Share

JERAT SANG TANTE

Author: Agus Irawan
last update Last Updated: 2023-08-05 01:17:18

Roman terus memijat kaki Silvia dengan fokus, tanpa memedulikan setiap rayuan dari perempuan yang jauh lebih dewasa darinya. Melihat Roman terus fokus memijat, ia pun kesal karena pria muda itu seperti tidak peduli padanya.

“Roman, bisakah kita menginap di Hotel malam ini?”

Roman menghentikan kegiatannya, “Maaf Tante, saya tidak bisa.”

Silvia merengut. “Kenapa tidak bisa, apa kau memiliki janji dengan Orang lain?”

“Tidak, saya hanya lelah bekerja. Memang mau apa kita menginap di Hotel? Bukankah akan lebih baik pulang ke Rumah?”

‘Kenapa dia tidak peka padaku?’ gumam Silvia dalam hatinya, dan terus memerhatikan Roman.

“Silakan tengkurap, saya akan memijat bagian punggung Anda Tante,” pinta Roman sementara matanya menatap pada Silvia.

“Huh! Baiklah,” Silvia mematuhi perintah Roman yang memintanya untuk tengkurap di kursi itu.

Seperti biasanya Roman memijat Silvia dengan minyak oil asli dari negeri Sakura. Setiap sentuhannya membuat Silvia melenguh kenikmatan atas pijatan sang terafis ahli itu.

Merasa cemas dengan desahan yang keluar dari mulut Silvia, Roman mengitarkan pandangan ke sekeliling untuk memastikan kalau di ruangan itu benar-benar hanya ada dia dan Silvia—customernya.

“Kenapa kau berhenti Roman, ayo teruskan pijat bagian pundak saya. Terutama di bagian pinggul saya sangat suka kau bermain di bagian itu,” tutur Silvia memerintah.

Tidak menyangka Silvia akan senakal ini terhadapnya. Roman pun bermain dengan santai, dalam mengolah pinggul sang tante-tante itu.

“Anda jangan khawatir Tante, saya akan melakukan apapun yang kau mau. Selama kau menikmatinya,” Roman mulai memindahkan telapak tangan ke bagian itu, dan mengelusnya dari atas hingga ke bawah telapak kaki Tante Silvia.

Tidak mau terlalu lama di bagian itu, ia pun segera melakukan tugasnya dengan cepat. Namun, siapa sangka Silvia malah meminta Roman berlama-lama di area sensitifnya.

“Kenapa kau cepat pindah dari area itu? Aku bilang kamu lebih lama di sana,”

“Tapi Tante—.”

“Dengar Roman, saya tidak mau kau bantah!” ketus Silvia. Pasalnya, Roman masih saja bersikap canggung padanya.

Merasa aneh pada perlakuan Silvia yang menjadikannya simpanan, ia memberanikan diri untuk bertanya tujuan Silvia sebenarnya.

“Sebenarnya saya sangat ragu pada Tante, bolehkah saya tahu tujuan Tante sebenarnya apa sama saya?” tanya Roman curiga.

Silvia langsung membalas. “Ternyata kau pintar, bisa tahu apa yang saya inginkan. Baiklah, kalau begitu saya langsung saja pada tujuan sebenarnya,”

“Ya, katakan apa tujuan Anda?”

“Saya ingin kau tinggal di apartemen milikku, dan menetap di sana. Tanpa sepengetahuan siapa pun,” suara Silvia begitu mendominasi di ruangan yang tampak sepi itu. Membuat Roman bergeming.

“Sepertinya tidak bisa Tante.”

“Kenapa tidak bisa, bukankah kita sudah menjadi kekasih. Katakan apa alasannya?”

“Saya tidak mungkin meninggalkan tempat ini,” balas Roman tanpa mengatakan alasan sebenarnya. Padahal, ia pun ingin lepas dari tempat ini.

“Kenapa tidak mungkin? Kita bisa mewujudkan semua ini jadi mungkin bila kamu mau,” Silvia terus berharap agar Roman bisa tinggal bersamanya.

“Sangat susah Tante ... saya tidak akan diperbolehkan keluar dari tempat ini oleh Bos besar panti pijat ini.” Ujar Roman menceritakan.

“Saya akan menebusmu, jika kau mau Roman!” dengan sesumbar Silvia bicara pada Roman.

“Heuh ... untuk apa Tante menebus saya? Lebih baik Tante gunakan uang itu untuk keperluan lain, dari pada menebus saya,”

Silvia marah terhadap Roman, lantaran Roman menunjukkan ke tidak setujuannya. “Kenapa kau seperti tak setuju dengan rencanaku? Jangan-jangan kau sudah memiliki pacar?” tebak Silvia.

“Anda jangan salah paham Tante ... bukannya saya tidak setuju. Tapi, sayang uangnya bila hanya di gunakan untuk menebus saya dari panti pijat ini,” terang Roman menjelaskan.

“Ini uang saya, kau tak perlu khawatir, aku hanya butuh kamu untuk menemaniku sepanjang malam!” tukas Silvia merasa jengkel.

Melihat Silvia kesal padanya, ia pun memberi pemahaman pada perempuan yang beda usia dengannya itu. “Maksud saya daripada uang itu digunakan untuk menebus saya. Lebih baik Anda berikan uang itu kepada Anak-anak di jalanan yang lebih membutuhkan ketimbang saya yang tak terlalu membutuhkannya.”

Namun, Silvia malah marah pada Roman. Pasalnya dia merasa diremehkan.

“Kurang ajar! Berani sekali kamu bersikap seperti ini pada saya?!” Silvia menatap kesal. Lalu bangkit tidak mau di pijat lagi.

“Tante mau ke mana? Di pijatnya belum selesai Tante!” cegah Roman. Namun, Silvia segera mengambil pakaian. Kemudian, menuju kasir untuk meminta di pertemukan dengan pemilik panti pijat ini.

Dengan kasar Silvia membuka pintu, dan bertanya pada penanggung jawab di sana. “Pertemukan saya dengan pemilik panti pijat ini!” pintanya lantang. Membuat pria berbadan tinggi itu tercengang.

“Untuk apa?”

“Sudah, pertemukan saja saya dengannya! Bisa kan?”

“Tapi Nyonya!”

“Cepat!”

Semua orang di sana terlihat takut pada Silvia. Pasalnya, Silvia adalah orang ternama di kota itu, dan mampu membuat usaha panti pijat itu bangkrut dalam sekejap jika menolak keinginannya.

Beberapa saat kemudian, terlihat iring-iringan mobil berhenti di depan panti pijat itu. Lalu di susul seorang pria berbadan gempal dengan postur tubuh pendek keluar dari dalam mobil itu.

Pria itu menatap sinis pada Silvia, “Kau yang ingin bertemu denganku?”

“Ya, aku Orang yang ingin bertemu dengan Anda!” jawabnya dengan angkuh.

Pria itu melengos pergi dari hadapan Silvia. “Ayo ikut denganku jika ada yang ingin dibicarakan.” Ajaknya dan di ikuti para anak buahnya dari belakang.

Begitu juga dengan Silvia mengikuti langkah pria berbadan gempal itu, saat itu Silvia tidak sengaja berpapasan dengan Roman. Dia berbisik ditelinga Roman dengan pelan.

“Sebentar lagi kau akan menjadi budakku Anak Muda, dan kau bukan hanya Simpananku kau juga akan jadi pemuas birahiku,” bisiknya pelan namun mengerikan ketika terdengar oleh Roman.

Roman berdiri mematung menatap pada Silvia yang tersenyum menyeringai padanya, dan tenggelam di balik ruangan bersama bos besar dari panti pijat itu.

“Sebenarnya apa yang ingin dia lakukan padaku? Apa selama ini pelayananku kurang memuaskan baginya?” gumam Roman bergidik ngeri membayangkan seringai dari sang tante-tante.

Tidak mau terus berada dalam situasi seperti itu, dia pun kembali memasuki ruangan karyawan dengan perasaan gusar menyelimuti hatinya.

