Home / Romansa / Tawanan Hati sang Penguasa / Suami dan Mertua Laknat

Share

Suami dan Mertua Laknat

Author: El khiyori
last update Last Updated: 2025-03-06 22:02:14

Dengan langkah tertatih Serena melangkah menyusuri jalanan yang dipenuhi dedaunan kering karena saat ini memang tengah musim gugur. Matanya terpejam beberapa saat sebelum akhirnya ia masuk ke dalam sebuah rumah. Rumah kecil yang ia tinggali bersama suami dan ibu mertuanya.

"Darimana saja? kukira kau sudah tak ingat pulang?"

Itulah kata sambutan yang Sean layangkan begitu melihat kehadiran istrinya.

"Apa maksudmu Sean? aku baru saja bekerja, kau tak lupa tentang itu kan?" sahut Serena sambil menuangkan air minum ke dalam gelas yang ia genggam lalu meneguknya perlahan.

"Apa saja yang kau kerjakan sampai pulang selarut ini?!" pertanyaan itu sekarang muncul dari bibir Lucy, ibu mertua Serena.

Ditanya seperti itu Serena justru tersenyum sinis.

"Kenapa Ibu harus bertanya? bukankah Ibu sendiri yang memaksaku bekerja di rumah itu. Harusnya Ibu lebih tahu segalanya daripada aku," ujarnya sambil melenggang pergi, tapi ternyata jawaban yang baru saja ia berikan membuat Lucy tak terima.

Wanita itu kembali berteriak, mengungkit-ungkit semua kebaikan yang sudah diberikan pada keluarga Serena. Ia juga terus memaki-maki anak menantunya tanpa ampun. Sean sendiri sampai tak berhasil memenangkan ibunya, pada akhirnya ia membawa kursi rodanya menuju ke kamar tempat Serena berada.

"Serena, aku tahu kau belum tidur," ucap Sean saat melihat tubuh istrinya sudah bergelung di balik selimut dengan posisi membelakanginya.

"Mintal maaflah pada ibu, kau sudah berbicara kasar padanya dan sekarang dia sangat marah, kepalaku pusing mendengarnya."

Serena memang belum tertidur. Mendengar apa yang Sean katakan amarah semakin menguasai hatinya. Sebenarnya ia mulai muak pada sikap Sean yang secara tak langsung seolah hanya peduli pada perasaan sang ibu. Hanya saja Serena memilih diam. Ia sudah malas berdebat dengan pria itu. Rasanya percuma, karena apapun yang akan ia katakan tetap saja salah.

Meski sudah tak ada lagi pertikaian, Serena hampir tak bisa tidur semalaman. Otaknya melanglangbuana kemana-mana. Matanya baru bisa terpejam setelah lewat dini hari, hingga saat matahari sudah terbit Serena masih terlelap dengan nyaman, namun suara mengejutkan membuatnya terpaksa membuka mata.

Di waktu yang bersamaan, pintu kamarnya dibuka dengan keras hingga menimbulkan suara dentuman nyaring karena benda berbahan kayu tersebut menabrak dinding. Benturan yang membuat Serena tersentak, terlebih saat tangannya ditarik paksa oleh seorang pria bertubuh besar dengan ekspresi garang menakutkan.

Tak hanya itu, setelah tubuhnya berhasil ditarik keluar dari kamar, ia lantas dilempar ke hadapan seorang pria. Melihat siapa pria itu seketika membuat Serena ketakutan.

"Apa yang kau inginkan?! kenapa kau datang lagi kemari?!" teriak Serena pada pria yang kerap kali menagih hutang pada suami dan mertuanya. Mendengar apa yang Serena tanyakan, pria berprofesi sebagai rentenir tersebut justru menyeringai.

"Bawa dia!!" titahnya pada para pengawal. Tubuh Serena yang masih berbalut pakaian tidur langsung diangkat paksa. Sudah pasti wanita itu menjerit dan meronta, sayangnya tak ada yang peduli, bahkan saat bibir Serena terus memanggil pilu nama sang suami. Sean justru mengalihkan pandangan.

Mau bagaimana lagi, hutang-hutangnya akan dianggap lunas jika rentenir tua bernama Aroon tersebut diizinkan untuk menyentuh Serena. Tak ada lagi yang bisa wanita itu lakukan selain hanya menangis meratapi nasib. Bibirnya kini bahkan ditutup menggunakan lakban. Membuatnya tak mampu lagi mengeluarkan suara. Tetesan demi tetesan dari sudut matanya mewakili betapa hancur dan kecewa perasaannya saat ini.

Sebuah kamar hotel kini menyambut kedatangan Serena. Tubuhnya dilempar ke atas ranjang sebelum akhirnya pria bernama Aroon tersebut mendekat dan berusaha menyentuhnya.

Serena mencoba mengiba dengan menampakkan sorot mata sesedih mungkin saat pria itu mendekat, dan berhasil. Setelah menyingkirkan kemeja dari tubuhnya, Aroon lantas melepaskan lakban dari bibir pucat Serena.

Seketika wanita itu bisa bernafas dengan lebih leluasa. Nafasnya masih sedikit tersengal-sengal karena kelelahan setelah meronta-ronta tiada henti. Momen itu langsung dimanfaatkan oleh Serena untuk mencoba merayu.

"Tuan Aroon ... tolong aku, tanganku sangat sakit," desis Serena dengan sedikit membusungkan dada, memperlihatkan keindahan aset berharganya yang memang tak bisa dipandang sebelah mata.

"Apa Sayang, kau mau apa? biarkan aku menyentuhmu, aku sangat menginginkanmu," balas Aroon yang mulai membelai lembut rambut Serena, membuat wanita itu jijik setengah mati namun tetap berusaha terlihat tenang.

"Aku tahu Tuan, tapi tolong lepaskan ikatan di tanganku! ini sungguh sakit .... "

Saat berkata demikian, Serena memperlihatkan ekspresi kesakitan yang teramat sangat.

"Baiklah, aku akan melepaskannya tapi jangan coba-coba untuk kabur. Anak buahku berjaga di luar," sahut Aroon yang membuat Serena bersorak senang di dalam hati.

"Iya Tuan," jawab Serena yang seolah masih merasakan ketakutan yang teramat sangat, padahal ia sedang merencanakan sesuatu dalam benaknya. Matanya kini kembali tertuju pada sebuah patung ikan keramik yang terletak di atas nakas. Degupan jantung Serena semakin berpacu cepat saat Aroon benar-benar mulai mengurai simpul tali yang sejak tadi menahan tangannya.

Tanpa menunggu lebih lama lagi, begitu tangannya bisa bergerak bebas, secepat kilat Serena meraih benda yang sudah menjadi targetnya sejak tadi.

Satu pukulan di area wajah berhasil membuat bos rentenir itu ambruk, dan Serena tak langsung berhenti begitu saja. Sekali lagi ia kembali melakukan pukulan di tempat yang berbeda.

Kini Aroon benar-benar pingsan. Menyadari itu Serena buru-buru membuka kunci pintu dan berlari kencang keluar dari sana, tak peduli pada orang-orang Aroon yang berusaha mengejar.

Dengan kaki telanjang Serena terus berlari menelusuri lorong hotel yang ternyata begitu sepi. Ia semakin ketakutan saat mereka hampir berhasil mendekat. Tetapi Serena tak menyerah. Ia terus berusaha mencapai pintu lift.

"Berhenti kau jalang!!" teriak salah satu dari mereka yang semakin membuat Serena lari terbirit-birit. Di saat langkah kakinya hampir berhasil sampai di tempat tujuan, seseorang terlihat keluar dari sana. Seseorang yang cukup Serena kenal.

Pria berjas hitam rapi dengan sejuta pesona yang ada di depan sana adalah Morgan, namun sayang, tubuh Serena telah berhasil ditarik dari arah belakang, hanya saja ia masih bisa menjerit meminta tolong pada pria di depan sana.

"Tolong aku Tuaannn!!" jerit Serena yang membuat Morgan menatapnya dan benar-benar melakukan sesuatu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Noor Sukabumi
anjir bnr nih suami sama mertua yg dengan teganya menjual istri ke rentenir gara2 hutang cocok nih ditinggalin Saja suami kyk gitu mah halal
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 56

    Meski pelayan sudah pergi, Serena masih menempatkan William dalam gendongannya. Ia menatap tak percaya pada apa yang ada di hadapannya saat ini.Rumah yang berada di antara taman itu memang hanya rumah kecil dengan satu kamar, namun apa yang ada di dalamnya membuat Serena tak bisa berkata-kata. Tempat tidur yang nyaman untuk dirinya dan bayinya sudah tertata rapi di sana. Ada lemari khusus yang di dalamnya juga terdapat berbagai macam makanan, dan yang paling menyita perhatian adalah beberapa kotak susu formula juga diapers untuk William. Semua itu sesuai dengan apa yang biasa ia kenakan pada putranya.Serena mendekati benda-benda tersebut. Barang-barangnya benar-benar masih baru semua. Artinya, semua itu memang sengaja disiapkan secara khusus untuknya."Orang seperti apa pemilik rumah ini, kenapa sampai menyiapkan kebutuhanku dengan sedetail ini," gumam Serena sambil memegangi kotak susu yang diperuntukkan untuk William. Baru setelah itu ia duduk di sofa yang terletak di sudut ruan

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 55

    Setelah mencari kemana-mana dan hampir putus asa, akhirnya Felix benar-benar muncul di depan Serena. Pria itu menatap takut-takut karena amarah jelas terlihat dari wajah Serena. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir wanita itu, namun tatapan matanya sama sekali tak beralih dari wajah Felix.Felix sendiri masih diam. Ia menunggu langkah Serena yang kian mendekat hingga tiba-tiba, plakkk ....Satu tamparan Serena daratkan di pipi Felix begitu keduanya sudah saling berhadapan.Pria itu masih diam membisu. Ia hanya menunduk sambil memegangi pipinya, namun saat Serena hendak berlalu, tangannya buru-buru menahan."Aku sungguh minta maaf Serena," ujarnya kemudian."Sudah aku maafkan, aku juga minta maaf karena selama ini sangat merepotkanmu, kupikir kau benar-benar tulus, tapi ternyata tak setulus yang kubayangkan," sahut Serena yang masih tak mau menatap ke arah Felix.Pria itu tentu tak terima dianggap demikian. Faktanya ia sangat tulus terhadap apa yang dilakukannya pada Serena,

