Share

Sidang dan peluang

Penulis: Rianievy
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-05 11:22:17

Keira sudah mendapat jadwal sidang perdana perceraiannya. Ia datang bersama Kemal, adiknya yang kuliah semester akhir jurusan teknik mesin. Rencananya ia akan melamar pekerjaan di pabrik otomotif terbesar atau pabrik produksi makanan. Kemal sudah punya target apa yang mau dilakukan, beda dengan Keira yang fokusnya kerja apapun yang halal lalu dapat duit. 

"Mbak, pokoknya nanti lo jangan cengeng. Tunjukin kalau lo tegar." Kemal mengultimatum. Keira mengangguk, oke, iya yakin bisa. 

Mereka berjalan melangkah dari parkiran motor. Ya, mereka berboncengan motor karena memang mereka tak punya mobil. Keira tak ada pengacara, ia bawa badan saja. Lain dengan Bastian yang terlihat berjalan bersama seorang pengacara juga bude Ratih. 

Heran, wanita itu seperti terobsesi dengan keponakannya sendiri. Keira terus menatap lekat, hingga Bastian membalas tatapan tanpa tersenyum. Keira sendiri masa bodoh, apalagi saat melihat bude Ratih yang angkuh, mentang-mentang mantan direktur perusahaan besar, lagaknya bak sultan. Sepertinya bude Ratih lupa jika ia masih belum punya suami sampai sekarang. Hidupnya hanya menomor satukan keinginan dirinya, kasihan sekali. 

"Lo gak salim tangan Bude Ratih, Mbak?" bisik Kemal. 

"Nggak!" bisik Keira ketus. Ia melirik tajam ke wanita tua itu, begitu kesal karena nyatanya selama ini ia pura-pura menerimanya sebagai menantu keponakan. Sebenarnya Kei kasihan dengan Bastian, karena begitu berlindung dibawah ketiak bude Ratih. 

Panggilan mereka untuk masuk ke ruang sidang terdengar, Keira mau tak mau menguatkan hatinya untuk menerima kenyataan pahit itu. 

Saat hakim mulai bertanya apa masalah yang terjadi, Keira terkejut karena jawaban Bastian adalah tidak adanya lagi kecocokan dan masalah keturunan. Keira mengepalkan tangan, ia marah juga kesal. Padahal alasan sebenarnya karena Bastian masih mencintai mantan kekasihnya. 

Mediasi ditolak Bastian, sepertinya ia memang ingin segera lepas dari pernikahan itu. Sidang selesai cepat, Keira berjalan cepat keluar dari sana bahkan menabrak beberapa orang yang tak ia lihat, air matanya jatuh tak tertahan karena sakit hati yang dirasakan dalam dada. 

Ia berlutut, menangis sambil membekap mulutnya di belakang gedung pengadilan. Kemal menghampiri, memegang kedua bahu kakaknya, membantu berdiri kemudian ia peluk erat. 

Tangis Keira tumpah, lima tahun masa menikah ternyata ia dikelabui Bastian. Hatinya dipermainkan lelaki itu, rasanya tak bisa ia memaafkannya. 

"Ssstt... tenang, Mbak," lirih Kemal. 

"Alasannya bukan itu, Mal, kenapa dia bilang begitu ... gue dipojokkan sama dia!" pekikku emosi. Kemal memelukku lagi. Ia juga tak bisa berkata apa-apa. 

"Mbak, ini terakhir kali lo nangis. Lo nggak bisa kayak gini. Lo harus buktikan kalau lo berharga, Bastian akan menyesal lepas elo."

Keira hanya bisa terus menangis, sambil memeluk adiknya. Wajar ia begitu, karen sudah memberikan cinta tulus kepada Bastian. 

***

Keira kembali bekerja normal, di kantornya grasah grusuh berita ia akan menjadi janda menjadi headline news yang tidak bisa diabaikan seolah status jandanya sudah dinanti-nanti beberapa orang. 

Ia kini memangkas rambutnya hingga seleher, tadinya rambutnya panjang sepinggang, tapi istilah buang sial membuatnya ingin memiliki penampilan baru. Keira juga memakai poni di bagian depan, membuat penampilannya jauh lebih muda. 

