Raja belum ingin membuka matanya yang masih terasa sangat berat. Namun, gedoran pintu membuatnya terus memaksa matanya terbuka. Saat matanya berhasil terbuka sempurna, dia terkejut ketika menyadari tubuhnya dalam keadaan telanjang. Yang membuat lelaki itu makin syok, ternyata dia berada di ranjang yang sama dengan seorang wanita yang menutupi tubuh polosnya hanya dengan sebuah selimut putih."Siapa kau, kenapa ada disini?" tanya Raja terkejut, perempuan itu tertawa mendapatkan pertanyaan dari Raja. Raja bergegas mengutip pakaiannya yang berserakan kemudian dengan cepat ia kembali mengenakan bajunya."Kau amnesia sayang? semalam kau sudah buat aku kewalahan dan sekarang kau malah pura-pura tak ingat."Darah Raja mendidih mendengar jawaban wanita itu, sementara itu fokusnya kembali ke pintu masuk. Pintu berhasil di dobrak, dan Raja kembali dikejutkan melihat beberapa polisi kini memasuki kamar."Ada apa ini?" tanya Raja masih kebingungan."Kami mendapat laporan dari seseorang bahwa peng
"Lihatlah rekaman vidio ini!" ucap Jack kemudian memperlihatkan vidio saat kejadian semalam berlangsung. Tangan Abel mengepal saat melihat vidio itu di putar, begitu juga Ikhsan.Ponsel Ikhsan berdering, ternyata panggilan masuk dari anak buahnya.[Kami kehilangan jejak lelaki tadi. Beberapa mobil tiba-tiba datang mengacaukan fokus kami. Sepertinya lelaki tadi tahu kalau kami sedang mengikutinya.] lapor anak buah Ikhsan.Ikhsan jengkel, kalau saja dia tau lebih awal soal vidio yang Jack tunjukan, Heru pasti sudah bisa di ringkusnya."Segera kembali kesini. Kembali berjaga di sekitar rumah sini!" perintah Ikhsan kemudian mematikan sambungan telepon."Bagaimana, Bang? Apa kata anak buah, abang?" tanya Abel."Heru berhasil lolos dari pantauan mereka. Aku yakin Heru sudah tahu sebelumnya kalau dia sedang diikuti.""Jadi, bagaimana, Bang? Bagaimana kalau dia kembali datang kesini saat kalian tak ada." tanya Abel. Mulai ketakutan."Dia takan bisa masuk ke rumah ini. Aku akan menambah jumlah
Pov Dita"Om, sudah menjenguk Raja?" tanyaku pada Om Damar. Anaknya masuk penjara, sempat-sempatnya dia ngajak ngamar aku di hotel. Gak ada iba-ibanya sama sekali ini orang."Nanti setelah puas di layani kamu, Om baru akan datang nemuin dia." ujarnya mulai melepas kancing-kancing bajunya."Aku ikut ya, Om." rengekku sambil membantunya melepaskan bajunya."Bukan, Om gak ijinin kamu. Tapi hubungan kita bisa terbongkar nanti kalau sampai kamu ikut kesana. Lagian, Om pergi kan sama Jeni, jadi gak mungkin bisalah bawa kamu.""Jeni? siapa dia? setahuku istri Om namanya bukan Jeni.""Iya, dia memang bukan istri, Om. Tapi wanita yang mau Om jodohin dengan Raja." ucap Om Danar. Mendengar Jeni adalah wanita yang akan di jodohkan dengan Raja membuat hatiku seketika panas. Entah kenapa meski sudah berkali-kali mencoba melupakan Raja, aku tetap tak bisa. Bahkan kehadiran Om Damar pun tak bisa menggantikan posisi Raja di hatiku."Kok kamu diam dan cemberut, sih. Gak semangat seperti tadi." tanya Om
Pov Author"Mbak Cantik sekali." ucap Citra pada mantan kakak Iparnya saat selesai di dandani.Hari ini adalah hari pernikahan Abel dan Raja. Dengan mengenakan gaun pengantin berwarna putih, Abel terlihat sangat anggun dan cantik."Benarkah? bukankah make up ini terlihat sangat tebal?" tanya Abel tak percaya diri."Enggak tebal kok, Bel. Hari ini kamu terlihat sangat cantik." sahut Sisil yang sudah sembuh sepenuhnya dari sakitnya."Jangan terlalu memuji gitu, Sil. Aku sangat malu." ucap Abel dengan raut wajah malu."Baru aku yang muji sudah salah tingkah seperti itu kamu, Bel. Bagaimana kalau nanti suamimu yang muji!" kekeh Sisil. Wajah Abel makin memerah menahan malu."Aku lagi gerogi malah kamu ngledek gitu!" bebel Abel yang tak suka mendengar ledekan temannya membuatnya makin gerogi."Mbak mari kita turun, takutnya Mas Raja gak sabar nungguin calon istrinya turun!" ucap Citra menghentikan niat Sisil untuk kembali menggoda sahabatnya."Bener kata Citra, mari kita turun!" sahut Sisil