Roman terus merenung di dalam sana, hatinya dilanda kegelisahan yang tidak bertepi. Bahkan, suara riuh gelak tawa dan canda para terapis di dalam ruangan itu seolah terasa sepi baginya.

Tiba-tiba saja semua orang dikejutkan dengan pemberitahuan grup, yang menyatakan Roman di panggil ke depan panti pijat oleh sang kasir.

“Hey Roman,” seorang perempuan terapis mengalihkan perhatiannya.

Roman terkesiap, “Ya, ada apa?” tanyanya menatap pada sesama terafis itu.

“Kau dipanggil oleh Ibu Kasir Roman, ada apa sebenarnya? Sepertinya kau terlibat kasus berat, atau kau terlibat Skandal dengan Tante nakalmu itu?”

Roman merengut kesal pada perempuan yang bicara asal itu. “Diam kau!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Hari Pernikahan

    "Tapi... restu Kakek adalah segalanya bagiku," suara Roman bergetar, menahan emosi. "Aku ingin membangun keluarga dengan keyakinan bahwa aku tidak mengkhianati harapan Kakek. Silvia... dia mungkin belum sempurna di mata Kakek, tapi aku percaya, bersama aku, dia akan menjadi lebih baik." Rezenzo menghela napas panjang. Matanya menatap dalam ke arah cucunya, mencoba membaca ketulusan di balik sorot mata Roman. Rezenzo menunduk sejenak. Hening menyelimuti ruangan, hanya suara detak jam tua yang terdengar samar. Perlahan, ia mengangkat pandangannya, menatap wajah cucunya yang penuh harap. "Aku... tidak buta terhadap perasaanmu, Roman," ucapnya pelan. "Dan aku tahu, jika kau sudah berbicara sejauh ini, itu berarti kau benar-benar serius." Ia mengalihkan pandangannya ke jendela, melihat hujan gerimis yang mulai turun. "Aku hanya takut kau akan terluka. Tapi mungkin... mungkin aku juga harus belajar percaya. Percaya bahwa kau bisa membuat keputusan yang benar." Roman hampir tak p

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   JATUHNYA FRED

    "Kalian akan menerima balasannya, aku tidak akan pernah bisa menerima semua ini!" Fred mengumpat. Roman beralih menatap wajah pesaingnya, "Oh ya? Kalau begitu aku tunggu!" dengan nada mencemooh. Fred kesal dan berusaha memukul, tapi di cegah oleh anak buah Roman. "Jangan sentuh Tuan kami, ayo cepat pergi!" salah seorang anak buah Roman mengusir paksa Fred keluar dari gedung perusahaannya sendiri. "Brengsek!" Fred berjalan dengan diseret oleh sekuriti dan anak buah Roman, sementara Shania hanya bisa mengikuti papanya dari belakang. Shania tidak banyak bertingkah, saat ini ia berusaha mencari aman supaya Roman tidak bertambah membencinya. "Pergi kalian jangan pernah menginjakan kaki di perusahaan ini lagi!" seorang pria yang bertugas mendampingi Roman berkata dengan angkuh terhadap Fred dan Shania. Dian kini merasa bahagia, akhirnya perusahaan yang di bangun oleh kedua orangtuanya kini kembali ke tangannya, Dian tersenyum dan berkata dalam hati. 'Ibu... aku telah membalas

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   PERTEMUAN SANIA DAN DIAN

    "Daddy akan secepatnya mengabulkan permintaanmu Nak, tenang saja," Fred merangkul putrinya berusaha menenangkan Sania agar tidak menangis lagi. Dalam hati Sania berbicara, "Yes semoga kali ini Daddy benar-benar mengabulkannya," Lalu ia mengusap air mata kepura-puraannya, "Baiklah Dad's terima kasih, kalau begitu aku pergi dulu ya," pintanya. "Ya sayang..." Sejak pertama kedua ayah dan anak itu sedang berbicara, Dian diam-diam mengamati percakapan mereka ia tahu apa yang harus ia lakukan kali ini. "Nona kau sedang apa di sini?" tanya Antonio yang tiba-tiba saja muncul tanpa ia sadari. "Astaga Pak Anton, kamu membuatku kaget saja. Ada apa Pak?" Antonio gugup pada saat itu, lantaran jarak wajahnya dengan wajah perempuan di depannya terasa sangat dekat sekali. "A-aku..." "Baiklah kalau kau tidak mau bicara, aku pergi!" dengan cepat Dian pergi demi menghindari Antonio. "Nona Dian aku..." ucapan pria itu kembali terpotong, ia hanya berdiri di depan Dian. Dian menggelen

