Share

Wedding Day

Author: luscie
last update Last Updated: 2025-04-20 13:50:08

Minggu siang saat semua keluarga berkumpul, pengacara Jeff datang membacakan surat wasiat yang disiapkan Jeff jauh hari sebelum kematiannya yang mendadak. Ia hanya mewariskan sejumlah tanah untuk ketiga anak kandungnya. Tanpa ada bahasan tentang Olympic corp. Hal yang aneh bagi sebagian orang, tapi tak ada yang berani membahas hal itu karena mereka tahu siapa pemilik sebenarnya Olympic Corp. Meski begitu, pembagian saham sudah terlanjur terjadi di masa lalu. Masing-masing anak kandung Jeff mendapat bagian 10 persen. Jeff sendiri memiliki saham 20 persen tanpa ada penjelasan akan diberikan kepada siapa bagian sahamnya. Yang mengejutkan sebenarnya adalah Valerie, wanita itu mendapat bagian saham 15 persen padahal sebagai istri kedua, Anna tidak mendapat bagian sama sekali. Tapi hal itu menguntungkan bagi Sebastian karena ia bisa meminta dukungan suara kepada Valerie saat pemilihan CEO pengganti Jeff. Dengan saham Sebastian yang 20 persen, ia yakin pemegang saham lainnya akan memilihnya.

Sebastian telah mendaftarkan pernikahannya dengan Eloise di kantor catatan sipil. Seminggu setelahnya ia telah mendapat surat ijin menikah. Sebagai mertua, mau tak mau Valerie sebagai salah satu pemegang saham memberi hak suaranya kepada Sebastian dalam rapat penunjukan pengganti Jeff Bernard pada hari Kamis tepat dua hari menjelang pernikahan Sebastian dan Eloise.

Eloise menatap pantulan dirinya di depan cermin. Ia mengagumi keahlian para tim make up yang mengubah penampilannya menjadi seperti saat ini. Ia bahkan tak percaya jika bayangan di cermin adalah seorang Eloise Johnson.

Ia berhenti tersenyum saat pintu kamar terbuka dan Valerie tampak berjalan masuk.

“Kau sudah siap?” tanya Valerie ketus. “Pamanmu telah menunggu di depan.”

“Baik.” Eloise segera berjalan keluar.

Valerie mengamati penampilan Eloise. Sebagai ibu harusnya ia merasa bahagia, tapi entah mengapa melihat Eloise yang tampil anggun dan cantik membuatnya merasa muak. Ia tak pernah merasakan kebahagiaan semenjak Eloise hadir dalam rahimnya. Selalu ada penderitaan.

Eloise didampingi sang paman dari pihak ibu, berjalan menuju tempat upacara pernikahan berlangsung. Acara dilangsungkan di mansion megah keluarga Sebastian. Halaman belakang yang luas disulap menjadi altar untuk upacara pernikahan sekaligus resepsi pernikahan.

Semua mata tertuju pada pengantin perempuan. Banyak yang tidak percaya jika wanita yang kini berjalan menuju altar adalah Eloise. Sean terpukau di tempatnya berdiri. Begitu juga dengan Sebastian. Berulang kali ia menelan ludah menatap Eloise.

William menyerahkan Eloise kepada Sebastian. Eloise tak berani menatap mata Sebastian saat pria itu meraih tangannya.

Pemuka agama memulai upacara pernikahan dengan khidmat. Saat janji pernikahan diucapkan, Eloise sedikit terhanyut. Kata-kata Sebastian seperti janji seorang suami sejati meski ia tahu itu hanya palsu belaka. Saat upacara usai dan pemuka agama mempersilahkan pengantin saling mencium, dengan gugup Eloise memaksakan diri menatap Sebastian. Pria itu sangat tampan dari jarak sedekat ini, membuat Eloise bertambah gugup. Sebastian merengkuh pinggang Eloise dan mencium bibir gadis itu dengan lembut. Tidak lama, tapi mampu membuat jantung Eloise berdebar kencang. Ini ciuman pertamanya.

Selanjutnya seperti mimpi. Resepsi pernikahan yang mewah. Para undangan yang mengagumi pengantin wanita, Sebastian yang ahli bersandiwara seperti pasangan yang berbahagia selalu di samping Eloise. Sehari ini saja Eloise ingin menikmati mimpinya sebelum esok menghadapi kenyataan hidup. Eloise tidak lagi tampak berwajah murung seperti biasanya.

Malam hari usai resepsi pernikahan.

Eloise mengikuti langkah Sebastian menuju kamar tidur lelaki itu. Sebastian terlihat kembali menjadi dirinya. Dingin.

Kamar tidur Sebastian adalah kamar terluas dari semua kamar di mansion ini. Saat Eloise masuk, suguhan nuansa maskulin dengan sentuhan minimalis tampak menonjol di setiap sudut kamar. Warna dominan di dalam kamar Sebastian adalah hitam, putih dan abu-abu.

Tanpa suara Sebastian masuk ke dalam kamar mandi. Eloise duduk di sofa di samping pintu masuk. Memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Dimana ia akan tidur malam ini. Di tempat tidur atau di sofa?Eloise tidak yakin bisa tidur nyaman di sofa mungil yang tengah didudukinya. Sebastian juga tidak mungkin mengijinkannya tidur seranjang dengan pria itu. Ia harus tahu diri. Eloise memutuskan tidur di lantai beralas karpet. Tidak begitu buruk. Karpet di kamar Sebastian cukup nyaman untuk alas tidur.

Kamar mandi terbuka. Sebastian keluar hanya berbalut handuk sebatas pinggang. Dada kokohnya terpampang jelas memperlihatkan bentuk tubuh yang proporsional. Bahu lebar, pinggang sempit, otot yang terlihat jelas, dengan perut rata. Eloise buru-buru menunduk setelah mengagumi keindahan tubuh Sebastian.

“Kau mau mandi?” tanya Sebastian dengan suara rendah. Ia menyadari tatapan mata Eloise dan rona merah di wajah gadis itu.

“Aku lupa mengambil bajuku.”

“Tidak usah, sudah kusiapkan di sana.” Sebastian menunjuk dengan dagu saat Eloise menatapnya keheranan.

Eloise menoleh ke arah walk ini closet. Ia tak segera beranjak bangkit dari duduknya hingga suara Sebastian mengagetkannya lagi.

“Aku tak suka kamar tidur terang. Setelah mandi, matikan lampunya.” Sebastian berjalan mendahului ke arah walk ini closet, menit selanjutnya ia telah memakai celana panjang tapi masih bertelanjang dada. Ia berjalan menuju ranjang.

Eloise ragu berjalan menuju ruang penyimpanan pakaian itu. Ruangan yang berukuran dua kali ukuran kamar apartemennya. Interiornya mewah. Ia terkesima menatap deretan pakaian wanita yang berjajar rapi di dalam lemari. Perlahan ia membuka lemari. Memilih gaun tidur yang berwarna putih gading. Mengusap kelembutan gaun tidur itu dan mengagumi keindahannya.

Saat akan memasuki kamar mandi, sekilas Eloise melihat Sebastian yang tampak sudah tertidur. Eloise sedikit berlama-lama mengguyur tubuhnya yang penat di bawah siraman air hangat. Ia keluar dari kamar mandi setelah lima belas menit berlalu. Eloise mengambil bantal di ranjang dengan hati-hati dan mematikan lampu kamar.

Karpet di bawah sofa terasa tebal dan nyaman. Eloise berbaring di atas karpet. Tidak terlalu buruk. Hanya saja ia tak menemukan cadangan selimut di kamar tidur Sebastian. Tapi tak masalah bagi Eloise. Yang diperolehnya sekarang sudah lebih dari cukup. Eloise merasa sangat lelah, tak butuh waktu lama baginya untuk segera tertidur pulas.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Pindah

    Jolie mulai melakukan persiapan untuk pindah ke Kansas. Ia telah mengemasi baju, sepatu hingga alat make up nya. "Mau kemana kamu, Jolie?" Valerie mengerutkan kening saat memasuki kamar Jolie siang itu. Tanpa menghentikan kesibukan, Jolie menjawab. "Aku akan pindah ke Kansas bersama Sean.""Apa?""Aku harus menemani suamiku. Aku sedang menjalani program kehamilan bersama Sean, jadi aku tak ingin tinggal berjauhan dengannya."Valerie mendengus sinis. "Kau sudah sadar rupanya untuk segera memiliki anak darinya?"Jolie terdiam. Ia memandang Valerie sesaat. "Ini tak seperti yang Ibu pikirkan. Aku benar-benar menginginkan seorang anak.""Apa bedanya? Yang penting saat kau memiliki anak dari Sean, kau bisa mengendalikan suamimu."Jolie nyaris saja bercerita tentang hasil tes kesuburan Sean, ia menggigit bibir supaya tidak keceplosan bicara. Jolie belajar banyak hal dari pernikahannya meski hanya seumur jagung, ia belajar tentang saling menghormati pasangan. Salah satunya adalah saling me

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Keresahan Jolie

    Sean semakin tenggelam dalam kesibukan di awal-awal pembukaan cabang baru. Sean lebih sering menghabiskan waktunya di Kansas dan memilih menyewa apartemen alih-alih harus tiap hari pulang dengan pertimbangan jarak NYC Kansas yang membutuhkan waktu hampir 4 jam dengan pesawat terbang. Intensitas pertemuan dengan Jolie semakin berkurang membuat Jolie semakin putus asa. Hari Jumat siang itu, Eloise memanjakan diri di spa langganan. Saat melakukan konfirmasi pendaftaran, dari arah pintu masuk terlihat Jolie datang mendekat. Wajahnya tampak lesu. "Hai Eloise," sapa Jolie. "Hai, Jolie. Apa kabar?" Eloise mengamati wajah adik tirinya, "kau tampak pucat, kau tak apa-apa?"Jolie diam sejenak, tersenyum samar. "Aku sedang ada masalah dengan Sean," jawab Jolie akhirnya. Ia seperti ingin menangis. "Kau ingin menceritakannya?" tanya Eloise penuh perhatian. Jolie merasakan ketulusan Eloise. Ia sadar selama ini telah bersikap jahat pada Eloise, meski Eloise mencoba mempertahankan diri dengan

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Peninjauan cabang baru

    Seminggu kemudian Sebastian dan Sean pergi ke Kansas untuk meninjau persiapan cabang baru.Tim legal telah menyelesaikan masalah perijinan sementara tim HRD mulai melakukan perekrutan. Sebastian yang pernah menjabat sebagai manajer produksi turun langsung ke lapangan mengecek persiapan awal. Mesin-mesin berat telah didatangkan seminggu sebelumnya dan bahan baku akan tiba saat pekerja di bagian produksi telah siap. Sebastian termenung sejenak. Ia sempat melihat anggaran yang dibuat bagian keuangan dan telah disetujui oleh Sean selaku presdir. Jumlah yang tidak sedikit ditengah gempuran persaingan produk serupa oleh pesaing mereka. Sebastian berharap ambisi Sean untuk memperluas jangkauan produk mereka tidak merugikan perusahaan. Ia tidak berkomentar lebih jauh lagi saat Sean kembali berapi-api menjelaskan visinya. Dua hari setelah tiba di NYC, Sebastian mendapat berita tentang penetapan hukuman Naomi yang harus dihadirinya. Juri dan hakim memutuskan hukuman 12 tahun penjara denga

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Hasil laboratorium

    Keduanya telah berada di depan meja dokter, wanita setengah baya itu tengah menatap serius hasil laboratorium milik Sean. "Jumlah sperma anda terlalu sedikit, Tuan Barnard," ucap dokter kandungan. Sean mengerutkan kening. Tak paham dengan bahasa medis yang diucapkan sang dokter. "Maksudnya?""Jumlah minimum sperma normal adalah lebih dari 15 juta per milimeter, sedangkan milik anda kurang dan kondisi itu menyebabkan peluang untuk membuahi sel telur menjadi menurun."Jolie menegakkan tubuh dengan kaku. Tiba-tiba ia menjadi resah. "Apakah itu penyebab saya tidak bisa hamil, Dok?" tanya Jolie hati-hati tapi tak urung membuat suasana berubah tidak nyaman. Sean duduk dengan tegang. Menunggu dokter menyampaikan lebih lanjut. "Sementara saya akan memberi vitamin dan rencana untuk mengubah gaya hidup sehat dan pola makan. Fokus utamanya adalah detoks tubuh, meningkatkan hormon testosteron alami, dan mendukung spermatogenesis atau pembentukan sperma.""Apapun yang terbaik, Dok," ucap Jolie

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Tes kesuburan

    Ketiganya pulang menjelang sore. Ethan tertidur di gendongan Eloise. Charles menyambut kedatangan mereka di halaman depan. Eloise menuju kamar tidur lantai dua untuk menidurkan Ethan sementara Sebastian masih ngobrol dengan Charles saat memasukkan mobil di dalam garasi. "Aku berterima kasih padamu telah menjaga Eloise dan Ethan." Sebastian merujuk tentang kedatangan Lucas yang terang-terangan menemui Eloise. "Sudah menjadi tugasku menjaga putri dan cucuku. Aku tak ingin hanya karena masalah sepele bisa menyebabkan keretakan hubungan kalian. Dalam berumah tangga terjadi masalah itu hal biasa, yang terpenting pasangan bisa menekan egonya masing-masing."Sebastian mengangguk setuju. "Aku yang salah kali ini, Charles." Charles menepuk pundak Sebastian. "Kau pria yang baik. Aku senang Eloise mendapat suami sepertimu." Sebastian tersenyum singkat. Ia melihat ke arah Eloise yang masuk ke dalam garasi. "Aku sudah menidurkan Ethan. Aku akan memasak untuk makan malam." Charles mengikuti

  • Terjebak Ambisi Sang Pewaris   Bahagia bertiga

    Sebastian merengkuh pinggang Eloise setelah usai menyalurkannya hasratnya."Maaf, aku terburu-buru tadi, kau merasa tidak nyaman?" tanya Sebastian. Eloise menggeleng dengan senyum, menyusuri bibir Sebastian dengan telunjuknya, menikmati keindahan wajah suaminya. "Tidak, sama sekali tidak. Aku menikmatinya."Sebastian tersenyum lebar. "Aku belum pernah mengajakmu berbulan madu. Kau ingin bulan madu kemana, Sayang?"Eloise diam sejenak. Ia menggigit bibir bawah. Memikirkan sesuatu. "Entahlah, bagiku selama bersamamu, dimanapun tempat nya, akan menjadi bulan madu setiap hari."Sebastian mengecup bibir Eloise sekilas. Ia tiba-tiba teringat tentang masalah yang ingin di bahas nya dengan Eloise. "Aku berencana merenovasi kembali tokomu, bagaimana menurutmu?"Eloise tampak enggan. "Aku masih trauma dengan malam kebakaran itu, Sayang. Sebaiknya kita jual saja., aku masih bisa berkarya dengan melukis.""Baiklah, apapun keinginanmu."Eloise membayangkan sesuatu. Ragu saat bertanya. "Sebenarnya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status