Share

Episode 10

Sesekali aku menatap keluar kaca sambil terus mendengar ucapannya. Rasanya memang tidak bisa dipercaya kalau  ternyata dalang dibalik semua kasus ini adalah orang yang sangat ku kenal. Tapi itu baru dugaan sementara. Belum ada bukti yang benar-benar real yang bisa memberatkan orang itu bersalah.

Kalau pada kenyataanya memang dia, apa hubungannya denga aku. Kenapa aku yang dijadikan target  kambing hitamnya?

Seandainya bukti itu sudah konkret mungkin aku sendiri yang akan langsung berhadapan dengan dia. Semua harus jelas! tidak boleh dibiarkan dia berbuat semena-mena sama orang lain. Harus ada alasannya kenapa dia tega melakukan ini!

"Tapi kita tidak boleh mengambil kesimpulan dulu Move! kita harus mencari tahu  identitas Feronika yang sebenar- benarnya! ucapnya tegas. Aku menatapnya dan mengangguk pelan.

"Kita mulai penyelidikan  dari mana, Pak?"

"Kita cari identitas Feronika dulu Move. kita harus cari  informasi yang sebanyak-banyak tentang siapa sebenarnya Feronika Alfarest. Apa hubungan Feronika dengan perusahaan ini? kenapa tiba-tiba dia bisa datang ke perusahaan ini? pasti ada motif tersembunyi dibalik semua ini. yang pasti kita  harus lebih hati-hati sekarang karena kita tahu ternyata musuh kamu ada di depan mata kamu. orang yang begitu dekat dengan kamu."

Aku menghela nafas panjang. "Terima kasih sudah percaya sama saya, Pak!" terima kasih juga Bapak sudah mau membantu saya. Untuk selanjutnya cukup kita berdua dulu. Karena sekarang kita faham orang-orang disekitar kita belum tentu tidak punya maksud,-" kalimatku menggantung

Pak Fito menepuk-nepuk pundakku."Saya percaya sama kamu Move. Karena kamu orang baik. Dan saya mengenal kamu bukan setahun 2 tahun. Kita bekerja satu perusahaan sudah lebih dari tujuh tahun. Jadi kamu tidak  usah khawatir, kita akan cari bersama-sama siapa sebenarnya Feronika, dan apa motifnya dia melakukan ini diperusahaan kita?"

Aku mengangguk mantap seraya tersenyum. Itulah pembicaraanku dengan Fito. Baik Fito ataupun aku sebenarnya tidak percaya kalau orang yang ada dalam rekaman cctv itu adalah Feronika. Meskipun wajahnya ngga begitu jelas karena memakai masker, tapi kalau dilihat dari segi postur tubuhnya itu adalah dia.

Tapi aku dan Fito masih akan menyelidikinya lebih lanjut lagi. Mencari bukti-bukti yang lebih konkret lagi. Kami tidak mau salah menuduh orang.

Selintas aku teringat sosok yang menunggu Feronika didepan pintu keluar kantor. Sosok itu terasa familiar. Tapi baik aku dan pak Fito belumau berasumsi yang ngga-ngga karena dalam rekaman cctv, sosok itu terlihat samar-samar.

Selangkah lagi aku sampai depan pintu masuk ruang direktur. Dimana beberapa hari terakhir ini orang yang ada didalam sana sudah menjadi bagian dalam hatiku. Aku menarik nafas berat. Entah kenapa tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dengan sekitarku. Setelah mengetahui kebenaran tentang kasus penggelapan uang perusahaan itu. 

Aku sudah menolak untuk tidak curiga dengan orang yang ada didalam ruangan itu. Tapi hatiku entah kenapa merasakan curiga yang begitu besar padanya.

Sebenarnya apa yang harus aku curigai? dia kan direktur perusahaan disini. CEO yang jujur dan sukses dalam kepemimpinannya.

Aku menggeleng kepala berkali-kali. Seraya menggapai pintu.

"Move!" Aku menoleh kaget.

Sosok ramah yang rupawan itu tersenyum  mempesona. Akupun membalikkan badan dan membalas  senyumnya dengan ramah juga.

Baru mulutku mau terbuka, "jangan manggil aku dengan kata bapak! Ok!" Semakin lebar senyumku mendengar ucapannya.

"Mau nagih  janji!" ucapnya lagi. Aku mengangguk-angguk masih dengan senyum.

 "Pulang kerja, ok!" lgi-lagi belum sempat  aku bicara dia sudah menyerobot duluan.

"Ok!"  jawabku singkat dengan tatapan jenaka dan senyuman manis.

"Didepan pintu keluar aku tunggu! jangan lembur ya?" Aku mengangguk. Sosok mempesona itu juga tersenyum dan menatapku dalam. Agak jengah juga. Akhirnya aku mengalihkan pandangan sesaat.

"Aku masuk keruangan dulu Pak Dattan -!" ucapku cepat menyambar pintu lalu  masuk.

"Eehh-, " laki-laki itu berusaha mengejar tapi pintu sudah tertutup. "Huft! menggemaskan. Kayak masih anak umur 20 tahun!" gumamnya sambil tersenyum dan menggelengkan kepala.

