkan. Kedua wanita itu memang tak pernah akur sejak pertama kali bertemu.

"Nggak usah nyindir-nyindir deh, Mbak, aku udah bangun dari sebelum subuh dan beres-beres rumah waktu semua orang masih tertidur. Selama ini aku selalu diam saja saat dihina dan ditindas namun mulai sekarang aku akan membalas perbuatan kalian, aku tidak sudi kalian injak-injak terus!" balas Mira dengan tegas dan tatapan yang tajam.

Amira berusaha mengumpulkan keberanian untuk membalas cacian sang kakak ipar meski baginya itu tidak mudah.

"Aku yakin, pasti bisa melawan mereka. Selama ini aku diam bukan berarti takut, tetapi aku menghormati mereka. Namun justru mereka menginjak-injak diriku seperti tak ada artinya. Kamu pasti bisa, Mira, ayo lawan orang-orang picik itu!" batin Amira meronta-ronta. Putri dan Mira sudah siap berperang di pagi hari yang cerah.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Part Ending

    "Raka, kamu beneran ngasih ini semuanya buat kami?" tanya Amira setelah ia melihat mas kawin yang diberikan suaminya."Iya, Mir. Semuanya buat kalian, dan masih banyak lagi yang akan aku berikan buat kalian salah salah satunya kasih sayang," balas Raka."Masya Allah, Raka. Aku enggak meminta harta yang berlimpah, aku hanya meminta kasih sayang dan tanggung jawabmu, tetapi kenapa kamu memberiku sebanyak ini. Dari mana kamu dapatkan ini, Rak? Bahkan kamu bisa menyiapkan semuanya sebaik ini. Apa jangan-jangan kamu keluarga Sultan?" tanya Amira dengan kedua mata yang berkaca-kaca.Setelah selesai akad mereka naik ke atas panggung untuk sesi pemotretan dan lainnya."Iya, semua yang mengurus orang-orangku dari Bali. Hartaku di Bali sangat berlimpah dan aku yakin tidak akan habis di makan tujuh belas turunan. Kamu jangan ngomong kayak gitu, kamu dan anak-anak segalanya untukku. Jadi milikku juga jadi milikmu," ucap Raka menghapus air mata Amira yang mulai berjatuhan."Jangan nangis, Mir. Nan

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Ikatan Baru

    Hari Minggu yang dinanti akhirnya tiba. Di sebuah ruangan dengan cermin besar berhias lampu, Amira duduk tenang, matanya menatap pantulan wajah yang perlahan berubah semakin memukau di tangan MUA terbaik yang telah dipilih oleh anak buah Raka. Jemarinya yang halus menyentuh gaun yang menjuntai indah, seolah merasakan kehangatan hari istimewa yang sudah di depan mata.Sementara itu, di sudut lain ruangan, Celine, putrinya yang ceria, tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Gadis kecil itu duduk dengan riang saat dirinya dipakaikan gaun yang membuatnya tampak seperti seorang putri dari negeri dongeng. Senyumnya mengembang, matanya berbinar, membayangkan momen di mana ia akan berjalan di samping Amira, dan akhirnya, memiliki seorang ayah. Hari ini bukan hanya hari untuk Amira, tapi juga untuk Celine, yang merasa dunia kecilnya kini lengkap dan penuh cinta.Jantung Amira berdegup semakin cepat seiring waktu berlalu. Pernikahan kali ini terasa jauh lebih mendebarkan dibandingkan sebelumnya

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Amira Mendapat Cemoohan

    Pikiran Raka melayang-layang di dalam kecemasan, keluarganya di Bali, terutama Ajik dan Biyang—ayah dan ibunya, punya pandangan yang sangat tradisional tentang pernikahan. Status Amira sebagai seorang janda membuat segalanya terasa lebih sulit.“Halo, Bli. Saya sudah menyampaikan pesan kepada Ajik dan Biyang,” suara Pak Wayan terdengar dari seberang sana, tenang namun sedikit berat.Raka terdiam sejenak, mencoba meredakan degup jantungnya yang semakin cepat. “Bagaimana keputusan mereka, Pak?” tanyanya, tak mampu menyembunyikan kegugupannya.Di seberang telepon, Pak Wayan terdiam beberapa saat. Keheningan itu semakin membuat Raka gelisah. Ia tahu betul betapa keras kepala keluarganya dalam urusan pernikahan. Seandainya Amira tidak mendapat restu hanya karena statusnya, ia sudah bertekad tidak akan pernah kembali ke Bali—tanah kelahirannya yang selama ini ia jaga dalam hati.“Ajik dan Biyang setuju, Bli,” akhirnya Pak Wayan berbicara, suaranya terdengar lebih ringan. “Mereka sudah meres

