Share

Bab 4 Janda Another Level

Sementara Celine tengah terlibat nostalgia, di perusahaan Earl—sang presdir, tengah panik usai mendengar kabar pegawainya hilang.

"Belum ada kabar?" tanya pria itu pada bawahan kepercayaannya, Felix.

"Belum, haruskah kita lapor polisi dan menambah personil untuk mencarinya?"

Sebenarnya puluhan orang sengaja dikirim untuk memastikan keamanan Celine dan teman-temannya. Tapi siapa yang menyangka pria bernama Jehian itu malah membawa Celine kabur dan tidak satu pun orang suruhan mereka bisa menemukan jejaknya.

Jehian dikenal sebagai ketua preman yang begitu dihormati. Kegarangan dan ketegasan pria tambun itu bukan lagi isapan jempol semata. Pengaruhnya benar-benar kuat, sebab sekali dia berkata … seluruh preman di bawahnya akan langsung tunduk.

Spekulasi buruk pun mulai memenuhi pikiran mereka, tidak terkecuali Earl.

"Lakukan saja!" kata pria itu pada akhirnya.

Felix pun menghubungi pihak terkait untuk membuat laporan. Tak lupa meminta bawahannya menambah anggota untuk mencari Celine.

Sementara Felix tengah mengatur strategi, Earl bangkit dari tempat duduk sembari menyambar jasnya. Dia terlihat melangkah terburu-buru.

"Tunggu, kamu mau ke mana?" tanya Felix.

Dalam situasi genting seperti ini, keberadaan Earl yang notaben pemimpin mereka sangat penting untuk diketahui. Selain itu, sudah menjadi tugas Felix untuk mengetahui agenda bosnya setiap hari.

"Aku yang mengirimnya ke sana. Bukankah aku harus bertanggungjawab?"

Raut wajah pria itu tampak merasa bersalah. Dia merasa tugas yang diberikan pada Celine karena ketidaksukaannya pada gadis itu kini sudah berlebihan.

Sama dengan Earl, Felix pun merasa bersalah sebab tidak terjun menemani wanita itu dan malah menyerahkan semuanya pada anggota timnya. "Aku akan ikut denganmu!"

Kedua pria itu pun bergegas. Namun, belum sampai mereka meraih pintu ruangan, seseorang sudah membuka pintu dengan semangat.

“Presdir! Aku berhasil!!” teriaknya begitu bersemangat.

Orang itu adalah Celine. Dia datang dengan senyum lebar tanpa tahu seisi perusahaan gempar dengan kabar penculikannya.

Berbanding terbalik dengan dua raut wajah pria yang terlihat khawatir, wanita itu menunjukkan wajah berseri. Dia memamerkan map yang berisikan persetujuan pelepasan lahan yang berhasil dia dapatkan dari Jehian.

Celine menatap Earl dan Felix bergantian. Terlihat, sang presdir memindai dirinya dengan pandangan yang sulit diartikan.

"Jadi kamu tidak diculik?"

Ekspresi wajah pria itu langsung berubah. Raut bersalah dan khawatirnya sirna, berganti keheranan dan sedikit rasa marah.

Bingung, Celine memandangi Earl dan Felix bergantian. "Diculik?" Wanita itu menunjukkan ekspresi super bodoh.

“Jadi … Jehian tidak menculikmu? Kamu tidak diapa-apakan mereka, kan?” Kini, Felix yang bertanya masih dengan wajah bingungnya.

Lantas, Celine tertawa tanpa peduli raut wajah dua pria di hadapannya yang berubah. "Mana ada, aku dan Paman Jehian hanya pergi untuk berdiskusi!"

Kemudian, gadis itu memberikan map di tangannya sebagai bukti. Itu adalah surat pernyataan yang telah dibubuhi tanda tangan warga untuk pembebasan lahan.

"Bukankah seharusnya ada bonus untukku? Lihat, aku berhasil membujuk mereka! Mereka akan pindah setelah mereka mendapatkan biaya ganti rugi!"

Celine begitu bangga menunjukkan pencapaiannya. Kendati begitu, ucapannya tidak langsung dipercaya oleh dua atasannya itu.

Felix bahkan langsung merampas map tersebut dari tangannya. Namun, ekspresinya langsung berubah menjadi terkejut ketika melihat Celine tidak mengada-ada. “Bagaimana mungkin?”

Sementara itu, Earl terlihat bisa menyimpulkan dari reaksi Felix pun meminta Celine untuk menghadapnya.

Pria itu mengitari meja, lalu duduk di singgasananya dan bersiap menginterogasi karyawan yang masih dengan ekspresi polos—tidak merasa bersalah, akibat kejadian ini.

"Katakan, apa yang terjadi? Kenapa Jehian menyetujuinya?” Earl mulai menginterogasi Celine. Dia kembali berdiri dan mencengkeram bahu gadis itu. “Apa kalian memiliki hubungan khusus dan merencanakan sesuatu?"

Sejenak, Celine terkejut dengan tindakan Earl. Tidak nyaman, dia pun memundurkan tubuhnya ke punggung kursi.  Sayangnya, pria itu tidak mengendurkan sedikit pun cengkeramannya, dan tetap menudingnya dengan tatapan tajam.

"Paman Jehian itu kenalan ayahku.” Mata gadis itu mengerjap polos. “Ayah pernah menyelamatkan nyawanya saat muda. Setelah tahu papaku sakit dan aku terancam dipecat, dia bersedia menjual tanahnya untuk membalas kebaikan papaku.”

Cengkeraman pria itu di bahu Celine terlepas. "Hanya karena itu?" tanya Earl seolah tidak puas.

Mata Celine memelotot. Dia tidak terima karena Earl terlihat meremehkan kejujurannya.

"Presdir, ini soal nyawa!” protes Celine. “Bukankah kamu juga akan membalas budi jika seseorang menyelamatkan nyawamu?"

"Kamu pikir, aku akan percaya begitu saja?"

"Kamu bisa menghubungi Paman Jehian. Aku tidak bohong!" Celine mengangsur ponselnya ke arah Earl.

Sejenak, pria itu kembali terdiam, sebelum akhirnya duduk lagi di kursinya dengan kasar. “Beruntung kamu membawa bukti kuat.”

Ekspresi gadis itu begitu cepat berubah setelah mendengar Earl mempercayainya secara tidak langsung. “Jadi, kapan bonusku akan diberikan?" tanya Celine tidak menunda kesempatan.

"Sekarang."

Earl mengangkat tangannya ke arah Felix. Tidak lama, terdengar bunyi notifikasi di ponsel gadis itu yang membuatnya memelongo ketika membacanya.

"Presdir, apa ini tidak terlalu banyak?"

Bonus yang diberikan Earl untuknya benar-benar luar biasa!! Saking besarnya, Celine sampai tidak percaya dia punya uang sebanyak itu di rekeningnya.

Seumur hidup, baru kali ini dia punya saldo segemuk ini di rekening.

"Apa kamu senang?" Earl tersenyum puas melihat ekspresi karyawannya.

"Tentu saja! Terima kasih, Presdir!"

"Tapi itu bukan hanya bonusmu. Aku juga mengkalkulasi gajimu selama 6 bulan ke depan di situ.”

Celine menganggukkan kepala. Tidak ada ekspresi keberatan di wajahnya. "Tidak masalah, ini tetap terlalu besar buatku.” Dia kemudian menatap presdir dan bertanya, “Memangnya berapa banyak gaji karyawan baru sepertiku?"

"Mulai besok kamu tidak bekerja sebagai karyawan biasa.”

Kening Celine mengerut dalam. "Jadi apa pekerjaanku sekarang. Apa aku punya bawahan?" tanya Celine antusias.

Earl langsung menatap sinis pada pegawainya yang dinilai begitu oportunis itu.

"Tidak. Sekretaris pribadiku tidak memerlukan bawahan.”

"Apa? Sekretaris pribadimu??" Hilang sudah senyum Celine yang indah.

Bekerja sebagai karyawan biasa saja mengharuskannya lembur setiap hari. Belum lagi panggilan Eral yang bertubi-tubi yang membuatnya kesal.

Bagaimana jadinya jika dia menjadi sekretaris pribadi Earl? Bisa-bisa dirinya bekerja selama 24 jam sehari dalam satu pekan!!

"Aku tidak mau reward seperti ini!" tolak Celine.

"Sekretaris pribadi adalah posisi yang diinginkan banyak orang, Celine. Bukankah harusnya kamu senang?" tanya Felix. Pria itu sedikit penasaran melihat reaksi bawahannya yang menolak keras. “Gaji, tunjangan, fasilitas yang akan kamu dapatkan bernilai fantastis!”

Celine tahu hal itu, tetapi … dia sungguh tidak berminat. "Aku tidak menginginkannya!"

Melihat dua pegawainya bersiteru, Earl memutar bola matanya. "Cukup!” ujarnya tegas. Dia lalu menatap Celine. “Aku tidak butuh persetujuan darimu. Ingat, kamu sudah menerima gajimu di awal. Mau tidak mau, suka tidak suka kamu akan bekerja sebagai sekretaris pribadiku selama enam bulan ke depan.”

Celine tentu bingung. Dia yakin, pria itu sebenarnya tidak membutuhkan lagi tambahan sekretaris untuk membantu pekerjaannya. Sebab, Felix adalah paket lengkap!

Di sisi lain, dia mengkhawatirkan omongan sumbang karyawan lain kalau dia naik jabatan secepat ini.

"Apa Presdir tidak khawatir pada penilaian karyawan lain?” Celine menatap dengan mata memicing pada Earl. “Aku karyawan baru. Orang-orang pasti mengira aku menjual tubuhku untuk mendapatkan posisi itu. Apa Presdir tidak keberatan jika ada gosip seperti itu?”

"Tidak akan pernah ada gosip seperti itu, Celine.” Pria itu balas memicing sinis menatap tubuh Celine. “Bahkan meskipun gratis, tidak akan ada yang percaya bahwa aku lebih memilih menyentuh tubuhmu yang sudah terjamah itu daripada tubuh gadis-gadis perawan di luar sana!"

Lalu, pria itu bangkit dengan terburu-buru. "Felix, ayo pergi. Aku jijik berlama-lama dengan janda ini."

Earl berjalan lebih dulu dengan langkah lebar, sementara Felix mengikuti di belakangnya. Sebelum benar-benar keluar dari ruangan itu … Felix sempat mengangguk, pertanda dia meminta maaf atas kata-kata sang presdir.

Setelah seorang diri di ruangan itu, Celine tertawa palsu. Hatinya terasa sakit mendengar Earl menghina statusnya yang memang sudah janda itu.

Namun, alih-alih meledakkan emosinya … Celine justru memiliki tekad berbeda. Dia memutar tubuh dan memicing melihat punggung tubuh Earl yang semakin jauh meninggalkan lorong kantornya menuju lift.

"Jijik melihatku ya?” ujarnya dengan satu sisi bibirnya yang naik. “Lihat saja, akan kupastikan kamu terpesona dengan janda menjijikan ini!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status