Supirku Sayang

Supirku Sayang

By:  Ria Fachria  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
10
2 ratings
37Chapters
3.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Sheila gadis manja yang suka sewenang-wenang terhadap orang lain. Ia tidak pernah paham bangaimana menghargai orang lain. Selalu bersikap kasar dan kera kepala. Kekayaan papanya membuatnya bebas melakukan apa saja yang diinginkan tanpa pernah berpikir panjang. Sampai kemudian ia bertemu Zaid dalam sebuah pertemuan tak terduga. Mereka awalnya saling benci. Namun, seiiring waktu bunga-bunga bermekaran antara mereka. Status sosial yang berbeda menjadi penghalang dua perasaan yang mulai terpaut. Lalu, bagaimanakah nasib cinta mereka bedua? Yuk simak ceritanya.

View More
Supirku Sayang Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
jannahsaid
semangat terus updatenya kak...jangan kendor. suka sama jalan ceritanya....
2021-12-23 14:33:31
1
user avatar
ZB
semangat, Kak ...
2021-12-06 12:39:33
1
37 Chapters
Gadis Angkuh
Si Gadis Angkuh Gadis itu merasa puas melihat penampilannya di kaca setelah menghabiskan waktu beberapa jam. Ia memang sangat betah menggonta-ganti pakaian dan aksesorisnya setiap waktu. Tepatnya bukan dia, tapi para pelayan yang telah disiapkan untuk mengurusnya oleh Papa.Kini, ia duduk manis di hadapan cermin panjang yang memperlihatkan tubuhnya dari ujung rambut sampai kaki. Seorang pelayan di belakangnya hendak memasangkan kalung. Namun, karena terlalu ceroboh ia malah membuat kalung itu tersangkut di jepitan rambut Sheila.Sheila meradang. Wajahnya memerah. Ia merampas kalung yang telah berhasil dilepaskan dari jepitan dan melemparkannya ke tanah. "Sini kamu!" Bentaknya. Pelayan yang ditunjuk berjalan menunduk mendekati gadis cantik itu. "Sudah berapa lama kamu bekerja di sini?" Ia melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis yang dipandangnya hanya berani memandang lantai dan meremas kedua tangannya.
Read more
Ustadz Tampan
Sore hari Zaid mengajar di masjid dekat rumah. Luka memar masih menghiasi pelipis dan tungkai lengannya. "Assalamualaikum," ucap Zaid saat bertemu anak-anak yang sudah berkumpul di dalam masjid. "Waalaikumsalam," sahut mereka bersamaan. "Maafkan Ustad telat hari ini," pintanya. "Iya Ustadz," sahut seorang santri. "Ustadz kenapa itu," seorang dari mereka menunjuk pelipis Zaid yang memar. " Oh, ini, ini Ustadz jatuh." Tangannya menunjuk pelipis. Namun Ia tak ingin membahas mengenai peristiwa itu dengan anak-anak karena akan memperpanjang cerita dan mengurangi waktu mengaji mereka yang juga sudah telat. "Ternyata Ustadz kayak anak kecil. Bisa jatuh juga." Celetukan itu membuat tawa menggema sementara waktu hingga Zaid menegur mereka untuk berhenti. Saat pengajian selesai. Ustadz Hafiz teman Zaid menemuinya. 