Mobil Raja telah masuk ke halaman rumahnya. Abel membantu Citra berjalan memasuki rumah Raja."Asalamualaikum, Bu. Kami pulang!" ucap Abel saat masuk ke dalam rumah.Ibu Raja yang mendengar suara Abel langsung keluar dari kamarnya lalu menghampiri Abel."Syukurlah kamu sudah pulang sayang. Kasian kamu harusnya sibuk melayani suami malah di repotkan dengan urusan gadis ini!" ceplosan ibu Raja membuat Citra tersinggung. Namun dia hanya bisa menahan diri agar tidak marah."Enggak apa-apa, Buk. Kami masuk dulu, ya." Abel cepat-cepat menghindar dari ibu mertuanya. Dia takut makin membuat Citra tak enak hati dengan ucapan-ucapan mertuanya.Saat dia meminta izin ingin membawa Citra ke rumah Raja awalnya memang tak di setujui ibu mertuanya namun karena dia terus membujuk wanita itu menjadikan wanita itu tak tega.Ibu mertua Abel sebenarnya orang yang sangat baik. Dia juga sangat menyayangi Abel. Tapi karena Citra adalah adik Putra, mantan suami jahat Abel yang pernah juga berhasil melukai Raj
"Jangan banyak drama kamu, kamu nangis cuma pingin di kasihiani anakku kan?"Citra masih diam di tempat duduknya. Kali ini dia menghentikan tangisnya."Sudahla Buk, kasian Citra!" bela Raja lagi. Ibunya tersenyum kecut mendengar perintah anaknya."Kamu membelanya karena kamu suka di perlakukan seperti itu kan?""Ibu apaan, sih!" Raja mengelak tuduhan ibunya."Kamu lelaki harusnya lebih peka dari ibu. Enggak mungkin kamu enggak tahu wanita ini memperhatikanmu. Kamu pura-pura diam, karena kamu menyukai perlakuan istimewa dari gadis liar ini kan?"Ibu Raja tak tahan lagi melihat anak lelakinya terus membela gadis yang sangat di bencinya.Citra tak tahan, meski dia penasaran dengan jawaban Raja tapi dia memilih pergi meninggalkan ruang makan. Dia berlari ke kamarnya sambil terus menangis."Kita bisa bicarakan ini secara baik-baik, Bu. Tanpa membuat Citra menangis seperti ini!"Ibu Raja makin geram, Raja selalu saja membela Citra."Akan ku adukan hal ini sama Abel biar dia yang akan kasih
Sebelas tahun kemudian...Pov CitraTok...tok...tok.."Mbak Citra, buka pintu!" Suara ketukan pintu dan teriakan seorang tukang kredit berulang-ulang memanggilku. Aku yang bersembunyi di balik tirai kamar paling depan merasa gelisah dan tak tau harus berbuat apa. Suara itu semakin keras membuat anak sulungku Zahra terpaksa membukakan pintu."Ibumu dimana?" tanya Bang Maman tukang kredit alat-alat rumah tangga di kampung ku dengan ketus."Ibu sedang pergi ke pasar!" Jawab Zahra berbohong."Sudah 3kali ibumu tidak ada ketika ditagih, sebenarnya niat bayar atau tidak dia, hah?" bentak bang Maman meninggikan lagi volume suaranya."Maafkan ibu saya, Bang!" ucap Zahra memelas.Deg, tak terasa air mataku jatuh tanpa terencana. Anak seusia Zahra harus terus-terusan berbohong setiap hari hanya untuk melindungiku dari kejaran para penagih hutang. Sungguh aku merasa gagal sebagai seorang ibu."Bilang pada ibumu, Minggu depan dia harus membayar 4 cicilan sekaligus kalau tidak mau rumahnya saya ob
Pov CitraHari demi hari ku lalui tanpa ketenangan, Usiaku yang baru menginjak 31 tahun terlihat jauh lebih tua dibanding teman seusiaku. Ditambah perut buncit dan kenaikan berat badanku secara drastis membuat penampilanku jauh dari kata standar.Tok...tok..tok..Suara ketukan pintu membuatku beranjak dari dapur, kubuka pintu lalu kudapati kejutan yang membuatku senang bercampur sedih. Suamiku pulang dari kota. Ia memberi kejutan pulang sebelum waktunya, aku benar-benar belum siap menerima kepulangannya."Mana sikembar dan Zahra, Dek?" tanyanya tak sabar"Zahra belum pulang sekolah, dan sikembar masih tidur siang, Bang." jawabku sambil membantunya mengangkat kardus bawaannya ke dalam rumah. Bang Noval segera berlari dan mencuci tangannya, dia tidak sabar menunggu Naira dan Naura bangun. Dengan hati-hati dia menggendong Naira dan Naura secara bergantian."Mandi dulu Bang, biar segar!" perintahku sama sekali tak dihiraukan Bang Noval, dia terus menggendong dan mengecup bergantian sikemb