*******

Aku salah tingkah dengan sikapnya. Sesekali aku memberanikan diri menatap wajahya. Uhh! dingin tak bereaksi. Seperti batu es. Keras!" mulutku komat-kamit.

Muka datarnya menunjukkan ekspresi marah. Aku melihat rahangnya mengeras. Tatapannya tajam seperti mau menerkam. Dengan sedikit gemetaran aku menunduk kembali. Sebenarnya aku sadar salah aku apa. Melanggar ucapannya waktu itu.

Tapi apa harus dengan cara begini menghukumku. Membiarkan aku berdiri menunduk didepannya sudah lebih dari setengah jam. Rasanya kakiku sudah ngga kuat. Lebih-lebih sikapnya buat aku takut. Diam terus cuma matanya tajam menatapku tanpa berkedip.

Hampir jatuh badanku.Kakiku mgga saggup menopang badanku yang sebenarnya sudah lemas dari tadi. Dengan sigap dia menangkap tubuh kecilku. Bahkan dalam keadaan dia memeluk tubuhkupun, mulutnya belum juga terbuka. Yang ada mata tajam itu tambah garang menatapku.

Aku mencoba melepaskan diri dari pelukannya. Tapi terlalu kuat tangannya memelukku. Berusaha memberontak, agar aku bisa melarikan diri. Namun sia-sia. Aku mengeluh dalam hati.

Sesaat aku merasakan pelukannya merenggang tapi bukan berarti dia melepaskan pelukannya. Tapi setidaknya aku sedikit bisa bernafas.

"Kenapa melanggar ucapan yang aku sampaikan sama kamu beberapa hari  yang lalu? Kamu lupa status kamu sekarang apa?" Aku mengangguk pelan dengan tatapan menghiba.

"Terus kenapa masih saja tidak patuh?" Masih dengan suara berat. Aku kira dia akan bersuara tinggi ternyata suaranya sendu berkesan sedih.

"Maaf!"  pelan suaraku.

"Apa kata maafmu sudah cukup mengobati kekesalanku?" Aku menatapnya.

"Cup." secepat kilat kecupan dipipinya itu kutarik. Aku menunduk dengan muka merah merona. Malu! Tanpa kuduga tiba-tiba dia mengangkat badanku kemeja.

"Mulai nakal ya sekarang! ada kemajuan!" dia mencubit hidungku.aku semakin menunduk dan pastinya wajahku semakin memerah. Tangannya meraih mukaku dan menatapku dalam.hembusan nafasnya begitu terasa di wajahku. Dengan sengaja dia mendekatkan mukanya ke wajahku.aku menjauhkan mukaku kebelakang. Tapi tangannya  menekan maju kepalaku.

Dalam sekejab! bibirnya sudah melumat bibirku. Aku terkejut tapi tidak sempat mengelak. Semakin kepalaku ditekan semakin masuk lidahnya kemulutku memainkan lidahku sesekali dihisap. Sesaat aku memejamkan mata menikmati lumatan bibirnya.

Tok ...

Kami terperanjat. Secepat kilat aku melompat. Ray pun segera memutar badannya dan kembali kemejanya. Aku menyeka bibirku yang basah dan melihatnya dengan senyum kecil.

"Masuk-!" ucapnya sedikit keras. Kulihat Clarisa datang membawa buku laporan.

 "Maaf Pak! ini berkas yang harus Bapak tanda tangani." ucapnya.

"Oh iya!" agak gugup dia. Bahkan tangannya gemetar memegang pena.

"Bapak  sakit kok tangannya gemetar?" Aku menoleh mendengar kata-kata Clarisa. Kuperhatikan mimik muka Ray yang saat itu juga menatapku.

"Oh tidak Clarisa! Saya cuma sedikit ngga enak badan. Semalam kurang istirahat dengan baik." jawabnya masih sambil menatapku. Aku menundukkan kepala.

"Baiklah Pak! kalau begitu saya akan melanjutkan kerja."

"Iya Clarisa, silahkan!" Sepeninggalkan Claris, dia mendekati mejaku.

"Takut ya?" suaranya menggoda.

"Bukannya Bapak yang tangannya gemetar. Kenapa jadi saya yang harus takut?" Pembelaanku telak sambil menatapnya tegas  

"Hem-m! sudah berani ya sekarang? siapa yang ngajarin?" ucapnya sambil memencet ke dua pipiku.aku meringis.

"Uhh-hh, sakit!" ringisku sambil melepaskan tangannya dari pipiku. Aku usap-usap pipiku yang memerah sambil bersungut-sungut.

Dengan lembut dia mengusap dan membelai pipiku. "Maaf sayang," suaranya lembut. Aku menatapnya lembut. Lalumengangguk pelan.

Lembut sekali  dia mengecup keningku. Aku menengadahkan muka menatapnya dengan teduh. Dengan hangat sosok tampan itu memelukku. Harusya aku adalah orang yang paling beruntung.

Tapi semenjak melihat rekaman cctv yang sempat dihapus itu, entah kenapa aku mulai meragukan orang-orang di sekitarku. Dan mulai  protect dengan diriku sendiri. Aku berharap  semua cepat terungkap. Aku membalas pelukkannya dan mengeratkannya hangat.

BERSAMBUNG.

Ai

Up

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status