Share

Bab. 40. Usaha Lia.

       Lia diam saja tak menghiraukan protes anaknya. Ryan di buat dongkol akan rencana Ibunya. 

'Huuh, Ibu ada- ada aja memanggil Tania batin Ryan sewot. 

Ryan konsentrasi Nyetir, Mamanya fokus melihat jalanan, tak menghiraukan emosi anaknya.  Merasa menyesal tak mengajak Amelia bersamanya. 

Mereka sampai di rumah, Mang ujang udah membukakan pintu gerbang. Tak lupa menyapa kedua majikanya. Ternyata Tania sudah ada di teras depan menunggu sedari tadi. 

'Busyet gercep amat datangnya' batin Ryan. 

"Hallo Tante Lia, sakit apa?" Sapa Tania lebay dan melirik Ryan. Ryan tak ingin memandang tania. Tingkahnya membuat dia eneg, melanjutkan langkah menuju kekamar. 

"Kenapa Ryan ketus amat, Tante?" 

"Biarinlah jangan pedulikan dia," balas Lia. 

"Gimana  jalankan aksi kita malam ini?" 

"Sabar dulu Tania sayang, Tante beneran pusing. Kamu pijitin Tante dulu ya." 

"Siap Tante," ucap Tania bersemangat. Mereka menuju kamar atas. Tania dengan sabar memijit kepala calon mertuanya. 

Di kamar Ryan berusaha tenang, sengaja menelpon kakaknya dan calon isrtrinya datang ke Rumah Ibu menemani dirinya malam ini.  Merasa risih ketika istrinya tak ada di sisinya. Di sini cuma ada Tania dan Ibunya. Sedang Mamanya  selalu membela Tania.

Ryan mengambil hp di nakas, memencet nomer kakaknya. Sambungan telepon tersambung. 

"Halo, ada apa Ryan? 

  "Mas  Hendri tolong dong ke rumah Mama  temani di sini, ada Tania aku merasa risih." 

"Baiklah, nanti aku ke rumah Ibu sama Putri juga mau membahas pernikahanku" ucap Hendri.  

Kembali dirinya merebahkan di Bednya yang empuk. Kangen menghinggap hati Ryan. Ia pun menghubungi Amelia. 

Nama Suami tertera di layar hp Amelia. Segera ia mengangkatnya. 

"Halo sayang," sapa Ryan.  

"Mas Ryan, kapan pulang?" Tanya Amelia sedikit manja, merasa  kangen suaminya dua hari tak di sisinya. 

"Sabar sayang, mungkin sekitar tiga hari lagi." 

"Mama Tensi darahnya naik juga kolesterolnya. Dia juga memanggil Tania buat nemenin Ibu," 

Amelia kaget saat Ryan menyebut Tania. Dirinya yang menantunya kenapa mengundang Tania?' Batin Amelia. 

"Kenapa Mama  mengundang Tania Mas? Kan aku menantunya? Mama tak ingin melihatku ya?" ucap Amelia sedih. 

" Tak taulah, Aku nggak ngerti jalan pikiran Mama. Tapi Tenang aja sayang, aku juga mengundang Mas Hendri dan Mbak Putri buat nemenin aku," ucap Ryan sendu. Ryan berusaha menenangkan pikiran istrinya supaya tak berpikiran macem- macem. 

"Jangan khawatirkan Mas di sini, kamu jaga diri di sana ya sayang, Mas pasti pulang," 

"Iya,"  jawab Amelia berusaha tersenyum. tapi dari raut wajahnya mengambarkan cemburu. 

"Ya udah sayang, Nanti Mas telepon lagi," ucap Ryan. Dia memutus sambungan teleponya. 

Sesuatu  yang menganjal di hati Amelia. Segera ia tepis. Berusaha berpikir positif. 

Pov Amelia. 

Aku duduk termenung sebentar. Memandangi hp yang baru saja Suamiku telepon. Jujur ketika menyebut nama Tania keluar dari mulut suamiku rasanya sakit sekali. Apalagi Ibu mertua mendukung mereka berdua, Malah ingin memisahkan kami. Apa ini nasib pernikahan kami? Aku memandang pohon berguguran di samping rumah. Apa nasibku akan seperti itu? 

Ku hela nafas pelan, memandang langit tampak cerah. Ku pasrahkan perjalanan hidupku pada Sang pembuat Hidup. Aku akan hadapi apapun yang terjadi di depan. Dengan semangat dan doa. 

**** 

     Tania lega setelah selesai memijat. Mereka merencanakan sesuatu untuk nanti malam. Menjebak Ryan dengan membubuhkan obat tidur di dalam minumanya. Nanti Tania seolah di perkosa oleh Ryan.

    

Lia membisikan kata itu di telinga  Tania. Dan Tania sangat senang dengan Rencana kali ini. 

"Ide Tante Lia, begitu cemerlang," puji Tania mengacungkan jempolnya. 

"Semoga kita berhasil memisahkan Ryan dan Si Amel gadis kampung itu, aku udah eneg gayanya sok jadi orang kaya!" ujar Tania emosi. Ia ingin balas dendam Menghancurkan Amelia. 

Tak berapa lama, Hendri dan Putri  datang dan langsung naik ke kamar Mamanya. 

"Ma, kata Ryan Mama sakit, udah periksa belum Ma?" Tanya Hendri khawatir. 

"Lah ko ada Tania di kamar Mama, Amelia nggak kesini? Tanya Hendri. 

"Ko tanya Mama, Tanya aja adikmu di mana istrinya!" 

Hendri harus menahan emosi ucapan ibunya. Dia mendekat menghampiri Mamanya yang terbaring, mencoba memberi pengertian pada Mamanya.

"Ya nggak gitu Ma, menantu Mama kan Amelia bukan Tania !" 

"Sebentar lagi juga Tania yang akan menantu Mama!" 

"Astagfirullah Mama ...." 

"Lagian kenapa kesini sih, kan udah ada Tania dan Ryan. Apa nggak kasihan  sama tunanganmu sampai harus meluangkan waktu jenguk Mama, lagian Mama hanya pusing aja " 

Lia tak suka kalau Hendri di sini, rencana bisa gagal total. 

"Ya kan, seharusnya yang nemenin Mama itu Amelia bukan Tania ini Ma!" 

"Tania , lebih baik kamu pulang aja, karena kamu orang lain disini!" ujar Hendri menatap tajam pada Tania.  Sedangkan Tania langsung mengalihkan pandangan Tatapan tajam Hendri. 

"Tania, tak boleh keluar dari kamar ini, Mama yang mengundang, tak boleh ada memgusirnya !"  

Hendri tak habis pikir Mamanya keras kepala. Ia beranjak tak ingin mamanya Tensi makin tinggi. Karena emosi. 

"Ayo, sayang kita ke bawah aja. Biarin Mama istirahat !" Ajak Hendri pada Putri. 

"Ma, Putri ke bawah dulu," ujar putri kepada Lia.

Lia hanya menganguk.

"Tante, ini gimana Mas Hendri dan Mbak putri ada di sini. Rencana kita bisa gagal !" 

"Sabar Tania, nanti Tante akan menyuruh mereka pulang!" 

"Aku juga heran, mengapa mereka berdua bisa datang sih!" 

"Ryan yang telepon mungkin!" 

Tania mendengus kesal, rencananya bisa gagal total. Kalau Hendri dan Putri ada di sini. 

Ada Ryan, Hendri serta putri berkumpul di ruang tengah. 

"Mas Hendri kapan rencana Nikahnya? Tanya Ryan. 

"Mungkin bulan depan," ucap Hendri santai. 

"Kenapa Amelia tidak ikut Ryan? Dia bisa nemani Mama di sini?" 

"Mendadak sekali, Mama juga keberatan kalau Amel ikut," 

"Kebangetan Mama itu, Menantunya itu kan Amel bukan Tania," ucap Hendri sewot. 

"Nggak tau apa Maunya Mama, kadang aku pusing nurutinya." 

"Ya udah sabarlah Ryan, siapa tau Mama suatu hari nanti bisa berubah," 

"Amiin ...." 

"Oh ya Ryan,  kakak mau istirahat dulu. Aku capek baru pulang kantor," 

"Iya, silakan Mas," ucap Ryan. 

"Bi Sumi, tolong antarkan Putri ke kamar tamu." Perintah Hendri. 

"Baik Tuan," jawab Bi Sumi patuh. 

 Bi Sumi mengantar putri ke kamar tamu. 

Di kamar Tania dan Lia emosi sendiri. Hendri dan Putri menginap di sini. Yang jelas rencana mereka malam ini gagal total. Padahal mereka sudah mempersiapkan dengan mateng. 

"Udah besok masih ada waktu, nggak usah di pikirin, sini temani Tante tidur," 

Wajah Tania cemberut, kemudian beringsut mendekati Tante Lia. Tidur di sebelahnya menyelimuti dirinya sampai sebatas leher. Lia langsung terlelap karena pengaruh obat tadi. Sedang dirinya masih memikirkan Ryan. 

Bersambung..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status