Read more
Kenangan Pahit
"Dasar lelaki bodoh. Payah. Begitu banyak duit di depan mata malah memilih jalur hukum. Dia pikir dapat mengalahkan orang kaya," jerit Sheila dalam perjalanan pulang dari kantor polisi.  "Lihat saja nanti, dia harus mendapatkan pelajaran dari perbuatannya!" Sheila berkata dengan lantang. Kini mobilnya dikemudikan oleh Pak Rahman. Pria paruh baya itu melihat Sheila sekilas dari kaca depan mobil. "Pak, Sheila ingin pemuda tak tahu diri itu mendapatkan pelajaran seberat-beratnya. Biar dia tahu rasa." Gadis itu memajukan tubuhnya dan mengajak Pak Rahman berbicara. Namun Pak Rahman bergeming. Dalam hatinya ia tidak bisa membenarkan keinginan Sheila. Baru saja Pak Banta mengirimkan pesan agar tak mencampuri kasus Sheila. Biarlah Sheila menyelesaikan kasusnya ini dengan keadilan semestinya jika pemuda itu tak mau berdamai. Kali ini, ia mesti bersabar melihat Sheila merasakan hukuman akibat kelalaiannya. Walau, kadang hatin
Read more
Butuh Pertolongan
Sheila menerima panggilan sidang. Ia amat murka karenanya. Entah berapa gelas dan piring yang pecah setelah surat itu dibaca. "Pak Rahman. Mana Pak Rahman?" cecarnya pada Mak Cik Limah di dapur.  "Tenanglah Sheila. Ada apa sebenarnya?" Limah tidak paham mengapa tiba-tiba Sheila mengamuk hari ini. Padahal ia belum melakukan kegiatan apapun dan belum pergi ke mana-mana. "Sheila bilang, mana Pak Rahman!" teriaknya membuat Limah terperanjat. "Sheila! Berhenti bersikap kekanak-kanakan!" Perintah Papa yang baru tiba dari ruang tengah. Sheila kaget mendengar suara Banta. "Papa!" "Lihat ni, Pa. Pak Rahman. Sheila jadi dipanggil ke persidangan gara-gara dia." Sheila mendekati Banta. Tangannya bergelayut di lengan Banta sembari memperlihatkan sebuah surat panggilan. Banta membenarkan letak kaca matanya. Kemudi
Read more
Sheila Harus Menikah
Suatu pagi hari yang cerah. Di halaman rumah Sheila yang tertata indah, Papa sedang sarapan pagi di meja makan mungil berwarna putih. Di atas meja itu telah tertata cangkir teh dan teko keramik berwarna putih. Di sampingnya ada roti dan selai yang tersusun rapi. Sheila sedang mengoles rotinya dengan selai kacang kesukaannya. "Sheila, Papa punya sebuah keinginan. Papa harap, kamu dapat memenuhi keinginan Papa kali ini." Papa meletakkan cangkir teh itu di atas piring kecil yang terletak di meja. "Kalau Sheila bisa, tentu saja Sheila akan penuhi, Pa," jawab Sheila. "Papa ingin kamu menikah." Papa memandang lekat ke arah Sheila. "Papa!" Sheila terkejut dengan permintaan Papa padanya. "Sheila masih muda, Pa!"  "Kalau kamu tidak kuliah dan tidak bekerja, sebaiknya menikah saja, Sheila. Supaya hidupmu lebih berarti," ucap Papa. Sheila mengg
Read more
Perjodohan
 "Mak Cik dari mana saja?" Wajah Sheila memerah karena amarah. "Mak Cik baru belanja." Mak Cik Limah meletakkan barang belanjaannya.  Sheila memindai sejenak barang belanjaan Mak Cik Limah.  "Duduklah. Mak Cik akan buatkan teh untukmu." Mak Cik Limah mengambil 2 cangkir di lemari dapur dan menatanya di atas nampan. Kemudian menyeduh teh dan menuangkannya ke dalam cangkir. Sheila menanti Mak Cik Limah di meja makan dengan sambil sesekali mengetuk-ngetuk meja makan dengan tangannya. "Sudah, marahnya?" Mak Cik Limah meletakkan nampan berisi dua cangkir teh di atas meja. Mengarahkan secangkir untuk Sheil, dan mengambil secangkir untuknya. "Sheila benci Papa!" Sheila mengetuk meja dengan jari tergenggam. "Minum dulu tehnya," ujar Mak Cik Limah. Sheila menghid
Read more
Sheila dan Arkan
