Share

Bab 5

Penulis: Nainamira
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-12 01:03:22

"Apa? Kau serius? Jadi kita hanya nikah kontrak? Kau tahu ajaran agama nggak sih? Nikah kontrak itu haram hukumnya!"

Nadin menatap lelaki itu dengan serius, tetapi lelaki itu justru menaggapinya dengan acuh tak acuh.

"Menikah kontrak itu haram karena mereka tujuannya hanya untuk berhubungan badan, nah hubungan badan itulah yang haram. Kalau kita kan cuma mencari legalitas hidup bersama, kamar kita juga terpisah, kita buat juga surat perjanjian bahwa kita tidak akan berhubungan badan, bagaimana?"

Nadin hanya mencebikkan bibir, pernikahan macam apa yang akan dia lalui nanti? Sungguh tidak bisa dia bayangkan.

"Mau berhubungan badan atau tidak, setelah pernikahan ini selesai tetap aku yang dirugikan, aku akan menyandang gelar janda, gelar yang sangat kontroversi di kalangan masyarakat."

"Bukan cuma kamu saja yang bergelar janda, aku juga bergelar duda. Percayalah, asal kau masih perawan, masih banyak pria yang berminat denganmu."

Nadin hanya melirik lelaki itu sekilas dengan muka masam, statusnya nanti menjadi seorang istri, tetapi mereka akan hidup masing-masing, bahkan mungkin dia tidak mendapatkan nafkah dari lelaki ini, perjanjian macam apa ini? Mungkin menikah siri dengan om-om dan menjadi simpanan akan lebih menguntungkan daripada menjadi istri bohongan lelaki kere ini.

"Kalau gitu, cari orang lain saja! Aku tidak tertarik menikah bohong-bohongan seperti ini. Coba kau sebut apa keuntunganku melakukan pernikahan ini?"

"Mau masih bilang untung-untungan? Kita hanya kerjasama agar mendapat tempat tinggal, maka pernikahan itu jadi solusinya agar kita tidak digrebek warga. Ekspektasimu jangan terlalu tinggi, apakah kau berharap agar aku menyentuhmu dan menyetubuhimu? Kau saja tidak bisa membangkitkan gairahku sebagai pria, kau bukan seleraku."

Nadin spontan menatap pria itu dengan tatapan tajam, lelaki ini ... Enteng sekali menghinanya?

"Kau pikir, kau dapat membuatku naksir? Kau bahkan tidak masuk kategori ku dalam mencari teman pria, sudah kere, wajah pas-pasan lagi. Apa yang bisa kau banggakan? Nyewa rumah saja kau masih sempat-sempatnya memanfaatkan seorang cewek seperti diriku."

Kini Zaki yang kembali menatap Nadin, keduanya bertatapan dengan pandangan bermusuhan, sejak pertemuannya dengan gadis ini, harga dirinya selalu saja terbanting. Mungkin karena naluri kebencian yang sudah mengakar di dalam diri pemuda itu, maka ketika berbicara dengan Nadin juga selalu ngegas. Tidak bisakah dia membujuk gadis itu dengan cara yang sedikit lembut?

"Sebaiknya kita akhiri pembicaraan yang tidak penting ini, aku pergi. Aku bisa mencari tempat tinggal tanpa bantuanmu." Nadin segera bangkit dari duduknya setelah keduanya terdiam cukup lama.

"Kamu yakin? Bukankah kau sudah diusir dari kost? Kau mau tinggal di mana?" ucap Zaki sambil mencibir meremehkan.

"Bukan urusanmu!"

Nadin bersikap acuh, dia segera pergi dari tempat itu. Namun baru beberapa langkah, lengannya dicekal seseorang.

"Nadin! Tunggu, please. Oke ... Oke ... Kita buat surat perjanjian yang saling menguntungkan, oke? Ayo kita ke dalam, kita rundingkan keuntungan masing-masing. Kau mau jadi gelandangan dan tidur di jalanan?"

