Share

Bab 6

Author: empat2887
last update Last Updated: 2023-02-01 19:33:14

"Iya, Amira, coba kamu ceritakan segamblang mungkin, supaya Ibu dan Bapak mengerti, apa yang membuat kamu malah meninggalkan rumahmu." Ibu menimpali ucapan Bapak dan meminta penjelasan kepadaku.

Aku pun menarik napas, lalu menghembuskannya lagi, sebelum menjawab dan menceritakan permasalahanku.

"Bu, Pak, aku tidak sanggup lagi melanjutkan rumah tangga dengan Mas Romi," terangku, memulai cerita.

"Lho ... memangnya kenapa? Ada permasalahan apa, yang membuat kamu menyerah berumah tangga dengannya? Bukankah Romi orang yang baik? Itu kan pria pilihan kamu, Nak?" tanya Bapak lagi.

Bapak bertanya, sambil memangku dan mengusap kepala Azka, dengan penuh kasih sayang.

"Iya, Nak, dulu kamu lho yang memaksa Ibu dan Bapak untuk merestui pernikahan kalian. Padahal Ibu dan Bapak dulu kurang setuju, dengan pilihan kamu itu," ujar Ibu seakan menyindirku, sebab dulu aku yang ngotot ingin dinikahkan dengan Mas Romi dan menolak lamaran pria pilihan kedua orang tuaku.

"Maafkan Amira ya, Bu, Pak! Amira telah salah memilih, ternyata Mas Romi tidak sesuai dengan ekspektasi Amira. Dia itu ternyata srigala berbulu domba, Bu, Pak," terangku lagi.

"Amira, seharusnya kamu itu tetap mempertahankan rumah tangga kamu. Karena biar bagaimana pun, si Romi itu pilihan kamu lho. Seharusnya kamu tetap bertahan, walau sehebat apa pun ujian rumah tangga kamu," celetuk Mbak Iren.

Ia berkata seenaknya saja, Mbak Iren benar-benar tidak mengerti perasaanku. Aku tidak menyangka, jika ia ternyata menguping pembicaraanku dengan orang tuaku.

"Apa maksud kamu, Mbak? Kok kamu sepertinya nggak suka banget, kalau aku tinggal di rumah ini? Ingat ya, Mbak, sebelum kamu ada disini. Aku yang lebih dulu menempati rumah ini, bahkan aku ikut andil dan menyumbang tenaga, dalam pembangunan rumah ini. Sedangkan kamu apa, kamu hanya tinggal menempati saja, tanpa tau jerih payah kami dalam membuat rumah ini. Jadi ada maupun tidak ada izin dari kamu, aku akan tetap tinggal di rumah ini. Selama Ibu dan Bapak menerima kehadiranku," tuturku panjang lebar.

"Ih kamu ini, kalau diomongin sama orang yang lebih tua, kok ngeyel banget sih!" Mbak Iren tidak terima dengan perkataanku.

"Bukannya begitu, Mbak. Seharusnya Mbak jangan langsung memvonis ini dan itu tentangku, sebelum Mbak tau persis bagaimana duduk persoalannya. Apa sebenarnya Mbak takut karena ada aku di sini, nanti akan merepotkan kamu dan Mas Raka?" tanyaku menelisik wahahnya, mencari kebenaran disana.

Wajah Mbak Iren langsung merah padam, entah karena dia malu, atau karena tersinggung dengan ucapanku. Tapi biarlah, sebab Ipar sombong macam Mbak Iren, memang harus dilawan, jangan dibiarkan saja. Karena bisa makan hati terus jika dibiarkan.

"Sudah ... sudah, kalian berdua jangan malah ribut. Kalian berdua itu seharusnya rukun, sebab kalian itu saudara, walau Iren bukan terlahir dari rahim Ibu," pinta Ibu.

"Iya, Bu," ucapku.

Mbak Iren bukannya menjawab perkataan Ibu, tetapi ia malah berlalu pergi begitu saja. Memang pada dasarnya, dia itu seorang menantu yang tidak ada ahlak. Sehingga ia tidak mempunyai rasa sopan santun terhadap mertua.

"Tuh, Bu, lihat kelakuan Mbak Iren kepadaku, kok gitu banget ya? Jangankan sama aku, sama Ibu dan Bapak saja ia tidak ada hormatnya sama sekali. Ia berkuasa banget di rumah ini, tanpa dia sadar diri, kalau dia itu sedang menumpang disini." Aku menumpahkan unek-unekku di hadapan Ibu.