Sheila dan Arkan Sheila mengabaikan pertanyaan Mak Cik Limah ia bergegas masuk ke dalam rumah. Saat membuka pintu, Papa Banta, Pak Rahman dan beberapa orang telah berada di ruang tamu.Apakah tamu yang diundang papa untuk acara perjodohan itu telah datang? Mata Sheila menyipit menatap ke arah penghuni ruang tamu di hadapannya.Mak Cik Limah menyampaikan kalau mereka sudah bisa menikmati makan malam. Banta mengarahkan para tamu ke ruang makan. Sheila masih mematung saat semuanya telah beranjak ke ruang makan. Papa memandang Sheila memberi kode agar ia menyusul ke ruang makan.Sheila celingukan seakan mencari seseorang. "Hei, kamu! Tunggu hukuman dariku!" Telunjuknya diarahkan ke wajah pemuda bermata sendu yang sedari tadi masih berada di belakangnya. Lantas, Sheila melengos dan meninggalkan Zaid yang tak berkedip menatap punggungnya.Andaikan saja dia bukan seorang gadis, Zaid ingin sekali melabra
Read more
Permintaan Banta
    "Sheila, Arkan! sebaiknya duduk dulu. Nggak baik berbicara sambil berdiri di depan meja makan begin."Bu Retno hendak menyentuh tangan Sheila. Namun gadis itu mengabaikannya dan melangkah maju semakin mendekati Arkan. Seperti apa kelanjutan hubungan Sheila dan Arkan ini ya? Sepertinya mereka berdua sama-sama keras kepala.Sekarang, jarak mereka semakin dekat. Dengan cepat dia mengayunkan telapak tangannya ke arah pipi Arkan. Setelah itu ia berlalu meninggalkan ruang makan. Arkan mengelus pipinya. Bu Retno mendekati Arkan dan membimbing putranya duduk kembali. Papa Banta dan Pak Wahyu mulai menunjukkan wajah masam. Tidak suka dengan keadaan ini. Sementara Zaid yang sedari tadi berdiri di dekat Banta memperhatikan apa yang dilakukan majikannya. Ia mengikuti kepergian Sheila dan ikut meninggalkan ruang makan."Gadis yang sangat emosional," ujar Pak Wahyu."Sepertin
Read more
Pertemuan Tak Terduga
Setelah mengemudi selama satu jam, Sheila dan Zaid tiba di sebuah mall yang berada tepat di tengah kota. Sheila segera turun dari mobil diikuti oleh Zaid. Mereka masuk ke dalam mall melalui pintu kaca.Sheila menuju ke bagian pakaian wanita dan memilih beberapa pakaian yang disukainya. Saat sedang asyik memilih pakaian, seorang pria menyapanya. "Ternyata kita bertemu lagi di sini." Sapanya membuat Sheila kaget.Mata pria itu menatapnya, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Sheila sedikit bergidik karenanya. Namun bukan Sheila namanya kalau takut berlebihan."Kau membuntutiku?" Sheila kembali menatap pakaian yang tergantung di depannya."Huh, apa gunanya membuntuti gadis bengal sepertimu." Arkan tersinggung dengan tuduhan Sheila padanya."Lalu, kenapa kau bisa di sini?" "Aku bebas pergi kemanapun kumau," "Lalu, kaupikir bisa seenaknya membuntutiku?" "Hei! Aku tidak membuntutimu!""Kaup
Read more
Rumahjin
Zaid menarik paksa lengan Sheila. Mudah saja baginya menyeret wanita mungil itu ke luar dari situ, karena tubuhnya yang tinggi dengan dada yang lumayan bidang dan lengan berotot, tentu itu adalah hal kecil.Ia menyeret Sheila hingga memaksanya masuk ke dalam mobil. Kemudian dengan cepat Zaid masuk ke bagian kemudi. Ia tak mengindahkan Sheila yang masih mengomelinya. "Kau gila!""Minta dipecat, hah?" "Aku akan bilang sama Papa!" Sheila terus mengomel sepanjang jalan. Sesekali ia memukul Zaid dari belakang hingga mobil kadang oleng karena Zaid tidak bisa fokus akibat pukulan Sheila. "Berhentilah memukuliku! Atau kita akan mati bersama!" Teriak Zaid setelah menghentikan mobil secara mendadak.Sheila memegang dadanya dan tubuhnya oleng tiba-tiba akibat kaget dengan tindakan Zaid yang menghentikan mobil mendadak."Ish, aku tak sudi mari bersama kacung sepertimu," Zaid tersenyum sinis mendengar ce
Read more
DMCA.com Protection Status