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Cahaya Di Tengah Perjuangan

    Amira menarik napas dalam-dalam. Rasa haru memenuhi dadanya. Setiap kata yang diucapkan Raka menyentuh hatinya, meski keraguan masih bergelayut di pikirannya. Dengan Bismillah, ia akhirnya berkata, "Iya. Aku."Raka tersenyum lebar, matanya berbinar penuh kegembiraan. "Alhamdulillah, terima kasih, Mira. Terima kasih sudah mau menerimaku. Jujur, aku merasa hidupku kembali berwarna sejak bertemu kamu."Amira tersenyum tipis, "Aku juga bersyukur bisa ketemu sama kamu." Mereka saling tersenyum dan menatap satu sama lain, seakan-akan dunia di sekitar mereka menghilang. Hanya ada mereka berdua, tenggelam dalam keheningan yang penuh makna, seolah-olah waktu berhenti dan semua yang mereka butuhkan hanyalah kehadiran satu sama lain."Aku mau kita menikah Minggu depan ya, aku udah enggak sabar ingin menghalalkanmu, Mir," ujar Raka serius."Hah! Kamu beneran? Nikah itu bukan permainan, Rak, kita harus mengurus ini itu dan banyak hal yang harus di urus. Paling tidak dua bulanan lah," balas Amira.

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Keputusan Di Senja Hari

    Setengah jam kemudian mereka sudah sampai di parkiran pelataran gedung bioskop. Mereka berempat akhirnya turun dan masuk ke dalam gedung.Suasana lumayan ramai, kebanyakan pengunjung para muda-mudi dan para keluarga kecil yang ingin mencari hiburan di tempat ini.Raka segera membeli tiket. Setelah itu, tak lupa ia juga membeli cemilan untuk teman mereka nonton sebentar lagi. Kini dua popcorn berukuran jumbo dan empat minuman sudah berada di tangan mereka.Mereka bergegas masuk ke dalam studio yang sebentar lagi akan menayangkan film yang diinginkan Celine dan Kenzo. Mereka langsung mencari tempat duduk yang tadi sudah di pesan, tempat duduk di bagian tengah. Lokasi ternyaman di ruangan ini.Mereka berempat duduk di kursi tersebut. Celine dan Kenzo di tengah, Celine di sebelah kiri Raka sedangkan Kenzo di sebelah kanan sang bunda. "Aku udah enggak sabar, Om, nonton filmnya," ujar Celine."Iya, ini sebentar lagi mau di putar. Sabar ya," balas Raka sembari mengusap pucuk kepala Celine d

  • Setelah Tiga Tahun Berpisah    Dalam Dekapan Kebersamaan

    Raka serta Amira dan Kenzo menjemput Celine ke sekolah. Mereka berencana untuk jalan-jalan dan makan bersama. Raka mengendarai mobil Amira menuju sekolahan Celine. Raka memutar kemudi perlahan, lalu menepikan mobil di bawah bayangan pohon besar yang menaungi gerbang sekolah. Cuaca siang itu terasa hangat, namun teduh karena dahan pohon yang melindungi dari teriknya matahari. Amira menghela napas ringan saat melihat anak-anak mulai berlari ke arah gerbang, beberapa diantaranya tersenyum lebar menyambut orang tua mereka. “Kita sudah sampai,” ujar Raka seraya mematikan mesin mobil. Ia memandang sekilas ke arah Amira yang tampak sibuk menatap keluar jendela. "Ya, akhirnya. Semoga Celine segera keluar," jawab Amira sambil membuka pintu mobil. Suaranya terdengar lembut, namun ada sedikit nada kelelahan. Sedangkan Kenzo anteng duduk di kursi barisan kedua sambil makan permen lolipop. Begitu Amira menginjakkan kaki di trotoar, angin segar menyapu wajahnya. Ia memicingkan mata, mencoba me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status