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 54

    Awalnya langkah Serena begitu mantap, tapi saat matanya sudah bisa menjangkau keberadaan Morgan, kedua kaki yang semula berdiri tegak kini justru bergetar hebat."William? itukah bayi yang dimaksud orang tadi?" tanya Serena pada diri sendiri. Tampak di depan sana, Morgan tengah meletakkan kembali tubuh William ke dalam stroller. Serena hampir saja mendekat karena tak rela Morgan menyetuh putranya, namun ia segera tersadar. Kalau sampai dirinya melakukan itu, sama artinya dengan memberitahu Morgan siapa William sebenarnya. Namun Serena ingin mendengar apa yang pria itu katakan. Karenananya kakinya mulai bergerak semakin mendekat dengan langkah mengendap-endap."Lain kali jangan lupa memastikan rem strollernya aktif saat sedang berhenti," ucap Morgan pada bibi May. Serena pun bisa mendengar samar-samar ucapan itu. Sekarang ia mengerti kenapa Morgan berinteraksi dengan putranya. Besar kemungkinan karena dia berusaha menolong stroller William yang tergelincir karena mungkin bibi May lupa

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 53

    Sayangnya meski sudah diberi aba-aba, Serena masih diam tak bergerak. Ia sungguh tak tahu harus berbuat apa. Tak sanggup rasanya mempertontonkan lekuk tubuhnya di depan semua orang. Mungkin di kamera, tubuhnya memang tak terlihat sepenuhnya, tapi di hadapan orang di sekitarnya, tetap saja ia harus mempertontonkan lsemuanya. Belum lagi jika air sudah dinyalakan, Serena sungguh tak sanggup membayangkannya. "Aku tidak bisa," ucapnya kemudian yang membuat sutradara menatap tajam ke arahnya. "Hai Nona!! ayolah ... kita tidak sedang bermain-main tapi bekerja!!" Seketika ruangan tersebut hening. Mereka semua kini menatap ke arah Serena yang tampak diam tak bergerak. Merasa semakin kesal, sutradara tersebut memerintahkan pada asisten Felix untuk mengambil jubah mandi dari tubuh Serena. "Kita langsung ke adegan inti dulu! ambil pakaian luarnya dan air akan langsung dinyalakan." Mendengar itu asisten Felix pun langsung bergerak untuk mendekati Serena, tapi ternyata yang terjadi

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 52

    Felix benar-benar lega, akhirnya ia sudah menemukan solusi atas masalahnya. Sore itu Serena tampak cantik dengan menggunakan turtleneck dress nuansa cokelat yang dipadukan dengan long coat dan ikat pinggang bernuansa senada.Ia juga memakai sepasang pumps dan membawa sebuah handbag warna cokelat yang tadi sempat dibelikan oleh Arthur. Bibi May yang melihat penampilan Serena sampai terharu."Kenapa Bibi menatapku seperti itu?" tanya Serena sambil mengambil alih putranya yang juga mengenakan pakaian senada dengannya. Di usianya yang ke 7 bulan, William semakin tampak menggemaskan."Kau sangat cantik, mengingatkan Bibi pada ibumu.""Ibu ... ayolah, tolong jangan bahas hal-hal yang menyedihkan, kita harus bersemangat hari ini. Ayo kita berangkat sekarang," sela Felix yang kemudian sigap membawakan handbag milik Serena.Setelah berpamitan pada sang paman, ketiganya lalu berjalan beriringan menuju ke mobil."Bibi, lihatlah! William senang sekali melihat pemandangan di luar!!" seru Serena ya

  • Tawanan Hati sang Penguasa    Bab 51

    Serena semakin salah tingkah karena dua pria yang ada di hadapannya sama-sama memperhatikan dirinya."Kenapa, kalian menatapku seperti itu?" tanyanya kemudian."Kurasa Felix memilihmu untuk menjadi modelnya kali ini," tebak Arthur yang ternyata dibenarkan oleh Felix.Seketika Serena tertawa."Bagaimana mungkin kalian berpikir seperti itu.""Serena ... kau sangat cantik. Kecantikanmu melebihi apapun yang ada di dunia ini. Jadi ... kenapa tidak?" ujar Felix yang membuat Arthur terdiam.Mungkin itu adalah gombalan, tapi ia merasa tatapan Felix terhadap Serena bukanlah tatapan sayang selayaknya seorang saudara, melainkan tatapan kekaguman sama seperti yang ia rasakan."Apa Felix juga menyukai Serena."Batin Arthur terus berkecamuk seiring tatapan Felix yang terasa semakin dalam. Diam-diam Arthur terus memperhatikan ekspresi pria itu dan ia semakin yakin kalau Felix memang menyukai Serena. Sama seperti dirinya.Kini Felix masih berusaha membujuk Serena yang ternyata cukup sulit."Tapi aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status