Share

18. Siap Cerai

Kenapa aku menanggapi kata-kata Lay Ka dengan serius? Ada rasa sakit dan dongkol serasa tak henti-hentinya dia selalu merendahkan aku.

"Kamu tahu kenapa lelaki muslim harus dikhitan? Selain untuk kesehatan juga untuk kenikmatan sex," kataku asal nyeplos.

"Alah itu karangan kamu saja. Aku tersinggung kalau kamu bilang orang kulit putih tidak sekuat orang berkulit hitam, itu diskriminasi ras tahu? Hati-hati kamu bicara!" hardik Lay Ka.

"Di kampungku banyak yang sudah membuktikan sih," sahutku ngeyel.

"Itu kata-kata orang tidak berpendidikan, primitif. Kuat tidaknya seseorang tergantung makanan dan fisik tubuhnya! Dasar bodoh, banyak bicara! Tong kosong bunyinya nyaring," ketus Lay Ka mengolok.

"Ih kasar sekali sih kamu! Lagian bukankah itu peribahasa Indonesia?" sahutku.

"Benarkah? Bahkan itu cocok buat kamu," oloknya. "Aku tersinggung sekali, aku bisa bermain bukan dua kali kayak suamimu bahkan aku bisa tiga empat kali dalam sehari, tah

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status