Astoria Everly, seorang staf di M.J Hotel mendapati hidupnya berubah drastis ketika ia terpaksa menikahi Mikhail Jamison Bloom, CEO tampan namun dingin yang dia benci. Pernikahan yang terjadi akibat sebuah kesalahpahaman ini membuat Astoria di hadapkan pada rahasia kelam dan kemampuan langka sang CEO. Di balik sikap dingin Mikhail, ia menderita sindrom savant, sebuah kondisi yang membuatnya brilian namun juga terisolasi. Mampukah Astoria bertahan dengan seorang Mikhail? Baca kisah lengkapnya di sini.
View MoreMonday morning came all too soon. Victoria Morgan contemplated whether to get up and go to work or stay back in bed. The truth she really had no option, if she didn't go to work she could lose her job.
She stole a glance at her fiance who was stretched out beside her on the bed. He was still asleep and she took a moment to admire his body in the light. They had spent the weekend together in his apartment, that was after he had asked her to marry him.Nelson Brown was the right man for her, she thought as she smiled at herself contentedly. They've been dating for four years now, but despite so many problems they've had in the relationship she was assured of his love for her and she loved him as well.Victoria braced one hand against the blanket, about to get to her feet when Nelson's hand closed around her wrist. "Where are you going? " he murmured, sounding still half asleep."It's a Monday morning my love, I have a job to go to. " Toria gave a little shrug, "though I really wish I could just stay back and spend the whole day with you. ""What says the time? " he asked, his thumb rubbing absently back and forth across her skin sending tiny sensual thrills through her. Victoria gazed at the hand on her arm and wished nothing more than to join him back in bed, he really knew how to seduce her. "It's half past seven, I have a presentation at work by nine. " she said sadly.Nelson chuckled softly, "Well, I don't have any urgent meeting to attend to and I can make you feel real goooooooood in less than ten minutes." He winked at her.Nelson Brown was his own boss, he owned and runs a transport company. He was a possessive kind and is keen to sexual pleasures.Victoria blushed, she was still sore from last night and wasn't sure she could take the pain the pleasure he promises will bring, but she couldn't tell him that. She had learnt in their years in relationship that it was a wrong move to outrightly refuse him sex. So she tried getting up again but his hand around her wrist grew firm as he pulled her back down beside him."Don't hurry away my love, " he whispered as his head came over to nestle against her neck. "Are you turning down my offer? " Nelson's arm draped casually across her as she could feel the warmth of his breath on her cheek. "Last night was perfect, " he continued softly, "you did so well and lasted longer than ever before. " He kissed her softly on her cheek, "I love you Toria. " She sighed softly, "I love you too. "In that instance he pulled her over onto her back with his entire body pressed against hers as he bent his head and kissed her deeply, shoving his tongue down her mouth. Their tongues intertwined as they kissed passionately. Still naked and now fully aroused, Nelson slid his hot and ready member inside her pulsating clit. As Nelson was about three strokes in, Victoria's phone began to ring. He moaned as she attempted to pull out and firmly held her hands with his above her head as he slammed back into her with more force than before and she squealed in pleasure. Their moans bounced off the walls of the room for the next thirty minutes of sex before they exhausted themselves.Her phone rang again, she mustered the little strength she had left and answered it. "Toria! Why are you running late again? Everyone is here for the meeting except you and the boss is very angry." Kate her colleague said over the phone. Victoria opened her half sleepy eyes wide as she just realized she had been dreaming of Nelson again and has slept longer and now was late for work. "I will be there in five minutes." She said and hung up as she hurriedly got up from bed and ran to the shower.It's been eight months since she broke up with Nelson but the memories of their relationship was still fresh and she couldn't seem to shake it off. It felt like he was still here with her despite she had changed her state of residence just to make sure they never cross path again.Enam bulan setelah Jerry ditangkap dan dipenjara, kantor M.J Hotel Group mulai kembali ke rutinitas yang lebih normal. David, setelah dibebaskan dari segala tuduhan, kembali ke perusahaan dan menggantikan posisi Jerry yang kosong. Kehadirannya disambut hangat oleh para eksekutif dan staf yang telah lama menunggu stabilitas kembali dalam perusahaan. Hari itu suasana kantor terasa lebih meriah dari biasanya. Para karyawan berkumpul di ruang rapat, tetapi bukan untuk diskusi bisnis. David berdiri di tengah ruangan dengan senyum penuh kebahagiaan, memegang tangan Jhein yang tampak terkejut tapi juga sangat bahagia. "Jhein, selama ini kau selalu di sisiku, mendukungku, bahkan saat aku terpuruk. Sekarang, aku ingin kau selalu berada di sisiku, bukan hanya sebagai rekan kerja, tapi sebagai pendamping hidupku," ucap David dengan nada mantap, tapi lembut sambil berlutut memberikan cincin untuk Jhein. Ruangan seketika
