Jiana Adeline Hernso (Jia), hanya ingin hidup tenang. Namun pertemuannya dengan Revandro Maxio, membuatnya harus rela membuang keinginannya. **** Menjadi Putri tunggal keluarga Mafia, membuat kehidupan Jia rumit. Ia bahkan tidak bisa melangkah dengan baik karena pengawasan keluarganya, sampai ia memutuskan untuk kabur dan hidup normal. Namun, kehidupan normal itu tak bertahan lama saat dirinya secara tak sengaja menarik perhatian Putra tunggal Maxio. Revandro Maxio! Revandro Maxio, Putra tunggal keluarga Maxio. sekaligus pewaris takhta utama MX corporation, perusahaan besar yang bergerak dalam berbagai bidang. Tapi bukan itu masalahnya, Revandro juga merupakan seorang ketua kelompok Mafia paling di segani di dunia. Bertemu dengan Jia tak pernah ada dalam daftarnya, namun ketika mata mereka bertemu. Revandro tahu, jika ia menginginkan wanita itu. "Cobalah untuk lari Sweatheart, akan kuberikan beberapa kesempatan untuk lolos." "Peraturan pertama dalam dunia Mafia, jangan pernah meremehkan lawanmu!" Bagi Jia, Revandro bukan lawan yang mudah untuk membiarkannya melarikan diri. Tapi bagi Revandro Jia adalah satu-satunya wanita yang mampu berpikir untuk melarikan diri darinya, menarik.
Lihat lebih banyakDOR!
Suara tembakan menggema pada salah satu mansion mewah di kota, Dia. Jia dengan mata terbelalak menatap sang Ayah yang baru saja melepaskan tembakan bebas tepat di samping telinganya, membuat luka kecil terlihat karenanya."Apa kamu tahu apa yang kamu rencanakan Jia?" Tanya sang Ayah dengan nada tenang namun dengan mata yang menyorot tajam, tak suka dengan apa yang baru saja ia dengar dari salah satu informannya.Jia membalas tatapan sang Ayah yang seperti akan memakannya hidup-hidup, sebelum akhirnya membalas. "Oh, Daddy sudah tahu? Baguslah kalau-"DOR!"Jaga bahasamu Jia, lihat dengan siapa kau tengah berbicara saat ini. Aku ini orang tuamu!"Tersenyum remeh, "Memang, tapi sayangnya orangtua tidak sepertimu. Mereka tidak mengurung dan mengekang anaknya seperti yang Daddy lakukan padaku! Aku muak!"Ayah Jia menatap Putri sulung di depannya, Putrinya yang ia jaga mati-matian selama ini.Jia menggeleng pelan saat menyadari arti tatapan dalam Ayahnya, ia peka dan sadar jika Ayahnya hanya mencoba untuk melindunginya. Namun salahkan dirinya jika ia tidak bersyukur dengan perlindungan yang Ayahnya berikan, ia hanya ingin bebas.Melihat dunia luar adalah mimpinya, tidak peduli orang terdekatnya memutus hubungan dengannya."Maaf Dad, tapi aku tidak bisa lagi menjadi Putri seperti yang kau harapkan. Maaf,""Apa yang- SIALAN TANGKAP DIA!" Pekik sang Ayah saat tiba-tiba melihat Jia berlari keluar gerbang.Semua orang mengejar Jia, menurunkan tingkat kemampuan mereka dalam mengejar seseorang. Jia mendapat keuntungan dari itu, karena kecerobohan mereka ia bisa lolos.Tapi... "Akht!" Ringisnya saat bahunya tertebak, tima panas yang menembus kulitnya terasa begitu mrnyakitkan. Tapi walau begitu, Jia tetap tidak menghentikan langkahnya."JIA!""NONA BERHENTI!"Menulihkan pendengarannya, Jia terus berlari. Memasuki pemukiman padat, ia bersembunyi di balik tembok.Menahan nafas saat para anak buah Ayahnya lewat begitu saja di depannya, Jia berdoa dalam hati jika mereka tidak menyadari meberadaannya. Dan benar saja, mereka lewat begitu saja."Sial!" Makinya seraya menekan luka pada bahunya agar tidak terjadi pendarahan, merobek baju bagaian bawahnya Jia membalut luka tersebut."Gila! Daddy apa kau benar-benar akan membunuh Putri satu-satumu ini!" Kesalnya dalam aktifitasnya.Terduduk di tanah, Jia menunutup matanya. Mengistirahatkan tenaganya yang terkuras akibat pelarian tiba-tibanya, yah... ia pikir Ayahnya tengah membatai orang saat ini karena kehilangan jejaknya.Sudahlah, Ayahnya memang kejam. Tidak! Mereka semua yang ada di mansion itu sama kejamnya, itu termasuk ibunya sendiri.Beberapa jam kemudian, Jia membuka matanya. Pemandangan yang ia lihat pertama kali adalah kegelapan, mendengus pelan. Ia merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan mengirim pesan pada seseorang."Dad maaf, aku tahu kau kecewa. Tapi biarkan aku hidup bebas, setidaknya sampai kau menemukanku suatu hari nanti." Gumannya lirih, dengan perasaan yang sedikit merasa bersalah pada sang Ayah.Menjadi anak tunggal keluarga Harnso, otomatis menjadikannya sebagai pewaris utama Hernso. Walau begitu, usaha yang dilakukan sang Ayah untuk menjadikannya pemimpin kelompok Mafia sepertinya tidak berjalan lancar, saat ia menunjukan perlawanan berupa pemberontakan.Ia juga terkadang membuat masalah pada pekerjaan yang Ayahnya serahkan padanya, semua ia lakukan demi melepas status pewaris.Ia bukan orang jahat seperti keluarganya, tapi ia juga tidak bisa di bilang orang baik pada umumnya.Membunuh? Tentu ia pernah melakukannya.Bersambung"Melihat apa?" Tanya Vier yang menoleh mengikuti arah pandang Jia. "Oh itu, hanya beberapa dokumentasi dari karya-karya yang berhasil aku ciptakan. Akan kuberi salah satunya jika kau menyukainya,"Jia menatap ngeri Vier, apa pikirnya dengan pandangan yang terarah pada foto itu membuat Vier berpikir jika ia tertarik pada foto itu? Oh Tuhan, siapa juga yang menginginkan foto dengan gambar yang mengerikan.Mayat dengan beberapa luka ukiran hasil tangan Vier, nampak sangat menjijikan dan membuat mual jika bukan karena Jia sudah terbiasa dengan hal mengerikan yang sang ayah lakukan. Mungkin saat ini ia sudah pingsan, tidak! Mungkin ia sudah mati, saking terkejutnya."Tidak!" Tolak Jia tegas setelah beberapa saat terdiam, "aku masih waras,""Tapi percayalah, semua wanita yang ada pada foto itu tidak pernah datang ke tempat ini sebelumnya. Maksudnya, aku tidak pernah melakukan pembunuhan dan penyisaan di ruangan ini. Khusus untukmu, ruangan ini hanya khusus digunakan untuk Perempuan istimewa
'SIAL! SIAL! SIAL!!'Entah sudah berapa kali Jia mengumpat dalam hati.Ia mengumpati Pria sialan di depannya, yang asik menciptakan huruf demi huruf pada lengannya. Yah tak lupa juga mengumpati dirinya sendiri karena tidak bisa melawan, dan malah bersikap patuh seperti ini. Ia yakin, di hadapan Vier ia tak ada bedanya dengan seekor kelinci yang tak berdaya di hadapan singa. Merindingnya belum juga hilang, matanya memejam erat. Ingin menangis rasanya, tapi sekuat tenaga ia menahannya. Karena jujur saja ia tidak ingin Pria atasnya ini merasa menang, juga sebagai pertahanan satu-satunya agar tidak dianggap lemah dan berakir tewas di tangan Vier.Ketika duri menggores kulitnya, rasanya sangat sakit bahkan lebih sakit daripada tertusuk jarum. Tapi ketahuilah, rasa sakit itu bahkan bukan apa-apa jika berniat menghancurkan pertahanannya. Ia harus menahannya, sedikit lagi. Sebentar lagi, Vier akan menyelesaikan kegiatan tidak warasnya.Dan benar saja..."Selesai," ucap Vier setelah menyelesa
Selesai mengatakannya, Vier mengambil setangkai bunga mawar putih pada salah satu vas bunga yang tak jauh darinya.Memusatkan pandangannya pada Jia, "justru sebaliknya, kau akan terbakar dengan cintaku Jia sayang..."Tangai mawah putih itu ia gigit, Jia yang melihatnya mendadak merasakan perasaan asing yang sama seperti di saat Vier menyentuhnya waktu itu. Pria itu menaiki ranjang kembali, masih dengan tatapan sama.Jia sebisa mungkin menahan air matanya agar tidak keluar, entahlah. Ia tidak paham mengapa dirinya bereaksi berlebihan seperti ini, ia tidak ingin menjadi lemah dihadapan Vier."Jia-""Tidak Vier, itu bukanlah cinta. Sedikitpun tidak, itu adalah obsesi. Obsesimu karena melihatku yang berbeda dari orang lain dalam menanggapimu,"Vier memekan pelan bahunya agar terbaring, naik keatasnya. Memandangnya dalam, "Jia, sadarlah. Aku mencintaimu,""Tidak, kau tidak mencitaiku Vier. Harus berapa kali kukatakan padamu!" Tekannya dengan suara pelan. "Kau hanya mencitai dirimu sendiri,
"Anggaplah aku gila karena saat itu memberimu kesempatan untuk menjamah tubuhku, namun kali ini... tidak, tidak lagi. Kejadian itu tak mungkin ku ulang lagi," Jawab Jia dengan gelengan kepala pelan, menjawab perkataan Vier yang keterlaluan.Apa Vier pikir jika dirinya semurah itu sampai harus rela di sentuh kembali oleh Pria itu?"Aku tidak peduli, aku ingin menyentuhmu seperti saat itu. Kali ingin biarkan aku melakukannya dengan benar,"Dada Jia sontak naik-turun mendengar penuturan Pria di depannya, napasnya memburu dengan mata tajam yang menyorot pada Vier. Tangannya bahkan mengepal erat, tidak peduli dengan luka yang baru saja ia terima. Sedangkan Vier? Pria itu bingung, entah mengapa ia tidak suka dengan reaksi Jia yang terlihat penuh amarah di depannya. Mengenyahkan pemikirannya, Vier kembali berucap. "Ayalah Jia sayang, kau menginginkan sentuhanku bukan? Itulah sebabnya waktu itu kau memberiku kesempatan, Kau mendambakan tubuh ini bukan? Kau juga-"Bukk!Melayangkan satu boge
Tak memedulikan perkataan Jia, Vier malah membelai seluruh rahang Jia dengan gerakan pelan menggunakan pisau itu. Gerakan yang sangat pelan, tidak melukai wajah Jia sedikitpun."Kau tahu, aku jadi tidak sabar untuk menacapkannya pada kedua mata hitammu dan mencabutnya keluar." Kata Vier dengan menghentikan pisaunya tepat di depan mata Jia.Menahan nafas sejenak, Jia memutuskan untuk mengakhiri drama kepura-puraannya. "Singkirkan!""Ouw! Kau benar-benar takut heh?""AKU BILANG SINGKIRKAN SIALAN!" Seru Jia dengan menyingkirkan pisau di depannya, menepis kasar pisau tersebut menggunakan tangannya hingga terlepas dari genggaman Vier.Menghempaskannya jauh ke lantai, hasil perbuatannya. Jia mendapatkan luka gores yang cukup dalam pada telapak tangannya, membuat cairan merah pekat merembes keluar.Vier menatap pisau yang kini tergeletak di lantai sebentar, sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya pada Jia dengan raut wajah ketidapercayaannya."Kau nekat juga ternyata," katanya, "Kemarikan
"Karena aku tidak sama dengan mereka!" Dengan lantang, "Bagaimana bisa kau berharap jika aku akan mengormatimu sama seperti mereka? Disaat kau tahu sendiri yang kuinginkan bukanlah perlindungan dari kekuasaanmu, tapi kebebasan!" Sambungnya.Tangan yang mengepal erat, Jia menunjukan emosi bahwa ia tengah tidak baik-baik saja saat ini. Amarah seakan membakar seluruh akal sehatnya, Dia. Jia, meluapkan emosinya.Sedangkan Revandro? Pria tertegun sejenak, sebelum akhirnya kembali tertawa namun bukan tawa jahat. Tapi sebuah tawa yang terdengar lirih, Pria itu memandang Jia lama. "Huftt! Padahal aku sudah berusaha menekannya, tapi ungkapanmu barusan benar-benar membuatku kehilangan kendali atas kesadaranku. Sungguh luar biasa,"Jia mengerutkan keningnya, mencerna arti dari setiap kata yang terucap dari mulut Pria di depannya. Hingga di detik berikutnya retina mata Pria di depannya berubah, sorot mata yang sangat jelas diingat Jia.Vier, Dia mengambil alih Revandro."Lama tidak jumpa little g
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen