Share

Kecurigaan Sukma Beralasan

Pagi ini cuaca sangat cerah sekali, Agista memulai aktifitas di rumah Yuda dengan memasak di dapur membantu bi Tuti. 

    Dia melihat ada beberapa stok sayur di dalam kulkas, ketika tangannya ingin meraih beberapa sayuran dan bumbu-bumbu. Tiba-tiba ada tangan yang menggenggam tangannya.

    Agista langsung membalikkan badannya dan segera melepaskan tangan itu. 

    "Kamu!" suara Agista pelan namun matanya melotot tajam ke arah wajah Yuda yang tadi memegang tangannya.

   "Tanganmu sangat dingin, sedingin ruangan kulkas itu!" pekik Yuda dengan tatapan sinis. 

   Agista tidak menghiraukan perkataan Yuda, dia terus melanjutkan niatnya untuk mengeksekusi resep masakan andalan ibunya di kampung. 

    Yuda tidak beranjak dari tempat duduknya, dia terus memandang wajah polos Agista yang tengah memotong sayuran.

    "Kasihan wortel itu harus dipotong sangat tipis hingga terbagi sampai beberapa bagian," Agista tetap tenang mendengar celotehan Yuda yang maknanya seperti menyindir perasaan dia.

    "Awww ...., 

     Tangan Agista teriris pisau hingga telunjuknya mengalir darah begitu deras. Yuda dengan spontan bangkit dari duduknya dan ingin segera menolong dia. 

   Namun dengan tegas Agista menolaknya,"Luka di tanganku ini masih dan kuobati dengan cepat dan sakitnya tidak seberapa dibanding hati aku yang entah harus dengan cara apa untuk  menyembuhkannya?"

   Yuda menarik paksa  badan Agista dan seraya berujar,"Aku masih menginginkanmu!" 

   

    Tanpa mereka sadari bi Tuti dan Bu Sukma menangkap percakapan mereka dengan sangat jelas. Namun Bu Sukma memberi kode pada bi Tuti untuk tutup mulut.

    Tak lama setelah itu, Yuni muncul dengan langsung memeluk Yuda di depan Agista. 

   Karena Yuni mendapati Yuda ada di dapur dan Agista ada di sana, Yuni menatap sinis Agista dan hampir mendorong Agista ke dekat kompor yang menyala. 

    "Sayang, kamu kok ada di sini sih? Dari mulai masuk rumah kamu tapi tak ada satu orang pun yang menyahutnya," keluh Yuni dengan mengambil posisi duduk di atas paha Yuda dan memeluknya. 

    Melihat pemandangan tersebut  Agista tak bergeming  dia tetap masak walau tangannya masih sakit karena teriris pisau, namun ketika Yuni menghampirinya.

    "Awww! Astaghfirullah!" teriak Agista.

    Gerakan cepat Yuda segera meraih tubuh Agista dengan menahan pinggangnya yang hampir kena kompor.

Matanya mereka sejajar saling menatap tapi Agista segera menepisnya dengan segera berdiri tegak seperti semula.

     "Kamu sengaja yah! Pura-pura jatuh biar dapat pertolongan dari Yuda," mulut harimau Yuni segera menyambar Agista begitu tinggi.

    Yuda membantahnya,"Tadi kamu sengaja menyeretnya supaya dia terkena api kompor dan membakar tubuhnya!" 

   Seribu cara Yuda membela Agista, tidak membuat dia besar kepala. Agista tetap rendah hati dan memposisikan dirinya layaknya pembantu di rumah itu.

    "Sebaiknya tuan muda dan non Yuni duduk di ruang tamu saja! Ini kan tempat pembantu," tegas Agista.

     Yuni tidak merasa nyaman diperintah oleh Agista yang menurut dia derajatnya jauh lebih rendah, lagi-lagi sikapnya kembali urakan dengan hampir menjambak rambut Agista yang hampir membuat kerudungnya terlepas. 

   Bu Sukma segera datang membela,"Cukup Yuni! Sikap kamu sangat berlebihan," 

    Bu Sukma lalu bertanya pada Agista,"Kamu nggak apa-apa nak?" 

    Agista menjawab dengan lirih,"Nggak apa-apa Bu,"

   Melihat calon mertuanya Yuni segera menarik tangan Yuda ke ruang tamu dan berujar,"Mama kamu lebih membela pembantu itu dari pada aku calon mantunya, sekali lagi keluargamu bersikap tidak nyaman sama aku! Aku jamin Keluarga kalian akan hancur sehancur-hancurnya!"

   Yuda mengerutkan dahinya, dia tidak berani berkutik yang ada dalam pikirannya hanyalah kesenangan yang diberikan oleh Yuni dan keluarganya. Dari Yuni Yuda bisa mendapatkan tubuhnya secara sukarela sekaligus harta dari orang tuanya. 

    Namun Yuda pun tidak menarik jika hubungannya dengan Agista ada kenyamanan yang tidak mampu diungkapkan dengan kata-kata.