Malam itu, di sebuah sudut yang gelap dan tersembunyi, Jhein berdiri sambil memperhatikan Astoria dan Jerry di kafe dari kejauhan. Matanya tajam mengawasi setiap gerakan mereka, sementara jari-jarinya dengan cepat menggesek layar ponselnya, memotret momen yang dianggapnya penting. Dia menyaksikan percakapan penuh ketegangan itu, tak luput dari satu detik pun."Maafkan aku Astoria, ini bagian dari tugasku pada Mikhail," gumam Jhein dengan suara pelan sambil mengirimkan serangkaian foto itu ke nomor Mikhail. Sebuah notifikasi muncul di layar ponselnya, menunjukkan bahwa pesan telah berhasil terkirim.Di dalam kafe, Astoria sedang mencoba meyakinkan Jerry untuk merelakannya, sementara di tempat lain, Mikhail yang menerima pesan dari Jhein tidak tahu apa yang sedang terjadi.Ia membuka pesan tersebut saat tengah sibuk di kantornya, foto-foto Astoria dan Jerry dalam satu frame membuat darahnya mendidih seketika. Meski belum tahu konteksnya, perasaan m
Malam itu, Astoria merasa lelah setelah seharian bekerja di kantor. Semua kesibukan yang menumpuk di hadapannya mulai mempengaruhi pikirannya. Mikhail masih terjebak dalam dunia kerjanya, dan meskipun Astoria mencoba untuk memahami, ada bagian dari hatinya yang merindukan kehadiran suaminya di sampingnya. Malam ini ia ada janji bertemu dengan Jerry untuk mengakhiri segalanya, dan semoga Mikhail tak salah paham. Astoria berharap semoga pertemuan ini bisa meredakan semua ketegangan yang mengganggu pikirannya. Dengan yakin ia melangkah, Astoria masuk ke sebuah kafe kecil yang terletak tidak jauh dari kantor. Suasana di dalam kafe itu hangat dan nyaman, dengan lampu-lampu redup yang memberi nuansa tenang. Aroma kopi yang segar menyambutnya, dan saat ia melangkah lebih dalam, pandangannya langsung tertuju pada sosok yang dikenalnya dengan baik, Jerry, yang sudah menunggu di sudut kafe dengan ekspresi yang sulit dibaca.
Minggu pagi yang cerah. Astoria duduk di sebuah kafe yang tenang. Tangannya gemetar sedikit ketika menggenggam secangkir teh hangat di depannya. Ia menunggu dengan cemas, mengatur napas agar tetap tenang. Tak lama kemudian, sebuah suara berat yang sudah lama tak ia dengar memecah keheningan. "Astoria?" Astoria mendongak, dan di sana berdiri seorang pria dengan rambut yang mulai memutih. Wajah Brandon tampak lebih tua dari terakhir kali ia melihatnya, namun di balik wajah itu, ada gurat penyesalan yang tak bisa disembunyikan. "Ayah..." Astoria tak mampu menyembunyikan rasa canggungnya. Perasaan bercampur aduk antara rindu, marah, dan harapan membuatnya bingung. Ia ingin memeluk ayahnya, namun luka masa lalu masih begitu segar di hatinya. Brandon menarik kursi dan duduk di depannya. "Aku... aku tidak tahu harus mulai dari mana. Tapi, Astoria, aku ingin minta maaf," katanya lirih, suaranya bergetar. Astoria hanya diam, menunggu penjelas
Astoria memandang layar ponselnya, jantungnya berdebar kencang saat melihat foto Mikhail yang tampak rentan.Namun, seolah tak memberi waktu untuk meresapi perasaannya, pesan baru muncul di layar. Ia menatap nama pengirim dengan curiga.Ternyata itu Rose.[Astoria, suamimu mabuk parah, dia di antar pulang oleh supirku.]Mendengar kabar itu, rasa tenang seolah merayap kembali ke dalam diri Astoria. Ia menghela napas lega, Kecurigaan yang sempat terbesit di benaknya sirna seketika. Ternyata Mikhail masih tak seperti yang Jerry tuduhkan, dan yang paling penting, dia baik-baik saja.“Terima kasih, Rose,” balasnya cepat, seolah untuk menegaskan rasa syukurnya. Namun Rose tampaknya memiliki pesan lain yang ingin disampaikan.[Sama-sama, Astoria. Oh iya, ayah kita bilang dia ingin bertemu denganmu, kapan kau siap?]Astoria terhenti sejenak, merasakan aliran dingin di tulang belakangnya. Meski hatinya bergetar mendengar nama itu
Mikhail menarik napas dalam-dalam, seolah menahan gelombang amarah yang masih tersisa di dadanya.Dia mendekat lagi, jarak di antara mereka semakin tipis. Tangannya perlahan mengangkat, jemarinya dengan lembut menyentuh wajah Astoria.Kulitnya terasa dingin di bawah sentuhan Mikhail, namun ada kehangatan aneh yang mengalir dari ujung jemarinya. Astoria terdiam, terperangkap dalam tatapan pria itu, marah, namun tak mampu benar-benar melukai.“Kau tahu, Astoria ...” Suaranya rendah, hampir berbisik, tetapi setiap kata yang keluar terasa berat, seolah penuh dengan emosi yang ia sembunyikan. “Aku masih belum bisa sepenuhnya memaafkan apa yang terjadi. Tapi itu tak berarti aku tak ingin melindungimu.”Tangannya bergerak turun, menelusuri rahang Astoria dengan pelan, nyaris ragu, sebelum berhenti di lehernya, jemarinya mengelus perlahan.“Terkadang, aku ingin marah. Tapi, pada saat yang sama, aku ingin memastikan kau baik-baik saja ... dengan c
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments