Home / Urban / Tergoda Pesona Ibu Mertua / Bab 20. Kepulangan Tiara

Share

Bab 20. Kepulangan Tiara

last update Last Updated: 2025-04-04 23:13:13

Aku terdiam, terkejut dengan ucapan itu. Susah payah aku juga menelan ludah saking tidak menyangka akan mendapatkan tawaran macam itu.

“Saya sudah punya istri,” ucapku, mengingatkannya.

Alicia tertawa rendah. “Tapi itu tidak menghentikanmu dari tidur denganku,” godanya lagi selagi menggunakan satu jari untuk memaksaku menatapnya lurus.

Napasku agak tercekat. Pesona bosku ini sungguh tidak main-main.

“Bukankah itu kecelakaan?”

Mendengar balasanku, Alicia tertawa agak keras. Saat tawanya mereda, dia dengan sesuka hati mendudukkan diri di pahaku, lalu melingkarkan dua tangannya di leherku.

“Oke, anggap itu kecelakaan, tapi itu sudah terjadi, dan aku tidak bisa melupakannya, terlepas statusmu sebagai seorang suami,” ujar Alicia. Menjepit daguku dengan dua jari lentiknya, bosku itu berkata, “Jadi, aku menawarkanmu sebuah jalan keluar, Raka. Jadilah priaku, dan akan kubalaskan dendammu pada dua keparat itu. Bahkan, aku akan membantumu meningkatkan keberhasilan karirmu jikalau kamu mau. Baga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
TheVirgo
udah jelas istri selingkuh malah di diami..dasar pecundang lu raka
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 21. Permainan di Atas Ranjang

    Hari ini pekerjaan di kantor lancar tidak ada halangan apapun. Akhirnya jam pulang kerja tiba. Namun, saat aku baru berjalan ke arah parkiran, ponselku berbunyi.Pesan dari Tiara.[Mas, pulang cepat ya. Aku kangen, ingin makan malam bersama. Kita rayakan kepulanganku.]Aku membaca pesan itu, lalu tersenyum sinis.Kangen? Merayakan?Muak sekali dengan kepura-puraannya, tetapi aku tetap membalas seadanya.[Iya, ini mau pulang.]Kemudian, aku langsung memacu motorku ke arah rumah.Aku sampai rumah saat matahari sudah tenggelam. Meja makan sudah disiapkan, lilin kecil menyala di tengah, menciptakan suasana hangat, tetapi bagiku ini semua terasa hampa.Sementara itu, Nayla tampak sangat antusias. Ia sangat gembira menyambut kedatanganku."Selamat datang Abang, Kak Tiara sudah menunggu dari tadi. Kak Tiara dan Mama memasak untuk Abang, tapi aku juga bantu, kok,” katanya dengan penuh keceriaan.Meskipun usia Nayla sudah hampir 20 tahun, entah kenapa terkadang sisi anak-anak masih selalu mene

    Last Updated : 2025-04-05
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 22. Bayang di balik topeng

    Aku membalas senyum, berpura-pura tidak tahu apa-apa. “Iya, Ti. Kamu mengobrol dengan siapa tadi?” tanyaku santai, hanya untuk melihat reaksinya. “Oh… teman kantor. Menanyakan pekerjaan,” jawabnya cepat, matanya berkedip cepat membuat kebohongannya sangat terlihat. “Ayo, Mas, mandi dulu. Aku sudah menyiapkan baju untuk ke mal nanti.” Aku mengangguk, senyumku dipaksakan sampai terasa kaku di wajah. “Iyaa,” kataku, lalu masuk ke kamar mandi. Di bawah semburan air, aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hati yang sudah membara. Sabar, Raka. Biarkan ia bermain dulu. Aku akan membalas jauh lebih sakit dari yang ia bayangkan. Saat keluar dari kamar mandi, aku melihat Tiara duduk di meja rias, sedang mengetik pesan di ponsel sambil tersenyum kecil. Ia sudah menyiapkan pakaianku di ranjang, sangat rapi seperti kemarin. “Aku mandi dulu, ya, Mas,” katanya, lalu masuk ke kamar mandi. Ponselnya tertinggal di meja rias, dan aku mendekat pelan. Aku mencoba membuka pon

    Last Updated : 2025-04-07
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 23. Permainan yang semakin panas

    Setelah selesai sarapan, aku mengantar Tiara ke mall seperti yang ia minta. Kami berjalan bersama, tangannya memeluk lenganku, dan aku hanya bisa membiarkannya.Saat kami berjalan di lorong-lorong mall, beberapa kali aku melihat banyak orang yang memperhatikanku. Khususnya para perempuan, ada yang menatapku berulang kali, ada yang berbisik dengan temannya sambil tersenyum.Bahkan, aku sempat mendengar dua perempuan di dekat eskalator berbicara cukup keras hingga aku menangkapnya dengan jelas.“Ganteng banget, ya! Kayaknya dia blasteran deh, lihat saja warna rambutnya dan matanya. Dia juga tinggi, putih, badannya uhh seksi sekali… atletis—pria idaman bangeti!” kata salah satu temannya.Temannya menjawab, “Iya, sayangnya sudah bersama perempuan itu.”Tiara pasti mendengar dengan jelas, dia menatapku sambil tersenyum kecil.“Suamiku memang ganteng, pantes semua perempuan sampai seperti itu,” katanya, nadanya manis, tetapi aku tahu itu hanya pemanis bibir.Aku hanya tersenyum kecil, tidak

    Last Updated : 2025-04-07
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 24. Permainan panas dengan mertuaku

    “Ti, menurutku kita kembali ke apartemen aja. Gak enak kalau tinggal di sini, nanti ngerepotin Mama,” kataku membuka obrolan.Tiara yang semua hendak berbaring, langsung menoleh ke arahku dan tersenyum. “Gak apa-apa, Mas. Lagipula, sebenarnya aku juga gak terlalu nyaman tinggal di apartemen, terlalu sempit. Toh, kasihan juga di sini gak ada laki-laki, kalau Mama atau Nayla kenapa-napa, kita gak bisa cepet nolongin.”“Tapi, Ti …”“Udah, Mas, gak apa-apa, kok. Dan bener juga kata Mama, kalau kita sewain apartemennya, kita bisa nambahin uang tabungan,” potong Tiara.Aku menghela napas pasrah.Bukannya apa, aku khawatir justru hubunganku dengan Mama Siska terendus lebih dulu karena aku ingin membuat Tiara yang lebih dulu terciduk.Sepertinya, kalau seperti ini aku harus bermain lebih rapi dan cepat.Akhirnya, aku merebahkan diri di samping Tiara, tapi entah mengapa perasaan tidak nyaman justru menyergap.Tiara adalah istriku, tetapi berbaring di sampingnya justru membuat dadaku terasa ses

    Last Updated : 2025-04-08
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 25. Sandiwara kebohongan

    Keesokan paginya, kami sarapan bersama. Nayla tampak memperhatikan Mama Siska dengan pandangan heran.“Mama habis keramas, ya? Wangi samponya enak banget,” katanya polos.Kulihat Mama Siska tampak sedikit panik.“Iya, Nay. Semalam gerah sekali jadi rambut Mama lepek,” jawabnya cepat.Nayla mengernyit. “Memang, AC kamar Mama rusak?”Aku dan Mama Siska saling diam. Entah kenapa jantungku ikut berdegup kencang.Saat ini, rambutku juga masih basah karena baru keramas. Aku khawatir, Nayla juga akan menanyakan hal yang sama.Untungnya Tiara menimpali, “Iya, Nay. Kakak juga tadi malam merasa gerah padahal AC udah nyala. Mungkin kamu saja yang sedang tidak enak badan.”Aku merasa lega. Setidaknya, pernyataan Tiara bisa meredakan suasana.“Mungkin memang begitu, Nay,” kataku, berpura-pura khawatir.Aku mengangkat tanganku ke keningnya, dan Nayla langsung memerah. Ia tergagap, sedikit mundur, dan kami pun tertawa bersama.Suasana menjadi cair, dan aku bersyukur Tiara dan Nayla tidak mencurigai

    Last Updated : 2025-04-08
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 26. Gantungan kunci penyemangat

    "Ah benar juga. Kamu tenang aja, Raka. Aku akan selalu bantu kamu, apapun masalahnya, bahkan untuk buat Tiara menyesal," katanya tiba-tiba.Kalimat Liana benar-benar di luar dugaanku.“Li, kamu …”“Aku justru senang kalau kamu bisa kasih tahu aku soal masalah kamu, bahkan bisa bantu kamu. Aku anggap, apa yang kita lakuin ini adalah bantuan untuk kamu. Lagipula, aku juga suka kalau bisa terus sama kamu.” Liana tersenyum lebar.Liana benar-benar membuatku tidak habis pikir. Aku tidak akan membuang kesempatan emas ini.“Terima kasih, Li.”Sesampainya di depan rumah Liana, ia turun, melepas helm, lalu menatapku."Masuk dulu, Raka. Sebentar aja," ajaknya penuh harap.Aku menggeleng pelan. "Lain kali ya, Li. Aku lagi capek banget hari ini.""Ya udah, hati-hati di jalan ya!" katanya sambil tersenyum.Sebenarnya aku malas pulang, apalagi harus bertemu Tiara. Tapi, tidak enak juga kalau aku sampai pulang telat.Sampai di rumah sudah larut malam. Lampu ruang tamu mati, Mama Siska dan Nayla sepe

    Last Updated : 2025-04-09
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 27. Langkah di Pagi Hari

    Hari ini pekerjaanku di kantor lancar. Saat jam pulang tiba, aku melihat Liana berjalan bersama Sarah ke luar menuju tempat parkiran.Aku sempat menoleh ke Reza—ia berdiri di sudut, matanya seolah mengawasi Liana. Aneh, pikirku. Mereka kan tidak akur.Apa dia menunggu Liana? Tetapi rasanya tidak mungkin.Aku pamit lebih dulu kepada Liana dan Sarah, lalu mendekati Reza.“Za, pulang bareng, yuk,” ajakku.Ia hanya tersenyum, “Kamu duluan saja, Raka. Aku masih ada urusan.”Aku bingung apa yang ingin dia lakukan, tetapi tidak bertanya lebih jauh karena aku pikir itu memang urusan pekerjaan.Aku langsung naik motor dan pulang.Jalanan masih ramai, karena hari ini aku pulang tidak terlalu malam.Saat sampai rumah, aku membuka pintu dan mendengar suara percakapan. Aku masuk, ternyata Tiara sudah pulang. Ia dan Mama Siska sedang duduk di ruang tamu, mengobrol santai. Mereka menoleh kepadaku, tersenyum, dan Mama Siska berdiri.“Raka, Tiara, Mama ke belakang dulu, ya,” katanya, lalu pergi, menin

    Last Updated : 2025-04-10
  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 28. Tawa di Tengah Rumah

    Aku hanya mengangguk, berpura-pura percaya, padahal aku tahu itu pasti bohong. Pasti dia bertemu Alex lagi.Dia pergi sekitar pukul sembilan pagi, dan aku malah merasa lega tidak perlu mencari alasan untuk keluar dari rumah.Kini di rumah tinggal bertiga—aku, Mama Siska, dan Nayla. Setelah kami selesai sarapan, Nayla tiba-tiba berbicara.“Ma, teman-teman kampusku boleh datang ke sini, nggak? Kami mau kerja kelompok,” pintanya, matanya cerah penuh harap.Mama Siska tersenyum, “Boleh, Nay. Ajak saja.” Nayla sangat senang, langsung tersenyum lebar.Aku menoleh kepadanya, iseng. “Anak muda gak main ke luar saja? Kenapa malah main di rumah?” tanyaku, sengaja menggoda. Dia cemberut, “Ya, agar sekalian kerja kelompok, Bang! Lebih enak di rumah,” jawabnya cepat.Aku tertawa kecil, melanjutkan menggodanya. “Oh ya, Nay, si cowok yang suka mengganggu kamu itu bagaimana kabarnya? Masih mengejar-ngejar kamu?”Matanya langsung membulat, pipinya memerah.“Bang! Jangan bahas dia, aku malas!” katany

    Last Updated : 2025-04-11

Latest chapter

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 91. Lanjut di kamar mandi, hampir saja ketahuan!

    Mama Siska tertawa kecil, "Dasar anak muda, nafsunya besar."Aku tersenyum nakal, "Jadi gimana aku dikasih gak?"Dia hanya tersenyum, itu menandakan jika dia juga menginginkannya. Aku segera membuka pakaianku, aku cium bibirnya dan aku remas buah dadanya. Badannya licin oleh sabun, benda pusakaku sudah sangat berontak sangat keras seperti baja.Aku membungkuk mencari sarang, aku masukkan benda pusakaku ke dalam sarangnya. Karena badannya penuh oleh sabun, hanya satu gerakan saja kita sudah menyatu."Ahh punya kamu gede banget Raka," Mama Siska merintih, tangannya mencengkram erat lenganku."Tapi kamu suka kan? Yang gede lebih enak dan puas." kataku tertawa puas.Dia pun tertawa kecil dan mencubit hidungku. Posisinya kurang nyaman, mungkin karena aku lebih tinggi. Akhirnya aku angkat tubuhnya, aku dorong tubuhnya sampai menyentuh dinding. Aku gerakan pinggulku secara perlahan sambil mencium bibirnya. Suara kucuran air, membuat suara hentakanku tersamarkan. Kita harus segera menyelesai

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 90. Tidur di kamar mertuaku

    Malam ini, aku melaju pulang dari apartemen orangtuaku, angin Jakarta menyapu wajahku, membawa perasaan lega yang lama tak kurasakan. Menceritakan soal Tiara dan Alex kepada Ayah, Ibu, dan Lila seperti melepaskan beban berat dari pundakku. Dukungan mereka—kekhawatiran Ayah, pelukan Ibu, dan semangat Lila—membuatku yakin masalah ini akan selesai. Dengan koneksi Ayah, Alex tidak akan lolos, dan Tiara akan menyesal di ulang tahunnya nanti. Tapi pikiranku melayang ke pertanyaan mereka soal Alicia. Nada ingin tahu Ibu dan godaan Ayah seolah mengira aku punya hubungan dengannya. Aku menggeleng sendiri di bawah helm—yang kucintai hanyalah Mama Siska.Mama Siska, wanita yang selalu jadi pilar hidupku, yang pemaaf dan penuh kasih. Tapi aku tersentak membayangkan apa jadinya jika Ayah dan Ibu tahu aku mencintai mertuaku sendiri, yang usianya jauh lebih tua dariku. Apakah mereka akan merestuinya? Aku tahu Mama Siska berbeda—hatinya tulus, kehangatannya tak tergantikan—tapi dunia ini penuh penil

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 89. Orangtuaku tahu semuanya

    Langit Jakarta sore itu berwarna jingga, dan aku melaju ke apartemen orangtuaku, hati penuh kehangatan setelah baikan dengan Mama Siska pagi tadi. Motor berhenti di menara kaca yang megah, sekuriti menyapa dengan sebutan “Tuan Muda Raka,” membuatku tersenyum canggung.Di penthouse, Lila menyambutku dengan pelukan ceria. “Kak Raka, akhirnya dateng! Ibu sama Ayah udah nunggu!” katanya, menarikku ke ruang tamu.Aroma kopi dan kue Prancis memenuhi udara, sofa kulit dan jendela panorama menambah kemewahan.Ayah duduk di kursi besar, kemeja linennya rapi, sementara Ibu menyapa dengan senyum lembut, memelukku erat.“Raka, kamu pasti capek kerja seharian,” katanya, tangannya membelai pipiku.Aku tersenyum, merasa seperti anak kecil yang dimanjakan. Lila asyik menunjukkan foto-foto vila kemarin di ponselnya, dan aku duduk, menikmati kebersamaan yang masih terasa seperti mimpi.Ayah menatapku, matanya serius tapi hangat. “Raka, mungkin kita disini hanya tiga hari saja di Indonesia. Bisnis di Pa