Nadin sudah cukup lelah dengan semua ini, lelaki di sebelahnya memang menyebalkan dan membuatnya muak, tetapi dia memang sudah tidak memiliki jalan keluar lagi, dia bangkrut sebangkrut bangkrutnya! Kerjaan tidak punya, kebutuhan terus berjalan, setidaknya dia perlu ruang untuk bernapas, agar bisa menata hidupnya ke depan dengan lebih baik.

****

"Coba kamu baca, kalau setuju segera tanda tangani." Zaki menyodorkan surat yang sudah ditulis tangan dengan rapi ke hadapan Nadin.

Nadin membaca surat perjanjian itu dengan seksama, matanya mengernyit menatap poin demi poin tulisan diatas kertas tersebut.

"Bagaimana? Apa ada yang perlu ditambahkan? Poin pertama, selama kita menikah, kita tidak boleh ada hubungan asmara dengan siapapun, yang kedua, tidak ada kontak fisik diantara kita, kecuali kamu menghendakinya, yang ketiga, biaya sewa rumah dan kebutuhan rumah tangga sehari-hari kita bagi dua. Yang keempat, perjanjian ini berlaku jika kita berdua telah lulus kuliah, jika salah satu belum lulus maka perjanjian masih berlaku, boleh diperpanjang jika kedua belah pihak mencapai kesepakatan baru, bagaimana? Setuju? Cepat tandatangi!"

"Sebentar, ini poin dua apa maksudnya? Tidak ada kontak fisik kecuali jika aku menghendaki, apa maksudmu aku cewek yang kegatelan gitu, menghendaki itu?" 

Zaki malah tersenyum jahil menatap Nadin dengan seringai. Gadis itu semakin menatap tajam ke arahnya, giginya bahkan gemeratuk menahan amarah.

"Nadin ... Nadin ... Kamu ini jangan sok lugulah, sebelum aku memintamu menikah denganmu aku sudah menyelidiki latar belakangmu, kau pernah berpacaran dengan kakak tingkatmu, kan? Hubunganmu bahkan sudah kayak suami istri."

"Hei, apa maksudmu hubunganku sudah seperti suami istri? Kau benar-benar menganggapku cewek murahan, iya?" Nadin sudah benar-benar sewot menghadapi makhluk tengil di hadapannya.

"Please, kalem aja. Gak usah pake marah-marah, kamu itu salah paham, makanya dipahami dong maksud poin kedua itu, maksudnya, kontak fisik bisa terjadi kalau kamu mengijinkan. Kalau nggak, ya nggak ada!"

"Lah, kamu sendiri memangnya mengijinkan?"

"Oh, ya jelas! Siapa sih yang gak mau di kasih rezeki?"

"Ish, Dasar!"

Zaki tertawa lebar melihat rona wajah Nadin yang sudah merah jambu, dengan bibir yang menahan senyuman. Ternyata Nadin cukup manis jika pipinya yang kuning Langsat itu bersemu merah, pantas saja nabi Muhammad  memanggil istrinya Aisyah dengan sebutan Humairah, atau si pipi kemerah-merahan, ternyata memang cantik kalau pipi cewek itu bersemu merah, batin Zaki.

"Ya, sudah. Deal, ya?"

"Deal, ayo tanda tangani!" Zaki segera mengulurkan pena.

Nadin segera menandatangi berkas itu dengan cepat, ternyata Zaki sudah membuat salinannya.

"Ini, satu untukku, satunya kamu yang nyimpan," ujar Zaki.

"Ya, sudah. Ayo kita bayaran rumah, biar aku bisa pindah hari ini," ujar Nadin.

"Ayo, cuma rumah itu kamu tahu sendiri kan? Kondisinya masih berantakan kayak gitu, belum layak untuk ditempati, nanti kita bersihkan dulu baru kamu pindah."

"Tidak apa-apa, bersihkan dulu apa adanya, aku tetap akan pindah hari ini."

"Ya, sudah kalau kamu maunya begitu. Ayo, kita ke parkiran, aku mau ngambil motor."

Setalah sampai parkiran, Nadin benar-benar terpaku, di pikirannya berkata, jika Zaki memang benar-benar mahasiswa tidak mampu. 

"Hei, jadi ini kendaraanmu? Apa ini masih bisa jalan?"

Di parkiran itu, motor Zaki paling jadul dan paling jelek, sebuah motor merk Legenda yang sudah begitu tua, mungkin usia motor itu lebih tua dari usianya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nainamira
lanjutannya mana Thor?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Ekstra part 2

    Extra part 2Pagi yang sama, kenapa kebahagiaan rasanya menguap dalam kehidupannya. Paska cerai dengan Chika, dalam waktu dua bulan Adam langsung dijodohkan oleh ibunya dengan wanita dari kampungnya, dulu perempuan itu adalah murid ibunya yang sangat pintar dan cantik. Tetapi pernikahan itu bagai kutukan bagi Adam, dia sama sekali tidak merasa bahagia. Ayuni, istrinya memang sangat cantik, dia juga berprofesi seorang bidan, sudah pegawai negeri pula. Bertugas di rumah sakit di kota yang sama dengan Adam sekarang, hanya saja kehidupan Adam terasa begitu hambar. Ayuni tidak bisa masak seenak masakan Nadin, wanita itu juga perhitungan dengan uangnya, setiap gaji Adam diperhitungkan dengan seksama tanpa mau uangnya dipakai untuk kebutuhan rumah tangga. Ayuni beranggapan, uang istri hanya untuk untuk istri, sedangkan yang suami sepenuhnya uang istri. Ayuni beralasan jika penghasilannya habis dipakai untuk kebutuhan ibu dan adik-adiknya di kampung, hal itu sebenarnya tidak dimasalahkan ole

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Ektra part 1

    Extra partKeesokan harinya Nuraini, Andini, Arif beserta Bik Sumi dan Mang Karta mengantar Fahmi belanja untuk hantaran dan seserahan untuk melamar Nabila.Sedang Nadin dan Zaki dilarang ikut, mereka menghabiskan waktu dengan putri kecil mereka, tak menyia-nyiakan waktu yang telah hilang selama ini.Para orang tua itu begitu semangat mengantar Fahmi belanja, pasalnya bagi mereka berlima, momen menyiapkan pernikahan putra mereka tidak akan terjadi lagi. Zaki dan Nadin sudah menikah tanpa sepengetahuan mereka, jadi mereka tidak bisa menyalurkan hasrat mengental putra dan putri mereka ke pelaminan.Nuraini pernah mengusulkan agar Zaki dan Nadin mengadakan resepsi, tetapi tetap ditolak oleh keduanya, pasalnya pernikahan mereka sudah setahun lebih, mereka mengatakan bahwa resepsi itu sudah terasa basi.Sepulang mereka masih tetap heboh, berbagai barang mereka kemas sendiri, terutama bik Sumi yang memang punya keahlian mengemas hantaran, dia juga punya usaha catering serta tenda dan dekora

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 181

    Bab 181"Apa? Maksud Papa Arif apa? Apa maksudnya ini?!!" Nadin sedikit berteriak mengatakan semua ini."Nadin, Sayang ... Slowly! Tenang, Sayang ... Tenang, nanti Mas ceritakan sama kamu, Sayang. Tetapi syaratnya kamu harus tenang jangan emosi?" ujar Zaki menenangkan."Jangan nanti! Aku minta sekarang juga kamu ceritakan, Mas."Semua orang terdiam, Zaki juga tidak bisa mengatakan apapun, tiba-tiba tenggorokan nya tercekat, seolah-olah ada yang menyumbatnya."Sebaiknya kita masuk ke rumah dulu. Ayo, Sayang ... Kamu pasti lelah. Kita masuk rumah dulu, ya?" ujar Andini dengan lemah lembut sambil mengusap punggung putrinya."Bik Sumi, tolong buatin mereka minuman segar, ya? Mereka pasti lelah diperjalanan.""Baik, Mbak Andin.""Mbak Nura, mari masuk dulu, Mbak ... Fahmi, ayo ... Ayo, Zak, ajak ibu dan istrimu masuk ke rumah dulu," ujar Andini dengan perkataan yang lembut.Nadin hanya bisa mengikuti ibunya yang sudah mengajak masuk ke rumah. Dengan perlahan dia duduk di sofa ruang keluarga

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 180

    Bab 180"Wow, apakah Bisa Sumi punya bayi? Ya Allah, Alhamdulillah kalau Bi Sumi akhirnya punya anak setelah dua puluh tahun lebih menikah belum diberi buah hati, aku sangat senang!" ujar Nadin dengan wajah sumringah."Nadin!" Biar Sumi langsung memeluk Nadin setelah berlari menyongsongnya. "Bibi! Apa kabar, Bi?" Seru Nadin dengan suasana mengharukan."Baik, Sayang. Bagaimana keadaanmu? Bibi sangat kuatir mendengar kamu ditembak, Nadin. Bibi ingin menjengukmu ke kota provinsi, tetapi Mamang kamu itu, malah darah tingginya kambuh, dia juga terpaksa dirawat, sampai sekarang masih minum obat dari dokter." "Oh ya? Kasihan Mang Karta! Tapi kelihatannya sudah sehat ya, Bi?" Nadin memperhatikan lelaki paruh baya yang tengah menimang-nimang bayi kecil di kedua tangannya."Bibi ... Itu bay____""NADIN! NADIN! NADIIIN!!" Belum juga Nadin menyelesaikan kalimatnya, dari arah pintu namanya dipanggil dengan suara keras menggelar. Seorang wanita berjilbab maroon senada dengan gamisnya berlari ke

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 179

    Bab 179Jam empat sore mereka baru sampai di gerbang kabupaten, suasana pegunungan yang sejuk dan dingin sudah terasa menusuk kulit, Nadin langsung mengenakan switer-nya agar tidak kedinginan, Nuraini bahkan memakai jaket berbulu agar lebih hangat, sedangkan Zaki yang memang memakai kaos panjang masih bisa menahan hawa dingin, Fahmi mengecilkan AC mobil agar hawa dingin di dalam mobil berkurang, lelaki ini sudah mengenakan jaket Levis dari rumah, jadi tidak begitu merasakan udara sore yang menggigit. "Ini masih lama?" tanya Nuraini dengan nada penasaran. "Masih satu jam lagi sampai ke kampung Nadin," jawab Zaki. "Alamnya sangat indah, sebaiknya kamu pikirin untuk membuat resort di sini, potensinya sangat bagus, Zak," ujar Nuraini lagi. "Kalau itu nanti bicarakan dengan om Arif, aku mau fokus mengembangkan Z-Teknologi saja," jawab Zaki dengan malas-malasan. "Itu tenang saja, Bu. Nanti pembangunan resort-nya memakai jasa Adiguna konstruksi saja, langsung saya ACC nanti," jawab Fahm

  • Suami Kontrak Pura-Pura Miskin   Bab 178

    Bab 178Berita penangkapan dan penggrebekan tempat judi ilegal dan aplikasi judi online diberitakan secara nasional. Pemiliknya ternyata orang yang sama, Mustofa Kemal. Seorang pria tua berusia enam puluh tujuh tahun. Polisi bergerak cepat setelah Riswan membuat laporan. Bukan main-main, koneksi Riswan ternyata seorang jenderal kepolisian bintang tiga di Humas mabes polri. Jenderal tersebut memiliki hutang Budi yang cukup besar pada Riswan, baru kali ini Riswan meminta tolong padanya, jadi bagaimana mungkin dia tidak melakukannya dengan tuntas. Bahkan antek-antek Mustofa juga ikut ditangkap,. Salah satunya orang kepolisian juga yang menjadi pelindungnya selama ini. Tak lupa juga Respatih dan Farhan ikut juga ditahan. Tidak main-main ancaman hukuman berlapis akan dikenakan, karena mereka juga terlibat human trafficking dan prostitusi.Zaki yang mendengar berita itu dari siaran langsung di layar televisi di kantornya tersenyum lega. Biarlah dia tidak bisa memenjarakan mereka atas kas

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status