"Cie bakal janda," goda Rima teman satu divisinya sebagai custumer service. Keira bekerja sebagai perusahaan travel besar dan ternama yang bergerak di jasa wisata dalam dan luar negeri. 

Keira hanya melirik sebal, ia bresipa menyalakan komputer di hadapannya. 

"Seneng kan lo, gue jadi janda," celetuk Keira, yang juga merapikan seragamnya. 

"Seneng lah, ngapain lo bertahan sama suami mencla mencle dan berlindung di ketek budenya. Ternyata masih cinta sama mantan pacar." Rima merapikan rambutnya, juga tak lupa menyemprotkan parfume ke badannya. 

"Gue bego, ya, kelewat bucin sama dia," sendu Keira menatap Rima yang mengangguk. 

"Gue doain lo dapet jodoh orang kaya raya, pengusaha tajir melintir, masih muda juga. Biar lo awet muda juga." Rima mengusap wajahnya seraya berkata aamiin. Sedangkan Keira memukul pelan bahu Rima yang tergelak. 

"Aamiin," sambar Ambar, rekan sesa cs juga yang duduk di sisi kiri Keira. 

"Ini lagi ... nyamber aja, kerja kerja!" ketus Keira. Mereka bersiap, tak lupa memasang senyum juga memberi kode ke sekuriti jika mereka siap melayani customer. 

Saat jam makan siang tiba, mereka bertiga berjalan keluar gedung kantor menuju ke tempat makan langganan banyak pekerja dari berbagai gedung lainnya. 

"Gue pesen pindang Iga sapi, Rim, tolongin ya. Gue mau ke tempat es kelapa." Keira memberikan uang dua puluh lima ribu. 

"Beres," jawab Rima lalu mengantri. 

"Mbak, es kelapa jeruk satu ya, sedikit aja gulanya." Keira menyerahkan uang sepuluh ribu lalu kemudian setelah menunggu beberapa saat ia berjalan sambil memegang gelas berisi es kelapa muda. Ia duduk di meja tak jauh dari penjual pindang iga sapi. 

"Kei, jangan terpuruk. Jadi janda nggak masalah, lo juga janda keceh," celetuk Ambar. 

"Udah, kek, bahas gue melulu. Gue lebih pusing mikirin gimana cari uang tambahan. Gaji gue nggak akan cukup buat bantu keuangan bokap nyokap dan bantu kasih uang jajan buat adek gue, kan?" 

"Emang lo nggak dikasih apa-apa beneran sama Bastian?" Rima mendelik. Keira menggelengkan kepala seraya menyedot es kelapa muda. 

"Sinting!" teriak Rima sambil menggebrak meja. Semua orang sontak menoleh. Rima cengar cengir, ia mencondongkan tubuh ke arah Keira dan Ambar lagi. "Lo nggak bisa nuntut?!" cecarnya. 

"Males. Lagian nggak ada anak juga. Ya, gue nggak tau sih, bisa nuntut apa nggak. Gengsi lah gue, udah cerai masih nuntut nafkah, yang ada juga harta gono gini, tapi dasar gue bego, semua atas nama Bastian dan gue nggak dapet apa-apa." Keira mendengkus. 

Rima dan Ambar bersingut kesal. "Lo udah bucin, bego. Yaudahlah, miskin lo. Diambil keperawanan lo doang. PSK aja masih dapat bayaran, nah, elo. Idih ... dong-dong!" kesal Ambar yang disetujui Rima. 

Pesanan mereka tiba, saat mulai menikmati makanan, Rima mengintrupsi dengan menjetikkan jari di depan kedua temannya. 

"Kei, lo jago masak, kan?" 

"Ya ... mayan, lah. Kenapa?" 

"Buka catering atau nasi box atau PO makanan apaan kek! Lo bisa jadikan kebisaan lo ini peluang lo usaha!" Rima menggebu-gebu. 

"Nah, bisa, tuh. Sabtu minggu libur, hajar Kei, buka PO makanan apa, Kek. Gue bantu jualin," sambung Ambar. 

"Masakan lo enak-enak, Kei. Lo pernah bawa ke kantor, kan. Lo masak ayam woku, sop buntut sama apa tuh, yang pake jamur hitam," tukas Rima. 

"Sop kimlo ayam kampung," jawab Keira. 

"Nah! Iya! Asli, Kei, ini peluang lo. Pe-lu-ang!" Rima menggebu-gebu. Keira diam, ia mencerna ucapan dua temannya. 

Iya juga, ya, gue bisa masak sama bikin makanan. Bisa kali, ya, dicoba jadi peluang usaha tambahan cari uang. 

Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Jalan terakhir

    Met baca 🌿__________Kemal dan Ines berada di kampung halaman hampir satu minggu. Semua berubah semenjak bapak pergi untuk selamanya. Apalagi setelah tau bapak ternyata merestui juga membagi-bagi warisan.Diam-diam juga bapak merupakan pewaris tunggal keluarganya yang merupakan juragan tanah di sana. Semua diceritakan ibu di depan keluarga.Kemal sendiri tak bangga mendapat warisan, toh ia sudah kaya raya. Warisan dari bapak justru ia serahkan ke Ines, terserah mau diapakan. Untuknya Ines lah warisan berharga dari bapak untuknya. Itu sudah lebih dari cukup."Nes, jadi pulang siang ini?" Suara ibu terdengar sedih. Ines menoleh, ia sedang berdiri menatap foto keluarganya saat ia masih remaja dulu terpasang di dinding ruang keluarga."Iya, Bu. Kemal udah lama nggak kerja. Ibu mau ikut ke Jakarta?" ajaknya. Ibu berjalan mendekat, menggeleng pelan."Ibu ke Jakarta kalau kamu melahirkan, ya." Tangan ibu mengusap perut putrinya. "Ibu senang kamu bisa hamil diusiamu yang nggak muda tapi Ibu

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Ines pingsan

    Met baca 🌿__________Kemal segera membantu Ines berkemas, ia sendiri sudah sejak tadi merapikan pakaiannya ke dalam tas koper."Ayo, sayang," ajak Kemal bicara dengan begitu lembut. Ines duduk mendongak, menatap suaminya nanar. "Ayo, kita pulang." Kemal tersenyum. Ines berdiri pelan, menggandeng tangan Kemal.Kemal meminta pak Darmo segera berangkat bersama putranya untuk menemani selama perjalanan darat karena Kemal dan Ines naik pesawat. Mereka akan lama di sana sehingga pak Darmo diajak setelah izin dengan Reynan meminjam sopir anak-anaknya."Mas Kemal nanti di sana siapa yang jemput?" Pak Darmo harus memastikan."Ada keluarga Ines, kalian hati-hati ya. Saya sudah transfer untuk bensin, tol dan jajan Bapak sama Ado." Kemal membuka pintu taksi. Ado membantu membawakan tas kecil milih Ines yang isinya beberapa barang penting."Hati-hati, Mbak, Mas," tukas Ado."Makasih, Do," jawab Ines pelan.Perjalanan mereka tembuh sambil terus diam namun kedua tangan mereka tak lepas saling meng

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Pulang

    Met baca 🌿______Kemal tak henti tersenyum semenjak tiba di rumahnya. Ines langsung lanjut nonton drakor di kamar setelah mandi dan memakai daster."Kamu mau ke mana?" tegur Ines walau matanya menatap ke layar tablet di atas pangkuannya. Ines merebahkan diri di atas ranjang, terlihat sangat malas beranjak."Mau beli buah. Kamu harus banyak makan buah, Nes," jawab Kemal masih mematut diri di depan cermin. Ia meraih sisir di atas meja rias, merapikan rambutnya yang basah setelah mandi."Ngapain sisiran, rambut kamu rapi sendiri. Lurus banget gitu." Kalimat yang diucapkan Ines terdengar seperti dumelan, lagi-lagi bicara tanpa menatap suaminya."Biar rapi aja," sahut Kemal lagi."Biar dilihatin cewek lain barang kali."Kemal diam. Ia meletakkan sisir kembali ke tempatnya lalu melihat istrinya dari pantulan cermin. "Cemburu?" gumam Kemal tapi menahan senyuman saat bicara."Sorry, ya, nggak tuh!" Ines menyelimuti diri setengah badan kembali fokus nonton."Masa, sih, hormon ibu hamil bikin

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Kemal Syok

    Met baca 🌿_________Kemal begitu bahagia saat ulang tahunnya dirayakan bersama keluarga di rumahnya. Tak lepas ia tersenyum sambil sesekali menunjukkan kemesraannya dengan Ines yang justru terlihat sedikit sendu.Seharian ia kepikiran bapak dan ibu, ia coba kirim pesan singkat ke bapak tapi tidak dibaca. Saat ke ibu, ibu hanya bilang kalau bapak tidak mau tau urusan juga apa yang terjadi dengan Ines.Ia anak perempuan, hubungan dekat dengan bapaknya sudah erat dari kecil. Perlahan pudar semenjak Ines ngotot merantau ke Jakarta dan kota besar lainnya hingga tersangkut kasus besar.Katon menghampiri Ines di dapur saat adiknya sedang merapikan piring dan gelas yang sudah kering, ia masukkan ke lemari dapur dengan rapi."Besok kalau Mas sempat, Mas ke rumah Bapak. Coba bicara lagi, ya."Ines diam, dengan wajah sendu menunjukkan balasan pesan singkat yang dikirim ibu. Setelah Katon baca ia hanya bisa menghela napas panjang."Maafin Bapak ya, Nes," tukas Katon."Ada juga aku, Mas, yang ha

  • Sukses setelah ditalak Tiga   New Job

    "Kapan kita mau ke rumah Bapak Ibu, Mal?" Ines baru selesai menyiram tanaman di depan rumah saat Kemal memakai sepatu bersiap kerja."Mau kamu kapan?" Kemal masih menunduk."Terserah kamu. Aku hopeless.""Nggak boleh gitu. Aku cek jadwalku ke Raja, kalau kerjaan aman jumat ini kita ke sana, mau naik apa? Kereta atau pesawat?""Terserah."Kemal mendongak, menatap istrinya yang berdiri menggulung selang."Jangan terserah, Nes." Ia lantas berjalan mendekat. Merapikan rambut Ines yang sedikit acak-acakkan karena angin. "Kita harus kompak."Ines memeluk manja Kemal, ia memang tak yakin jika bapak mau melihat usaha mereka meminta restu. Kemal mengusap pelan punggung Ines, ia tau galaunya Ines karena sudah sebulan menikah tapi bapak sama sekali tidak berkabar. Anak perempuan mana yang tidak sedih."Aku kerja, ya, kamu mau di rumah aja apa jadi ke tempat Mbak Keira? Ervan bilang mereka butuh orang buat auditing keuangan, kamu bisa, kan?"Ines melepaskan pelukan, berjalan ke arah teras meraih

  • Sukses setelah ditalak Tiga   Belanjaan manten baru

    Met baca 🌿_____________Tamu kerabat dekat dan teman kerja sudah pulang sejak beberapa waktu lalu. Tak sampai lima puluh orang yang hadir. Kemal duduk sambil menikmati kopi sore yang dibuat Keira, diam menatap lurus ke tatanan taman bunga yang cantik atas tangan diri Keira."Gue tau perjuangan lo baru dimulai, tapi jangan lihatin ke Ines, kasihan dia." Keira duduk tepat di sebelah Kemal."Salah nggak sih, Mbak? Kalau jadinya begini?""Nggak ada yang salah atau benar, Mal. Udah jalannya dan yang penting lo bisa ubah pelan-pelan. Kapan berangkat bulan madunya?""Tiga hari lagi. Nyamain jadwal terbang Mas Katon, Ines mintanya gitu."Keira merangkul bahu sang adik, lalu ia bersandar pada pundak tegap Kemal. "Ibu bahagia banget. Dari tadi senyum, ketawa dan kelihatan bangga lo nikah juga, Mal. Nggak jadi perjaka tua," kekeh Keira. Kemal pun sama, kedua bahunya bergetar pelan lalu meraih jemari tangan kanan Keira."Mbak, makasih selalu marahin gue kalau gue salah langkah. Maaf lo jadi die

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status