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 88. Kembali baikan dan strategi baru

    Seperti malam kemarin, aku sulit untuk tidur. Hatiku belum tenang sebelum meminta maaf pada Mama Siska, aku harus mencari waktu yang tepat agar bisa berduaan dengannya.Pagi ini aku bangun tidur lebih awal dari biasanya, pukul lima pagi aku segera keluar dari kamar dan berniat ingin berolahraga dulu sebentar. Aku melangkah keluar kamar, berharap menemukan momen untuk bicara. Di dapur, cahaya lampu temaram menyala, dan Mama Siska sudah bangun, mengaduk teh di cangkir, wajahnya lembut tapi penuh beban. Ini kesempatanku.“Ma, bisa bicara sebentar?” tanyaku, suaraku pelan, berdiri di ambang pintu.Dia menoleh, matanya ragu, tapi mengangguk, menunjuk kursi di depannya. Aku duduk, menarik napas dalam, dan mulai berbicara. “Ma, soal di pasar… aku tahu Mama lihat aku pelukan dengan seorang wanita. Itu Bu Alicia, bosku. Mama mungkin belum pernah bertemu dengan dia. Dia nggak lebih dari atasan dan temen biasa, Ma. Hari itu, dia lagi patah hati—pacarnya ketahuan selingkuh. Dia menangis, Ma, dan

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 87. Kekayaan keluarga Dupont

    Aku berdiri di penthouse apartemen keluarga Dupont, jas Armani biru tua membalut tubuhku, kemeja Gucci terasa lembut di kulit, dan aroma Creed Aventus masih menempel. Rolex di pergelangan tanganku berkilau, sepatu Ferragamo mengkilap, dan kacamata hitam Ray-Ban terselip di saku. Aku memandang cermin, nyaris tidak mengenali pria tampan di depan—bukan Raka dari panti asuhan, tapi seseorang yang seperti keluar dari majalah model.Lila bertepuk tangan, “Kak Raka, kayak aktor Hollywood!” katanya, matanya berbinar. Ayah dan ibu tersenyum bangga, dan aku hanya tersipu, masih canggung dengan kemewahan ini.“Ayo, kita jalan-jalan sekarang melihat bisnis keluarga,” kata Ayah, mengambil kunci mobil. Aku menarik napas dalam, berbisik padanya, “Ayah, tolong cuma tunjukan saja tempatnya, jangan mengenalkan aku pada orang lain. Identitas ini masih rahasia, aku takut nanti mereka akan tahu sebelum waktunya.” Ayah mengangguk, matanya penuh pengertian, dan kami turun ke lobi, di mana Rolls-Royce Pha

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 86. Keajaiban

    Hari Minggu pagi terasa berat, meski langit Jakarta cerah. Aku duduk di ruang makan, menyeruput kopi, pikiranku terpaku pada Mama Siska. Dia masih marah atas kejadian kemarin—dia melihatku memeluk Alicia—masih menghantui, dan sikapnya yang dingin membuatku gelisah. Aku ingin meminta maaf, menjelaskan bahwa itu bukan seperti yang dia pikir, tapi rumah terasa penuh hambatan. Tiara bersiap pergi, rambutnya diikat rapi, wajahnya penuh senyum palsu.“Mas, aku ada meeting sama klien, mungkin sampai sore,” katanya, mencium pipiku.Aku hanya mengangguk, tidak peduli lagi dengan kebohongannya. Aku tahu dia mungkin bertemu Alex.“Hati-hati, Ti,” kataku, suaraku datar.Nayla, yang libur kuliah, sibuk mengetik di ponsel, berkata akan mengundang teman-temannya ke rumah.“Bang, teman-temanku mau datang, loh! Kita mau bikin pizza bareng,” katanya, ceria."Wah pasti seru, nanti jangan lupa sisain buat Abang." kataku menggodanya."Tenang saja, gak bakal habis di makan semua juga ko."Aku melirik Mama

