Share

Bab 7 Season 1

Author: Yuri
last update Last Updated: 2024-04-20 11:39:27

"A–apa, maksudmu?!" ujar Verlyn sambil sedikit menjauh dari Kayn.

Kedua pipi Verlyn langsung memerah seketika setelah Kayn berbisik di dekat telinganya. Kayn melipat kedua tangannya dan menatap Verlyn dengan dingin, menunggu penjelasan dari gadis yang kini tampak gugup di hadapannya.

"Mengaku saja, kau orang mesum, kan?!" tuduh Kayn dengan nada sedikit tinggi.

Verlyn menggeleng cepat. "Tidak! Kau salah paham! Sudah kubilang, aku hanya mengantarkan makan siang untukmu dan ingin meminta maaf soal—"

"Perkataanmu di taman tadi?" potong Kayn.

Verlyn mengangguk pelan, lalu menatap Kayn. "Kau ingin aku melakukan sesuatu, kan? Akan aku kabulkan—kecuali jika kau meminta untuk membatalkan perjodohan ini. Aku tidak mau," ujar Verlyn sambil menggeleng di akhir kalimat.

Kayn menghela napas dan menatap tajam ke arah Verlyn. "Sudahlah, lupakan saja. Kau keluar sekarang. Aku merasa tidak nyaman jika kau berada di dekatku."

Verlyn terdiam sejenak setelah mendengar perkataan Kayn, lalu tersenyum kecil. "Ternyata kau punya rasa malu juga, ya."

Kayn memandang Verlyn dengan kesal. "Keluar sekarang!" perintahnya tegas.

Verlyn terkikik dan mengangguk. "Baiklah, baiklah. Aku akan keluar, Kayn," ucapnya sambil melangkah ke arah pintu.

Sesampainya di dekat pintu, Verlyn menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Kayn yang masih memperhatikannya dengan wajah kesal.

"Tapi, Kayn. Aku bersungguh-sungguh soal perkataanku di taman tadi." Verlyn menggenggam gagang pintu. "Kalau kau meremehkanku lagi seperti saat pertemuan pertama kita pagi tadi..."

Verlyn membalikkan badan dan tersenyum. "Aku tidak akan tinggal diam," ujarnya, lalu melangkah keluar dari kamar Kayn.

Sebelum menutup pintu, Verlyn menoleh kembali. "Oh, aku hampir lupa mengatakan ini. Padahal penting."

Kayn masih terdiam, memperhatikan Verlyn dengan lengan terlipat.

"Kau memiliki badan yang bagus, ya!" ucap Verlyn santai.

"Apa?! Kau benar-benar...!" Kayn menghampiri Verlyn dengan ekspresi terkejut.

Namun Verlyn tersenyum nakal dan segera menutup pintu kamar. Ia pun melangkah pergi sambil berkata pelan,

"Tidak perlu berterima kasih, Kayn. Itu benar-benar pujian, dariku!"

---

---

"Sayang sekali, padahal kau bisa di sini lebih lama, Verlyn," ucap Villian dengan nada sedih.

Verlyn tersenyum dan memegang tangan Villian. "Aku akan mampir lagi, Ibu. Jangan khawatir!" balasnya menenangkan.

Villian mengangguk dan membalas senyum Verlyn. "Ibu akan selalu menunggu kedatanganmu."

"Datanglah kapan saja, Verlyn. Pintu rumah ini akan selalu terbuka untukmu!" tambah Khalix bersemangat.

"Hehe, baik, Ayah!" Verlyn masuk ke dalam mobil dan membuka kaca jendela.

"Aku pergi dulu, Ayah, Ibu!" Verlyn melambaikan tangan.

Khalix dan Villian ikut melambai. "Hati-hati, Nak!" seru mereka bersamaan.

Mobil yang Verlyn naiki perlahan menjauh, hingga menghilang dari pandangan kedua orang tua Kayn.

Sepanjang perjalanan, Verlyn memandang keluar jendela. Tatapannya tertumbuk pada salah satu restoran, yang mengingatkannya pada sesuatu.

‘Supir dan para pengawal belum makan siang,’ batinnya.