"Sabar, Nak. Biar bagaimana pun dia itu adalah istri Kakak kamu dan Kakak kamu begitu mencintai istrinya itu. Ibu juga sebenarnya sering banget, tersinggung dengan sikapnya Iren. Tetapi mesti bagaimana lagi, Nak. Sebab Ibu malas meladeni Iren, jika ujung-ujungnya malah ribut," ungkap Ibu.

Ibu mengungkapkan bagaimana mereka ia menghadapi Mbak Iren. Ibu juga malah menyuruhku untuk bersabar, terhadap menantu yang kurang ajar seperti itu.

"Ih, kok Ibu malah mengalah sih. Biar bagaimana pun dia itu telah bertindak tidak sopan, terhadap Ibu dan Bapak. Sekali-kali kalian itu mesti tegas dong, Bu, Pak, terhadap Mbak Iren. Atau ngomong langsung sama Mas Raka, tentang kelakuan istrinya terhadap kalian," saranku.

"Ibu dan Bapak juga sudah mencobanya, Nak. Tapi ternyata sifat Iren itu licik, ia selalu bersikap berbanding terbalik, jika dihadapan Raka. Ia baik banget, jika dihadapan suaminya," terang Ibu lagi.

"Sudahlah, kalian jangan ngomongin dia terus. Nanti dia denger dan malah membuat ulah lagi," tegur Bapak

Setelah mendapat teguran dari Bapak, kami pun berhenti membicarakan perihal Mbak Iren. Kemudian aku pun memberitahu maksud dan tujuanku datang ke rumah Ibu, serta ingin kembali tinggal di rumahnya.

"Bu, Pak, aku telah memergoki Mas Romi sedang berselingkuh dengan temanku Lisa," terangku.

"Apa, Nak, Romi berselingkuh?" tanya Ibu dengan ekspedisi wajah yang begitu kaget.

"Iya, Bu," jelasku.

Bapak dan Ibu begitu terkejut, saat aku memberitahu mereka, tentang kelakuan Mas Romi.

Bersambung ...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 66

    "Pak Romi, kamu kenapa? Kok murung begitu," tanya Mas Rendi."Maafkan aku Pak Rendi, ternyata aku tidak bisa membohongi diriku. Aku ternyata merasa sedih, ketika melihat Amira dimiliki orang lain. Kini aku sadar, bagaimana perasaan Amira waktu itu. Ia pasti merasakan sakit hati, ketika dia mengetahui, kalau aku berhubungan dengan perempuan lain. Apalagi waktu itu kami masih berstatus suami istri. Aku saja sekarang merasa sedih, padahal kami sudah bukan suami istri," sahut Mas Romi mengungkapkan isi hatinya.Ternyata Mas Romi merasa sedih, ketika melihat aku bersanding dengan Mas Rendi. Lagian salah sendiri, kenapa ia dulu malah berselingkuh. Coba saja ia setia, aku juga tidak mungkin meminta cerai darinya. Jadi percuma saja kini ia mau merasakan apa yang aku rasa, sebab semuanya sudah terlambat."Maksud kamu apa, Mas Romi? Kok kamu bicaranya seperti itu sih," tanyaku."Amira, maafkan aku ya! Ternyata aku baru sadar sekarang, setelah kamu pergi meninggalkan aku. Amira, hidup aku hancu

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 65

    "Mas Rendi dan juga Mama Marta, aku memang sudah menimbang, tentang lamaran, yang Mas Rendi utarakan beberapa bulan lalu. Aku sudah memikirkan matang-matang, rentan semua itu. Dan jawabannya ...," ucapku, sengaja menggantung ucapan biar mereka semua penasaran."Terus jawabannya apa, Amira? Ayo jawab jangan bikin Mama penasaran," pinta Bu Marta."Iya, Amira, jawab saja dengan jujur,walapun jawabannya bisa membuatku sakit hati. Aku nggak apa-apa kok nggak akan sakit hati juga," Mas Rendi juga kembali menimpali ucapan Mamanya.Selain Mas Rendi dan juga Bu Marta, orang-orang yang hadir pun ikut berteriak meminta jawaban dariku, termasuk keluargaku. Mereka juga memintaku, supaya segera menjawabnya karena mereka ingin tahu jawabanku tersebut.Raut wajah mereka begitu penasaran, bahkan terlihat menunggu jawaban dariku. Aku yakin jika mereka ingin mendengar jawaban aku tersebut, apakah nanti aku menjawab iya atau tidak, atas permintaan Mas Rendi tersebut."Baiklah, kalau memang kalian pen