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 85. Momen haru bersama keluargaku

    "Ma, aku pamit dulu, kalau nanti Tiara tanya bilang saja aku sedang meeting bersama Reza." kataku berharap Mama Siska memaafkanku."Iya nanti di bilangin," katanya nadanya datar, tetap sibuk memasak.Nayla sedang ada di kamarnya, tapi tadi aku sudah memberitahunya jadi tidak perlu mengatakannya lagi. Akupun segera pergi, aku memanaskan mesin motorku dan pergi menuju apartemennya Claire yang sudah menunggu di tempat biasa. Ketika aku sudah sampai, dia sedang duduk menungguku tersenyum ketika aku datang. Aku memberikan helm padanya, kita segera pergi menuju bandara.Langit Jakarta malam ini berkilau, tapi hatiku tidak menentu bercampur, rasa haru menanti keluargaku, dan luka karena Mama Siska yang masih belum memaafkanku. Aku berdiri menunggu kedatangan orangtuaku di Bandara Soekarno-Hatta, di samping Claire, yang tidak bisa berhenti tersenyum.“Raka, sebentar lagi kamu bertemu dengan orangtuamu! Lila juga ikut, lho,” katanya, matanya berbinar.Aku mengangguk, tanganku menggenggam gant

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 84. Hati yang sepi

    Aku duduk di meja makan, aroma rendang buatan Mama Siska menggoda, tapi suasana malam ini terasa berat. Mama Siska, yang biasanya ceria dan penuh cerita, kini pendiam, hanya menunduk menyendok nasi. Matanya menghindari pandanganku, dan setiap gerakannya terasa dingin, seperti dinding tak terlihat yang memisahkan kami. Tiara dan Nayla, sebaliknya, ngobrol ceria, tertawa tentang drama Korea yang mereka tonton tadi siang.“Bang, kamu harus lihat episode terbarunya, seru banget!” kata Nayla, matanya berbinar.Aku tersenyum kecil, menimpali seadanya, tapi pikiranku hanya pada Mama Siska. Aku kembali teringat kejadian tadi, dia berlari di pasar dengan wajah datar, melihatku memeluk Alicia, terus menghantui pikiranku. Salah paham itu pasti menyakitinya, dan aku benci diriku karena tidak langsung mengejar. Aku ingin menjelaskan, dan mengatakan jika aku dan Alicia tidak ada hubungan apa-apa, tapi Tiara dan Nayla di meja membuatku terkurung dalam diam.“Ma, rendangnya enak banget,” kataku, berh

  • Tergoda Pesona Ibu Mertua    Bab 83. Salah paham

    Pagi Jakarta terasa sibuk, udara sejuk setelah hujan semalam. Aku bersiap untuk meeting di luar kantor bersama Alicia, Claire, Laurent, dan Pierre, membahas proyek iklan dengan klien baru. Di rumah, Mama Siska menyerahkan bekal, senyumnya menghangatkan meski penampilan barunya masih membuatku mencuri pandang. “Raka, hati-hati di jalan,” katanya, tangannya menyentuh lenganku.“Makasih, Ma,” kataku.Tiara seperti biasa pergi duluan, wajahnya penuh senyum palsu. “Mas, aku pergi duluan, ya,” katanya, mencium pipiku.Aku tersenyum, pura-pura ceria, meski hati ini sebaliknya. Aku melaju ke kantor, pikiranku bercampur antara meeting pagi ini, ancaman Alex, dan kedatangan orangtuaku besok.Meeting di gedung klien di Sudirman berlangsung panjang. Kami mempresentasikan desain iklan, mendiskusikan detail dengan tim pemasaran mereka. Alicia memimpin dengan percaya diri, Claire menjelaskan data pasar, sementara Laurent dan Pierre menambahkan sentuhan teknis. Aku mencatat feedback, sesekali menimp

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status