"Pak, kita berhenti di restoran depan sana, ya," ucap Verlyn kepada Pak Rian.

"Baik, Nona." Pak Rian menepikan mobil dan parkir di depan restoran berbintang lima bernama Steaks’t.

Para pengawal Verlyn juga memarkirkan kendaraan mereka. Pak Rian turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk Verlyn. Sebelum keluar, Verlyn mengenakan kacamata hitam agar tak mudah dikenali.

Melihat para pengawalnya juga mengenakan kacamata hitam, Verlyn terkikik.

"Duh, jadi kayak mamba, ya. Haha..." katanya pelan. "Ayo kita masuk ke dalam," ajaknya.

Para pengawal hanya tersenyum dan mengikuti Verlyn masuk.

Setibanya di dalam, Verlyn memesan meja VIP berisi enam kursi. Ia memaksa Pak Rian dan para pengawalnya untuk duduk.

"Pesanlah sebanyak apa pun yang kalian mau," ucap Verlyn ramah.

Namun, tak ada yang merespons. 'Apa aku bilang sesuatu yang salah?' batinnya.

"Nona, tugas kami adalah melindungi Anda. Kami tidak pantas makan bersama Nona Verlyn di sini," ujar Farga, bangkit dari kursi.

Saron, Divan, dan Regi turut mengangguk dan berdiri.

"Jika Nona ingin makan, kami akan menemani. Tapi kami tidak bisa ikut makan," ujar Saron.

"Kami akan berdiri menjaga Anda agar Nona makan dengan nyaman," lanjut Divan.

"Jika Anda butuh sesuatu, tinggal katakan kepa—"

"Aku tidak akan makan, jika kalian tidak ikut makan," potong Verlyn tegas.

Mereka terdiam, namun Regi mencoba membujuk, "Tapi, Nona..."

"Pak Rian, tolong jelaskan pada mereka. Aku lupa, mereka baru bekerja hari ini..." ucap Verlyn, masih menelusuri buku menu.

"Baik, Nona Verlyn." Pak Rian pun menjelaskan maksud Verlyn kepada keempat pengawal baru tersebut.

Setelah itu, mereka terdiam sejenak lalu membungkuk serempak. "Maafkan kelancangan kami, Nona Verlyn!"

Verlyn mengangguk. "Tidak apa-apa. Sekarang kalian sudah mengerti, kan?"

"Kami mengerti, Nona Verlyn!" jawab mereka serempak.

"Baguslah! Sekarang duduk dan pesanlah apapun yang kalian mau. Aku yang traktir!" ujar Verlyn semangat.

Farga, Divan, Saron, dan Regi tersenyum, lalu duduk dan mulai memilih menu. Begitu juga dengan Pak Rian. Mereka lalu asyik berbincang sambil menunggu makanan datang.

Verlyn yang sedang tertawa bersama mereka, tiba-tiba dikejutkan oleh getaran dari ponselnya.

‘Nomor tidak dikenal?’

"Ada apa, Nona Verlyn?" tanya Saron.

Verlyn menggeleng. "Bukan apa-apa. Lanjutkan saja obrolan kalian. Aku ke toilet sebentar."

Ia bangkit dan menuju toilet. Masuk ke bilik, ia mengangkat telepon itu.

"Halo?" ucap Verlyn.

Tak ada jawaban.

‘Apa, sih? Nggak jelas banget!’

Verlyn segera mematikan panggilan, memasukkan ponselnya ke saku jas, dan keluar dari bilik. Ia mencuci tangan di wastafel, lalu segera pergi—tanpa memperhatikan sekitar.

Tanpa sengaja, ia menabrak seseorang.

"Aw... kacamataku!" Verlyn langsung memungut kacamatanya dan mendapati seorang wanita berambut cokelat bergelombang berdiri di hadapannya.

Verlyn membungkuk sedikit. "Maaf, aku tidak sengaja menabrak Anda."

"Dasar pengganggu," gumam wanita itu pelan.

Wanita itu hanya melipat tangan dan berjalan ke wastafel tanpa membalas permintaan maaf Verlyn.

Verlyn menghela napas dan berbalik menatap wanita itu. "Apa kau tidak bisa membalas ucapanku dulu?" tanyanya dingin.

Wanita itu memutar bola mata dan menatap Verlyn tajam. "Untuk apa? Kau sudah minta maaf, lalu aku harus apa?"

‘Wanita ini benar-benar menyebalkan... Eh?!’ Verlyn memperhatikan warna mata wanita itu—biru safir.

Warna yang terasa sangat tidak asing.

‘Warna mata itu... aku seperti pernah melihatnya. Tapi, kapan?’

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 160 Season 2

    Setelah memasuki area tengah hutan dengan pohon yang besar dan rindang di malam hari, mereka memutuskan untuk beristirahat terlebih dulu dan membangun 2 tenda besar yang di bawa oleh Wallace di kereta kudanya.Cherryn sudah tertidur lebih dulu di dalam tenda dan Wallace tidur di dalam kereta kuda. Verlyn masih terjaga di luar tenda sambil memandangi langit malam dan menyandarkan tubuhnya di salah satu pohon besar.Verlyn menutup kedua matanya dan menghela napas panjang lalu merasa ada seseorang yang sudah duduk di sebelahnya setelah dia membuka matanya dan menoleh."Kau belum tidur, Kayn?"Kayn menggeleng pelan lalu menoleh ke arah Verlyn. "Kau sendiri belum tidur, Verlyn," balasnya.Verlyn tersenyum tipis lalu kembali menengadah menatap langit malam. "Aku tidak bisa tidur karena memikirkan ...""Masalah di kota?" lanjut Kayn cepat.Verlyn kembali menoleh ke arah Kayn lalu tersenyum. "Kau sudah sangat mengenal diriku, ya?"Kayn ikut tersenyum. "Entah lah. Jika di katakan kalau aku sud

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 159 Season 2

    Ace yang sedang menengadah ke langit biru yang sudah sedikit tercampur dengan warna jingga lalu menghela napas panjang."Ayah sama sekali belum menyentuh makanannya dan tidak keluar dari ruang kerjanya sama sekali ..." Ace menggenggam erat besi balkon dengan perasaan kesal. "Jika terus seperti ini ...""Ace ,,," lirih Selvania pelan.Ace membalikkan badannya dan menghadap ke arah Selvania yang tampak sedang gelisah dan khawatir sambil menaruh kedua tangannya di atas dada."Ace, ayah sama sekali belum keluar dari ruang kerjanya dari pagi, dan sekarang hari sudah menjelang sore, bagaimana ini?" tanya Selvania khawatir.Selvania menundukkan kepalanya. "Beliau juga tidak memakan sarapannya, terlebih setelah mendengar kabar lain bahwa Verlyn tidak ada di dalam vila ..." lanjut Selvania lesu.Ace melangkah mendekat ke arah Selvania lalu memeluknya sambil membelai rambutnya yang berwarna kuning sedikit panjang itu."Tenang lah, Nia ,,," ucap Ace lembut.Selvania memejamkan matanya dan mengan

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 158 Season 2

    Jersey City, Kediaman Kaze."Ace, apa kita tidak bisa melakukan apapun lagi untuk menghentikkan ibu?" tanya Selvania khawatir.Ace yang sedang duduk di sofa sambil menatap layar ponselnya hanya menghela napas panjang dan menggeleng pelan."Aku tidak tahu lagi, Nia. Aku pikir Ibu akan terus tinggal di rumah ini saat Verlyn tinggal di vila untuk sementara waktu, tapi nyatanya, Ibu yang ingin tinggal terpisah dengan kita dan tiba-tiba ... ukh ,,,"Ace memegangi kepalanya yang terasa semakin pusing daripada hari kemarin. Selvania segera menghampiri Ace dan memberikan teh kepada yang ada di meja kepadanya.Ace menerima teh itu dan meneguknya perlahan lalu memejamkan matanya sambil mengatur napas."Sebaiknya kau istirahat dulu, Ace. Jika kondisimu seperti ini, kita tidak akan bisa membantu ayah di persidangan, nanti," pinta Selvania khawatir."Aku tidak akan bisa istirahat jika sudah memikirkan masalah ayah dan ibu, Nia. Sudah dari semalam aku tidak bisa tidur dengan lelap," balas Ace denga

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 157 Season 2

    Hari ke-14 di Desa Fandaria."Sudah siap, Verlyn, Kayn?" tanya Cherryn.Verlyn dan Kayn mengangguk sambil menggendong tas gunung masing-masing dan membawa kantong plastik sedang yang berisi bekal untuk perjalanan mereka ke kota nanti.Mereka melangkah keluar dari rumah secara bergantian dan menuruni tangga perlahan. Para warga sudah berkumpul di depan rumah Cherryn untuk memberikan ucapan terima kasih dan doa untuk Verlyn dan Kayn sebelum pergi dari desa Fandaria.Salah satu anak menarik pelan jaket Verlyn, membuatnya menoleh ke bawah dan melihat Kila yang berada di sana bersama dengan Risa yang terlihat sudah sehat walaupun wajahnya masih terlihat sedikit pucat."Eh, Kila!" Verlyn menoleh ke arah Risa dengan senyuman yang sama. "Ada Risa juga, rupanya. Apa Risa sudah merasa lebih baik, sekarang?" tanya Verlyn.Risa mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Ini berkat usaha Kak Verlyn dan Kak Kayn, aku sangat berterima kasih!" jawab Risa pelan.Verlyn mengangguk lalu membelai rambut p

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 156 Season 2

    "Jadi, kau merasa kalung liontinmu itu menghilang setelah terjatuh ke sungai?" tanya Cherryn setelah Verlyn selesai bercerita.Verlyn mengangguk sambil menurunkan pandangannya. "Aku berpikir begitu karena aku dan yang lain tidak bisa menemukan kalung liontin itu sama sekali di rerumputan di tepi sungai, nek."Verlyn memainkan jari jemarinya. "Aku minta maaf, akibat keteledoranku sendiri kalung liontin uang berharga itu, menghilang ..." lanjut Verlyn dengan perasaan bersalah.Cherryn menyeruput tehnya perlahan dan menghela napas pelan. "Dugaanmu memang benar, Verlyn. Tapi, kalung liontin itu tidak menghilang dan jatuh ke dasar sungai," balas Cherryn.Verlyn dan Kayn kompak terkejut mendengar hal itu dan mendongak bersama ke arah Cherryn yang dengan santainya menaruh cangkir tehnya di atas meja lalu mengambil ikan Silver Fish yang tergeletak di atas meja di depannya.Cherryn membuka sedikit mulut ikan Silver Fish dan memperlihatkannya kepada Verlyn dan Kaun. "Apa kalian melihat ada bend

  • Taruhan Dengan Ceo Muda   Bab 155 Season 2

    "Nenek belum tidur, kan?!" tanya Verlyn sambil mengatur napasnya setelah sampai di depan rumah Cherryn."Aku tidak tahu pasti, Nenek biasanya sudah tidur di kamarnya saat kita pulang ..." Kayn melirik ke arah ikan berwarna perak berkilau yang terlihat tenang tanpa air di genggaman kedua tangan Verlyn lalu kembali menatap Verlyn yang menunggu jawaban selanjutnya.Kayn menghela napas pelan. "Sebaiknya kita masuk dulu dan segera beritahukan hal ini kepada nenek," ajak Kayn.Verlyn mengangguk setuju lalu segera menaiki tanggal lebih dulu, di ikuti oleh Kayn di belakangnya. Setelah masuk ke rumah, Verlyn dan Kayn di kagetkan oleh Cherryn yang baru saja keluar dari kamar."Nenek!" kompak Verlyn dan Kayn.Cherryn menoleh dan sedikit terkejut melihat Verlyn dan Kayn yang tampak berantakan dan lusuh di dekat pintu.Cherryn melirik ke arah ikan yang sedang di bawa oleh Verlyn dan menyipitkan kedua matanya lalu berjalan ke arah Verlyn dan Kayn untuk melihat ikan itu lebih dekat lagi."Kalian ,,,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status