    Di dapur, Bu Sukma mengajak Agista untuk pergi ke swalayan untuk membeli berbagai macam keperluan dapur dan menyuruh Bi Tuti yang melanjutkan pekerjaan masaknya.

   "Bi Tuti selesaikan masaknya yah, dan kamu ikut saya ke swalayan!" seru Bu Sukma.

   "Iya Bu!" jawabnya dengan nada rendah dan kepala merunduk.

  Bu Sukma dan Agista pun pergi ke swalayan dengan diantar oleh pak Budi. Setelah selesai belanja mereka istirahat sebentar  di sebuah tempat makan.

    "Kita makan dulu ya! Kamu mau pesan apa?" tanya Bu Sukma.

    Rani memilih menu makanan dan minuman yang disuguhkan oleh pelayan yaitu jus jambu dan mpek- mpek Palembang.

    

    Bu Sukma memang sangatlah baik sekali pun sama pembantu, begitu pula dengan Agista dia tidak memperlakukan dia seperti pembantu. Apalagi setelah dia menangkap dengan jelas adegan anaknya Yuda yang sedang merayu Agista di dapur.

    "Apa ibu boleh bertanya sesuatu?"tanya Bu Sukma.

   Tanpa curiga apa-apa Agista mengiyakan dan membalasnya dengan senyuman hangat.

   "Boleh banget Bu, Ibu mau bertanya apa sama aku?"Agista balik bertanya pada Bu Sukma.

     "Apa kamu punya hubungan spesial dengan anak saya?"

   Jleb 

      Pertanyaan Bu Sukma membuat jantung Agista berdetak sangat kencang. Dia bingung harus jawab apa?.

    "Tidak Bu, kami hanya pernah satu sekolah saja,"jawab Agista dengan sangat gugup yang membuat Bu Sukma sangat mampu membaca raut muka gelisah Agista dengan sangat jelas.

   "Agista saya ini seorang ibu, saya tidak bisa dibohongi dengan cara apa pun, bicaralah dengan tenang dan jujur!  saya tidak akan marah," tegas Bu Sukma.

   Agista tertunduk diam dan meneteskan air mata, namun jiwa keibuan Bu Sukma mengundang dia untuk bersikap bijak. Dia menghampiri Agista dengan mengusap punggungnya, memeluknya dan bicara pelan namun seperti memaksa pada Agista untuk mengungkapkan sesuatu.

    "Bicarakan pada ibu! Apa yang sudah terjadi pada kalian selama sekolah," tanya Bu Sukma dengan sangat tenang supaya Agista tidak merasa tertekan.

    Agista pun mengusap air matanya dan mulai membuka mulutnya,"Kami berpacaran selama tiga tahun, di akhir kelulusan anak ibu meminta aku untuk memberi sesuatu yang sangat berharga dari tubuh ini dan dengan bodohnya aku pasrah dan mengikhlaskan. Tanpa Yuda tahu aku hamil dan keguguran, makanya aku ke sini untuk meminta pertanggungjawaban," 

   Mungkin sekitar satu jam lebih Agista mengutarakan isi hatinya, dan Bu Sukma berhasil mengorek apa yang sudah terjadi diantara Agista dan anaknya.

    Atas nama anaknya Bu Sukma mohon maaf kepada Agista, dia akan berusaha untuk bicara pada anaknya.

   Bu Sukma pun menceritakan duduk persoalan kenapa anaknya dijodohkan pada Yuni.

    "Saya mengerti posisi kamu, namun ibu tidak mau janji manis. Karena kondisi keluarga kami tidak semanis yang orang kira," tutur Bu Sukma ingin mengurangi kegelisahan Agista.

     Bu Sukma adalah istri pertama dari pak Handoko dan memiliki satu orang putra yaitu Yuda. Bu Sukma menceritakan kisah hidupnya kepada Agista agar dia mempertimbangkan kembali niatnya untuk menuntut Yuda.

   "Saya ini istri pertama dari papanya Yuda, ketika saya mengidap penyakit kanker rahim papanya Yuda menikahi perempuan lain dengan alasan saya tidak bisa dipakai lagi," ungkap Bu Sukma.

    Bu Sukma merintis usaha konveksi dari nol dengan pak Handoko, ketika usaha maju godaan datang dari kiri dan kanan.

    Pak Handoko tertarik dengan wanita lain setelah Bu Sukma divonis kanker rahim oleh dokter. Yuda pun tumbuh menjadi anak pembangkang yang akhirnya dia harus diungsikan ke rumah neneknya yang ada di kampung dengan tujuan supaya pergaulan Yuda tidak terlalu liar.

    Istri kedua pak Handoko mengeruk hampir sebagian hartanya dan terancam bangkrut. 

   

   Beruntunglah pak Handoko punya sahabat yang bernama  Cokro dia membantu permodalan dengan jaminan  Yuda harus menikah dengan Yuni.

   Dari sanalah Agista paham jika Yuda harus memilih untuk mempertahankan keluarganya dari pada cintanya selain  pada dasarnya Yuda memang play boy juga.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status