Share

Pengakuan Abah

Abah memperbaiki posisi duduknya lalu menyulut sebatang rokok yang aku bawakan untuknya. Satu hisapan dan satu hembusan asap mengepul membentuk bulatan terbang ke udara.

“Disana!” Abah menunjuk bagian papan pelataran. Aku mengikuti arah telunjuk Abah dengan pandangan mataku. “Wirna menangis tersedu-sedan seakan-akan ada beban bathin yang tidak sanggup ia ceritakan.” Kata Abah melanjutkan ceritanya.

Aku mengangkat wajahku lebih tinggi menatap keriputnya wajah Abah. Lalu kembali aku menoleh ke bagian pelataran yang Abah tunjuk tadi.

“Wirna menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil. Abah belum pernah melihat ia menangis sampai segitunya sebelum ini.” Sambung Abah kembali menghisap rokok.

“Ooh...!” tanpa sadar aku bergumam.

“Bahkan!...Huk..huk..huk..” Abah terbatuk.

Hening sesaat.

“Bahkan apa Bah?” tanyaku hati-hati setelah Abah terlihat tenang.

“Bahkan Abah seperti tidak melihat Wirna yang sesungguhnya akhir-akhir ini.” Sambung Abah yang langsung membuat mataku membesar.

Aku tercenung.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status