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   MEMBUJUK SANG KAKEK

    Langkah Silvia terhenti ketika mendengar suara lantang dari pria yang tidak lagi muda, dan tidak mengharapkan kedatangannya. "Kakek, aku datang..." "Diam Roman! Bawa pergi Wanita ini, aku tidak mau ditemui kau dengan dia!" Rezenzo memotong ucapan Roman. Mata Silvia terlihat berkaca-kaca, ia merasa sedih karena kehadirannya tidak di harapkan. Ia berniat kembali tapi dihentikan oleh Roman. "Tidak Silvia, kau jangan pergi!" larang pria itu. "Tapi aku tidak di harapkan di sini Rom, untuk apa aku berada di sini," lirihnya. "Ya bagus kau tahu diri," Rezenzo mengumpat. Akan tetapi Roman tetap memegang erat tangan perempuan yang ia cintai dan tidak membiarkannya pergi. "Roman aku," "Sstt sudahlah! Jangan bicara lagi, tetaplah di sini bersamaku," Meski dengan enggan Silvia menuruti permintaan kekasihnya, walaupun Rezenzo tidak menyukai keberadaan dirinya di sana. "Kalian pergi! Aku tidak ingin melihat kalian di sini!" usir pria yang tidak lagi muda itu. Namun, kali ini Sil

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   DINAMIKA KEHIDUPAN

    Sorot mata Silvia semakin tajam ketika melihat Fred dan Selena bertengkar di hadapannya, pasalnya ia meminta bertemu dengan Fred bukan ingin melihat pertengkaran mereka tapi ingin menuntut Fred mengakui di hadapan publik kalau sebenarnya mereka telah bercerai jauh sebelum ia mengenal cucu pengusaha terkenal kaya raya itu. "Hentikan!!!" Silvia berteriak demi menghentikan pertengkaran di antara mereka. "Kedatanganku kemari bukan untuk melihat perkelahian kalian, aku hanya minta kau klarifikasi di depan publik!" tukasnya geram. Namun, permohonan Silvia mendapatkan penolakan. Karena Fred bersikukuh masih ingin Silvia kembali seperti dulu. "Klarifikasi? Tidak akan ada Silvia! Aku hanya ingin kita kembali seperti dulu!" Silvia mengepalkan tangannya ia merasa frustasi. "Kita tidak akan pernah bisa Fred, kau mengerti? Seandainya dulu kau tidak melakukan hal bodoh, mungkin aku masih mau bertahan denganmu tapi kau berkhianat dengan jalang ini!" "Aku bukan jalang, Kau yang tidak

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Rumor dan Fitnah

    "Tuan, saya mohon berikan saya kesempatan," Dian memohon tatkala ia dipecat oleh Rezenzo "Tuan..." Tok! Tok! Tok! Perempuan itu terus mengetuk pintu supaya si pemilik rumah itu mau membukakan pintu untuknya, namun usahanya itu nihil. Malah yang keluar menemuinya bukanlah Rezenzo tetapi dua orang ajudan yang bersiap mengusirnya secara paksa. "Tolong pergi Dian! Kau sudah diperingatkan sejak awal bukan? Tapi, kenapa kau malah melanggarnya?" salah seorang dari dua orang itu menatap Dian, ia merasa kasihan namun tidak mungkin menolong perempuan itu. "Saya tahu saya salah, tapi..." "Pergilah, kami mohon jangan persulit pekerjaan kami!" usir pria itu dengan suara baritonnya. Dian menunduk pasrah, ia pun segera pergi meninggalkan rumah itu, bahkan dia di larang untuk memberi tahu Roman soal pemecatan ini. Sementara ketika dia pergi, Roman masih dalam perjalanan pulang, Pemuda itu sangat bahagia sekali setelah sekian lama ia bertemu kembali kekasihnya. "Aku bersumpah... kali

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Pergi Menuju Tempat yang Lain

    "Aaaa... ayolah beritahu aku," Silvia bersikap manja pada Roman, meski usianya jauh lebih tua dari kekasihnya tapi jika saat bersama pria yang dicintainya ia akan jauh lebih manja. "Sudahku bilang kalau sekarang aku beritahu, namanya bukan kejutan. Makanlah terlebih dahulu setelah ini kita akan pergi..." Dengan sedikit memoncongkan bibirnya perempuan mengangguk, "Hm... baiklah," Roman meraih kedua tangan Silvia ia berbicara dengan bersungguh-sungguh sambil menatap wajah perempuan itu. "Aku ingin, kau dan aku secepatnya menjadi kita," "Hah? Gimana-gimana maksudnya?" Silvia masih heran dengan kalimat yang ambigu itu. "Aku ingin secepatnya kita Menikah." ucap Roman memperjelas. "Kau serius, dalam waktu dekat ini?" Silvia meneliti wajah kekasihnya yang justru terang-terangan mengajak nikah. "Apa kau tidak percaya padaku?" tanya Roman malas saat tanggapan Silvia tidak sesuai harapannya. "Iya percaya, maaf... aku hanya kaget saja." balas Silvia lembut. "Iya aku ingin menik

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Pertemuan Setelah Lama Terpisah

    "Bagaimana apa kau masih akan mengundurkan diri dari kerja sama ini?" ejek Roman kembali dengan senyuman. Dengan terpaksa Fred tetap bertahan dengan kerja sama yang telah berlangsung itu,"Tentu saja aku akan bertahan, aku bukan Orang bodoh!" ujar Fred menyombongkan diri. Kemudian ia menoleh pada sekretaris dan tangan kanannya, "Ayo kita pergi dari sini!" ajaknya dengan penuh kekecewaan. Mereka pun mengangguk lalu bangkit menyalim tangan Roman sebagai bentuk penghormatan terhadap tuan rumah yang mengadakan rapat itu, sedangkan Fred hanya diam dengan sikap angkuhnya dia sangat tidak menyukai suasana ini. Pada saat Fred dan karyawannya akan keluar dari ruang rapat itu, pria muda itu kembali mengejeknya, "Apa begini caramu? Sopan kah meninggalkan rapat penting yang belum usai?!" Fred tiba-tiba menghentikan langkahnya, "Sit!" sambil menepuk tangannya di udara menandakan kalau ia sangat marah. Sementara Roman bersedekap tangan sambil tersenyum licik menikmati rasa kesal musuhny

  • TERAPIS MUDA SANG NYONYA   Keadaan telah Berubah

    Silvia teramat sangat senang setelah mendapatkan kabar baik ini ia bahkan ingin secepatnya bertemu dengan kekasihnya. Namun, Silvia masih terhalang restu dari kakek Rezenzo, ia kembali dengan raut wajah sedih setelah mengingat soal Rezenzo menentang hubungan itu. "Sampai kapan Tuan Rezenzo akan seperti ini? Memandang aku dengan sebelah mata... aku harus melakukan sesuatu agar pria itu mau merestui hubungan ini," gumam Silvia merasa sesak. Mengingat pria kaya yang ternyata kakek dari kekasihnya itu sangat tidak menyukai Silvia, tapi bukan karena ia miskin namun karena perbedaan umur yang cukup sangat jauh. Akan tetapi... semua ini tidak akan menyurutkan semangat Silvia begitu saja. *** Hari ini perintah yang diterima Dian berjalan dengan baik, bahkan ia pun kembali ke kantor dengan berita yang menggembirakan, Roman memberikan Dian apresiasi berupa hadiah uang tunai dengan dalih untuk diberikan kepada orang tua Dian. "Kau hebat Dian, saya senang dengan keberhasilan mu. Tapi ti

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status