Suamiku Menghilang Setiap MalamBab 16 : Bau BusukAku menggigit bibir dengan berusaha menahan napas, bau busuk ini semakin menusuk hidung. Apa hanya aku yang menciumnya, kenapa Mas Gilhan dan anak-anak santai saja? Semua ini semakin menambah keanehan, aku semakin yakin dan percaya dengan kata-kata Bianca.“Sayang, kamu kenapa?” tanya Mas Gilhan.“Eh ... hmm ... kamu dan anak-anak nggak mencium bau aneh, Mas?” tanyaku dengan menutup mulut dan hidung dengan tangan.“Nggak, emang bau aneh seperti apa, Sayang?” tanya Mas Gilhan dengan mengusap kepalaku.Aku menghembuskan napas berat, tak tahan lagi rasanya dengan bau yang membuatku seperti mau muntah begini.“Sayang, kamu sakit? Ya sudah, kita ke kamar saja. Niko, matikan tvnya! Antar adik-adikmu ke kamar, lalu tidur,” ujar Mas Gilhan kepada putranya yang terlihat masih sibuk bermain game di ponsel.Niko hanya mengangguk, Mas Gilhan menggandengku menuju anak tangga lalu naik ke lantai atas. Bau busuk itu perlahan menghilang saat kini sud
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 17 : Berita DukaDengan memberanikan diri, aku membuka pintu kamar, lalu mengedarkan pandangan ke sekitar juga lantai bawah. Suasana rumah ini sudah gelap, mungkin semua orang telah tertidur, padahal rasanya belum lama saat aku masuk kamar bersama Mas Gilhan tadi. Sekarang juga baru pukul 21.00, belum tengah malam ini.Semuanya harus segera terkuak, aku harus bisa mengetahui apa misi sebenarnya Mas Gilhan menjadikanku istrinya, sedang hingga saat ini, ia belum juga menjalankan kewajibannya sebagai seorang suami. Padahal tadi kukira aku akan mendapatkannya malam ini, nyatanya gagal juga.Kini langkahku telah tiba di lantai bawah, suasana terasa semakin mencekam tapi lantunan ayat kursi masih mengaung dari ponsel di saku celana pendekku. Berkat usulan Bianca, aku merasa memiliki senjata, walau lawanku saat ini setan gentayangan.Tiba-tiba, dari arah dapur, aku melihat penampakan sekelebat bayangan hitam. Ponsel di saku celana juga mendadak mati, aku
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab18 : Luka yang SamaSesuai yang dikatakan Mas Gilhan tadi, ia hanya mengantarkanku ke rumah duka, lalu pamit ke kantor. Aku turun dari mobilnya lalu masuk ke dalam rumah yang sudah ramai oleh para pelayat.Teman-temanku sudah ada di sini semuanya, sedang menangis dengan sambil membaca surat yasin yang ditujukan untuk almarhum sahabatku yang kini sudah terbujur kaku di atas keranda mayat. Aku mendekat kepada Mamanya Bianca lalu menyalaminya.“Sindy, Bianca, Sin .... “ Wanita paruh baya itu langsung memelukku.“Gimana kejadiannya, Tante?” tanyaku dengan menyapu air mata.“Dari sejak Bianca pamit untuk ke rumah kamu, dia tak kembali juga hingga tadi pagi ada beberapa orang Polisi yang memberitahukan kejadian naas itu.” Mamanya Bianca bercerita sambil menangis.Aku memegangi dada, sepertinya meninggalnya Bianca memang ada hubungannya dengan permasalahan aneh yang menimpaku. Apa yang harus kulakukan sekarang? Apa nanti aku akan meninggal juga menyusul Bi
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 19 : Amukan NikoNiko melangkah menuju kamar dan aku mengikutinya dari belakang. Saat ia hendak menutup pintu, aku langsung menghalanginya.“Ada apa, Tante?” tanyanya dengan terkejut.“Hmm ... boleh Mama ngobrol sebentar denganmu, Nak?” tanyaku dengan pasang wajah manis, walau cerita Ibu tiri itu sudah terkenal dengan killernya tapi aku tidak seperti itu.“Ada apa, Tante?” tanyanya dengan melangkah masuk dan membiarkan aku ikut masuk ke dalam kamarnya.“Cuma mau ngobrol saja, boleh ‘kan? Mama nggak ganggu kamu ‘kan?” tanyaku dengan masih tersenyum, berharap ia mau mengganti sebutan tante menjadi mama.Aku duduk di kursi belajarnya, sedang Niko duduk di pinggir tempat tidur dengan sambil meraih ponselnya.“Katakan saja, apa yang mau Tante obrolkan denganku!” ujarnya dengan nada malas, sebab dia memang jarang bicara.“Tanganmu itu ... kenapa?” tanyaku dengan beranjak berpindah duduk ke dekatnya.“Kenapa emangnya? Tante mau lihat luka ini?” tanyanya l
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 20 : Hanya GelapAku yang hanya berpura-pura untuk tidur, menyadarai kalau suamiku kini sudah bangkit dari tempat tidur. Aku pura-pura menelentangkan tubuh dan mengamati dengan membuka sedikit mata ini agar bisa melihat apa yang sedang ia lakukan sekarang. suamiku itu berjalan dengan tatapan lurus ke depan lalu membuka pintu. Aku segera mengikutinya, semoga kali ini rencanaku lancar.Kuikuti Mas Gilhan yang menuruni anak tangga lalu menuju lorong belakang, walau bulu kudukku sudah merinding saat ini. Seperti ada yang mengikuti langkahku tapi saat aku menoleh ke belakang, tak ada siapa pun, hanya ada aura aneh saja. Aku berusaha memberanikan diri dengan sambil berzikir dalam hati dan menyebut asma Allah sebab ayat kursi yang kuhapalkan siang tadi kembali kulupakan. Ingatanku semakin melemah saat ini.Ketika langkah suamiku itu telah tiba di depan pintu belakang, dia menoleh ke belakang beberapa kali. Dengan cepat, aku bersembunyi di balik dinding. M
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 21: Makam Siapa?Baru saja aku mengeluarkan ponsel dari saku celana, sebuah tangan kembali terasa menyentuh bahuku. Oh Tuhan, benda apa yang ada di belakangku sekarang? Aku tetap tak mau menoleh, suara Mas Gilhan pun tak lagi terdengar, mungkin hanya halusinasiku saja. Di dalam hati, aku terus menzikirkan nama Allah sebab hanya nama-Nya saja yang kuingat, Ya Allah, Ya Rabb ... jauhkanlah hamba dari gangguan syetan yang terkutuk.Dengan cepat, kuusap layar ponsel dan menyalakan sentarnya. Jantung kembali berdebar kencang saat menyaksikan apa yang ada di hadapanku. Makam, itulah yang ada di depan mataku sekarang, ternyata halaman belakang rumah Mas Gilhan dipenuhi makam. Makam siapakah ini? Lalu ke mana suamiku sekarang? Apakah dia hantu?”Nyonya, sedang apa di sini?!” Kini suara sangar Bik Ana yang terdengar.Refleks, aku langsung menoleh dan mendapati wanita berdaster putih itu sedang melototiku dengan sambil berkacak pinggang.“Bik Ana, mengapa be
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 22 : PulangTaklama kemudian, taxi yang kutunggu lewat juga, aku segera masuk dan menyebutkan alamat rumah Mama. Semoga saja aku tak mengalami kejadian ketika pergi bersama almarhum Bianca, semoga tak ada lingkaran hitam yang menutupi jalanku pulang ke rumah Mama.Sepanjang perjalanan, aku terus berdoa dalam hati, berharap tak terjadi apa pun denganku sehingga bisa pulang ke rumah Mama dengan selamat.Setengah jam berlalu, doaku terkabul juga, sebab taxi kini sudah berhenti di depan rumah Mama. Aku segera membayar ongkos taxi, lalu keluar dan melangkah memasuki pagar rumah Mama. Wanita berhijab itu terlihat sedang menyirami tanaman hiasnya.“Assalammualaikum, Mama,” ujarku.“Waalaikumsalam. Sindy, kok nggak bilang-bilang dulu kalau mau ke sini?” sambut Mama sambil menghentikan aktivitasnya lalu memelukku.“Sindy kangen Mama,” ujarku dengan sambil melepaskan pelukan lalu salim kepadanya.“Ayo masuk, Nak!” Mama menggandengku masuk.Suasana rumah Mama
#Suamiku_Menghilang_Setiap_MalamBab 23 : Bingung“Sindy, bangun, Nak!” Suara Mama terdengar samar-samar.“Agghh!!” jeritku sambil duduk.Kuusap wajah yang sudah banjir keringat dan menarik napas lega karena kejadian barusan hanya sebuah mimpi, sedang Mama menatapku dengan raut wajah bingung.“Kamu mimpi buruk, Sin?” tanya Mama sembari mengulurkan segela air putih ke hadapanku.Aku mengangguk seraya meraih gelas air itu lalu menenggaknya sedikit, kemudian mengembalikannya ke tangan Mama.“Makanya kalau mau tidur itu berdoa dulu. Oh iya, di ruang tamu ada Gilhan, dia mau jemput kamu pulang,” ujar Mama.“Ma, Sindy nggak mau pulang,” jawabku dengan menggeleng ngeri saat mengingat mimpiku barusan dengan keadaan di rumah Mas Gilhan.“Jadi, Mama bilang apa dengan Gilhan, Sin? Dia sedang ngobrol dengan Papamu di ruang tamu,” ujar Mama lagi.“Mama udah bilang Papa belum masalah yang Sindy ceritakan kepada Mama tadi pagi?” tanyaku dengan menurunkan kaki ke lantai.“Belum, Sin, soalnya Papamu b