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 64

    Aku sebenarnya bukan hanya mendekati Romi, terapi aku juga mengincar pria kaya yang mata keranjang. Hingga Amira melihatku sedang jalan bersama pria lain. Ia pun mengancamku akan membongkar rahasiaku, jika aku membongkar rahasianya yang menyamar menjadi perawat Ibunya Romi.Aku pun menuruti apa maunya Amira, hingga uang yang aku dapat dari Mas Romi pun aku kirim kepadanya. Supaya Amira titip mulut, tetapi ternyata rahasia Amira pun terbongkar. Kini Amira pun tidak lagi bekerja menjadi perawat Ibunya Romi. Apalagi Bu Rahma juga sudah mulai membaik keadaannya.Setelah Amira pergi dari rumah Romi, aku selalu mendesak Romi, supaya ia mau menjadikan aku istrinya. Romi pun akhirnya menuruti permintaanku, aku dinikahi olehnya setelah ia resmi bercerai dengan Amira. Saat akan mengadakan resepsi, aku meminta Romi, supaya ia mengundang mantan istrinya itu.Aku ingin melihat reaksinya Amira, saat aku berada di pelaminan bersama matan suaminya. Tetapi ternyata ia malah membuat kaget semua orang.

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 63

    Bab 40. Pov LisaNamaku Alisa, dan orang-orang biasa memanggil aku Lisa. Aku adalah teman, sekaligus sahabat Amira. Sebenarnya dari semenjak aku kenal dan dekat dengannya, aku itu tidak pernah suka, dengan orang yang bernama Amira. Karena dia itu lebih segalanya dari aku. Ia lebih cantik dan lebih pintar dariku. Amira selalu mendapat lebih dari yang aku dapatkan, baik itu nilai maupun masalah percintaan. Amira selalu saja lebih tinggi dan lebih bagus nasibnya dibanding aku. Sehingga membuat aku menjadi iri kepadanya.Aku ingin mendapatkan, seperti apa yang di miliki oleh Amira. Mungkin kalau masalah nilai aku akan menyerah, sebab otakku tidak sepintar dia. Tetapi kalau masalah cowok, aku juga harus bisa. Walaupun aku tidak secantik dia, tetapi aku mempunyai body yang seksi. Sedangkan Amira kecantikannya selalu ditutupi dengan pakaian, seperti Ibu-Ibu.Dari semenjak sekolah hingga bekerja aku selalu bersamanya. Aku dan Amira bekerja di sebuah perusahaan, tapi Amira beruntung karena

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 62

    Pada saat aku kebingungan, memikirkan cara merawat Ibu. Mbak Nova datang dengan seorang wanita bercadar, ternyata wanita itu ingin melamar kerja menjadi perawat Ibuku. Karena ia sudah profesional, jadi Mbak Nova mematok harga yang tinggi. Akupun menyetujui, asalkan kinerjanya sesuai.Akhirnya si perawat pun mulai bekerja, pada saat hari itu juga. Tapi aku merasa ada yang familiar, dengan caranya si perawat merawat Ibu. Ia sangat persis sekali, dengan caranya Amira merawat Ibu. Tetapi si perawat bilang, kalau cara yang ia lakukan itu pasti sama, dengan cara orang lain, sebab itu perintah dari terapis.Aku pun percaya saja dengan kata-katanya, tetapi pada akhirnya ketahuan juga, kalau si perawat itu adalah Amira. Ia yang menyamar menjadi perawat. Kini aku menyesal, kenapa bisa aku tidak peka dengan semua itu, sehingga Amira yang sedang aku dekati lagi, malah tambak ilfil melihat kelakuanku dengan Lisa. Karena aku sering bermesraan dengan Lisa, di depan matanya sendiri. Setelah penyam

  • Silakan Urus Sendiri Ibumu, Mas!   Bab 61

    Pov Romi"Hallo, Mas Romi, kamu ternyata makan di sini juga ya? Kok sendirian sih, Amiranya nggak di ajak?" tanya Lisa teman istriku, saat aku sedang makan di restauran depan kantorku."Eh kamu, Lisa. Amira nggak bisa ikut, Lisa. Karena Amira sedang mengurus Ibu yang sakit di rumah," jawabku.Aku menjawab apa adanya, kepada teman istriku itu. Tapi ternyata si Lisa malah datang menghampiriku, entah di sengaja atau tidak, kami bisa bertemu di restauran saat ini. Lisa datang dengan gaya berjalannya yang begitu gemulai seperti seorang model, yang sedang berada di atas catwalk.Aku begitu terpana, saat melihat kemolekan tubuh Lisa, yang terpampang nyata dengan memakai baju yang minim bahan. Tapi aku berpura-pura kembali fokus menyantap makanan, yang terhidang di atas meja. Aku kembali mengontrol diri, yang tadi sempat tersihir oleh penampilan Lisa yang aduhai. Sebab istriku Amira tidak pernah berpenampilan seperti ini. Ia selalu berpakaian sar'i, sehingga saat aku melihat penampilan Lis

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status